...••••...
Akhirnya, setelah puluhan kali mendapatkan penolakan. Kini gadis kecil itu menerima ajakan David sang ayah, meski saat ini masih terlihat malu-malu.
"Mau apalagi? biar papa beliin!"tanya David kepada gadis kecil yang sedang duduk di pankuan nya.
Balqis menggelengkan kepala, gadis mungil itu terus sibuk menikmati eskrim vanila coklat kesukaan nya.
"Sayang, ini siapa?"David menatap lekat manik Balqis, dia tersenyum lalu menunjuk diri nya sendiri.
Balqis diam.
"Ayolah, panggil paapa!"kata nya lagi.
Namun anak balita cantik itu terus bungkam, dengan pandangan mata yang juga terus menatap pria yang sedang memangku tubuh kecil nya.
"Mam?"lalu pandangan nya beralih pada sosok yang duduk di kursi bersebrangan dengan nya.
"Yes cutiepie, kenapa?"Anna tersenyum.
Lalu tatapan nya kembali tertuju kepada David, seolah mencari jawaban kepada sang ibu.
"Apa Aqis masih bingung? ini papah sayang. Papah nggak bohong."jelas David, dengan jemari yang mulai mengukir wajah mungil yang mendomonasi wajah diri nya, namun versi prempuan.
"Mama, ini beneran papah?"suara mungil nan menggemas kan itu mulai berceloteh.
Anna pun mengangguk.
"Tapi kenapa papa nya nggak pernah bobo sama kita?"dengan polos nya Balqis bertanya seperti itu, hingga tiga orang dewasa itu terdiam sesaat.
Anna membisu, namun mata nya tertuju kepada David, berusaha mencari jawaban yang tepat.
"Ehem!"David berdeham, ketika ternggorokan nya terasa kering. "Papa sibuk sayang, harus kerja. Jadi maaf nggak bisa bobo sama kalian."ujar David.
Seketika raut wajah Balqis berubah.
"Adek, main time zone yuk? teteh anter!"Sisil mencoba mengalihkan perhatian nya.
Namun dia menolak, terlihat jelas dari kepala nya yang ia gelengkan secara kencang, dengan raut wajah yang sudah berubah masam.
Seketika mood nya berubah.
"Papa nya nakal, Aqis mau sama mama aja!"ucap nya, lalu turun dan segera memutari meja untuk menghampiri Anna.
"Aqis mau pulang, Aqis cape, Aqis ngantuk!"celoteh nya.
Dia merajuk! gumam Anna.
Annak mengangguk, lalu meraih Balqis kedalam dekapan nya. Hati kecil Anna seolah berkata jika putri nya ini sedang kecewa dengan keadaan. Wajar saja, 4 tahun adalah umur dimana gadis kecil itu mulai mengerti banyakhal.
"Mas, kalau begitu kami pulang."pamit Anna.
David pun hanya tersenyum lalu menganggukan kepala nya, meski ia belum puas menghabiskan waktu bersama Balqis.
"Salim dulu sama papah!"kata Anna kepada Balqis.
Namun dia menolak, memeluk leher Anna erat dan menyembunyikan wajah nya kembali di ceruk leher sang ibunda.
"Biarkan saja, lagi-lagi dia kecewa kepadaku Ann."cicit David.
"Hanya butuh waktu,mas. Datanglah ke rumah jika kamu senggang. Maaf dulu aku selalu menghindar. Akibat ke egoisan ku, Balqis menjadi lebih takut sama kamu."ucap Anna.
David tertegung, tidak menyangka kini seorang Kyara Anna mulai terbuka dengan dirinya, setelah beberapa tahun berusaha menjauh.
"Oke, Aqis pulang dulu ya pah!"pamit Anna, namun tatapan mata ny Anna tujukan kepada Balqis.
"Sudahlah, nanti dia semakin marah."kata David.
Anna mengangguk.
"Pamit mas, makasih makan siang nya."ucap Anna lalu segera beranjak pergi.
"Mari pak, saya pulang dulu."Sisil pun ikut berpamitan.
David menganggukan kepala nya pelan.
"Titip Balqis, saya yakin kamu masih simpan nomor hand phone saya. Jadi hubungi kalau memang itu perlu."jelas David yang langsung di jawab anggukan oleh Sisil.
"Hahh!"
David menghela nafas nya kembali ketika rasa sesak itu kembali timbul. Entah itu karena penolakan Balqis atau karena hal lain.
"Dia memang ibu yang kuat, bahkan dia mampu membawa putri ku yang sudah besar tampa terlihat kesusahan sama sekali."David bergumam, dengan mata yang terus tertuju kepada Anna yang terus berjalan semakin jauh. Lalu menghilan ketika ia menaiki eskalator.
...••••...
"Sisil?"panggil Anna.
"Adek tidur?"tanya nya ketika ia menemukan Sisil keluar dari kamar putri nya.
Prempuan itu mengangguk, lalu berjalan mendekat ke arah nya yang saat ini duduk di kursi meja makan.
"Sudah makan?"Anna menatap Sisil, lalu asisten nya itu menggelengkan kepala nya.
"Belum, bu."sahut Sisil.
"Yaudah, makan dulu gih! Udah itu tolong periksain list orderan sambel cumi buat besok yah!"pinta Anna.
Sisil menganggukan kepala, lalu mulai membawa piring dan segera mengisi nya dengan nasi, ayam dan sambal buatan Anna.
"Stok sambal nya masih banya kah bu?"Sisil kembali memulai pembicaraan.
Anna tersenyum.
"Banyak, minggu kemarin sengaja nambahin stok. Takut nya 12.12 nanti orderan membludak."jelas Anna.
"Kalo menurut aku sih, kaya nya besok ibu harus stok lebih banyak lagi."
"Oh ya?"
Sisil menganggukan kepala, sambil terus menikmati makanan milik nya.
"Besok baru tanggal 11, orderan udah 450 pcs. Belum nanti kalo 12.12! pasti tambah banyak, apalagi diskon nya gede-gedean bu."
Raut wajah Anna tampak berbinar.
"Jadi malam ini kita harus berbelanja?"tanya Anna.
"Iya, terus kaya nya aku harus nyuruh ibu bawa beberapa temen nya buat bantuin ibu bikin sambel."Sisil tersenyum.
"Baguslah, kamu mulai inisiatif."ledek Anna.
"Iya, kaya nya aku harus minta naik gaji sama pak David."tukas nya sambil tergelak.
"Nggak usah, nanti saya tambahin juga seperti biasa, gajih dari papa nya Balqis itu karena kamu ngurus anak nya, bukan bantuin aku bikinin sambel."jelas Anna.
"Emm, bu?"
"Iya?"
"Kaya nya pak David,..."
"Hush, udah ah. Jangan bahas dia!"sergah Anna ketika Sisil mulai membahas ayah dari putri nya itu.
"Kalian nggak mau rujuk gitu, kasian adek?"namun Sisil terus melanjutkan perkataan nya.
Anna terdiam, dengan mata yang mulai menatap Sisil.
"Kamu aneh Sil!"ujar Anna. " Dira akan membunuh saya kalo itu terjadi."ucap nya sambil tertawa lepas.
Sisil menggelengkan kepala.
"Aku memang bukan siapa-siapa, tapi rasa nya sakit ketika Aqis ingin sosok ayah yang nyata, dan selalu ada bersama dia setiap hari. Ibu tau, kalo aku lagi nganter dia sekolah, Aqis selalu bilang mau punya papa kaya temen-temen nya."jelas Sisil.
Anna tertegung, hati nya mencelos dengan sedikit rasa sesak.
"Apa saya jahat yah, dulu nggak pernah mau nemuin mereka berdua."kata Anna.
"Ibu nggak jahat, cuma emang keadaan yang nggak berpihak kepada kita. Saya paham pikiran ibu, karena kenyataan nya saat ini pak David sudah beristri, bahkan jauh sebelum Balqis lahir dia sudah menikah lagi bukan?"
Anna menganggukan kepala nya.
"Kamu tahu Sil, saya hanya seorang yatim piatu yang di cintai mas David, lalu dia menikahi saya. Dan luka yang sangat dalam itu dimulai setelah itu."suara Anna terdengar lirih.
Walau sudah beberapa tahun berlalu, namun hati kecil nya selalu menjerit, ketika mengingat kejadian yang membuat hati nya hancur.
"Saya hanya seorang asisten rumah tangga, namun ketika ibu menempatkan saya sebagai sahabat, maka saya sudah menjadi sahabat ibu, sejak lama."kata Sisil.
Anna menarik nafas nya, lalu menghembuskan nya peelahan.
"Selalu bertemu dengan orang yang sudah menyakiti kita memang sangat sulit, tapi setidak nya sekarang ibu sudah bisa menerima, dan membiarkan hubungan antara ayah dan anak membaik."jelas Sisil kembali, kali ini ia tampak memberi semangat kepada Anna dengan senyum hangat nya.
"Mungkin mas David akan sering kesini, jadi saya minta, kamu yang temani Balqis."ujar Anna.
"Ibu bisa mengandalkan saya."sahut Sisil.
Lalu Anna tersenyum, walau terlihat jelas kesedihan tergurat di wajah Anna.
Terkadang, takdir tidak berpihak kepada kita. Tapi hidup harus tetap berjalan meski itu terasa sangat sulit.
ucap Anna dalam hati.
"Oh, hati. Terimakasih sudah mau pulih, walau belum seutuh nya."Anna kembali bergumam.
Jangan lupa dukungan nya!
Like, komen, dan vote nya.
Eits, yang mau ngasih bunga sama kopi juga boleh.
Ig. @anggika15.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
berarti slengki dong si david
2024-06-10
0
Sri Widjiastuti
hub yg rumit....
2023-02-04
1
Rachmawati 8281
sabar ya Mama Aqis...
2023-01-18
1