Edward terbangun dengan kepala pusing.
Ya iyalah pusing kamu Ed! Habis berapa bir semalam.
Edward sendiri sebenarnya kuat jika minum alkohol namun kemarin dia sempat kurang tidur dan ditambah jengkel dengan Mike, membuat emosinya berantakan plus alkohol yang membuatnya malah semakin drop.
Sedikit terhuyung, Edward keluar ruang kerjanya dan tampak pengawalnya John sudah menyiapkan segelas air putih hangat dan teh herbal. Edward pun duduk di sebuah kursi dekat meja Konsul untuk meminum apa yang dibawakan John.
"Yuna sudah bangun?" tanya Edward sembari menyesap teh herbalnya.
"Belum boss. Tampaknya nona Yuna masih jetlag" sahut John. "Apalagi dia baru saja dari China bersama rekan-rekan arkeolog."
Edward mengangguk. Hari ini biarkan saja gadis itu istirahat. Setelah merasa enak, pria bermata biru itu berjalan menuju kamar tidurnya untuk membersihkan diri.
"Ohya boss, berita di online sudah di take down tapi tidak media cetak."
Edward berhenti. "The Sun? Daily Mail?"
"Hampir semua."
Brengsek! Dasar Voldemort!
Edward tahu ini pasti ulah bossnya Duncan McGregor yang tetap memberikan media cetak membuat gosip.
"Haaaahhhh!" teriaknya frustasi lalu masuk ke kamar tidurnya dan membanting pintu dengan keras.
John hanya tertawa karena tahu siasat licik tuan besarnya.
"Nggak heran kalau nona Nabila memanggil tuan besar Voldemort" kekehnya.
***
Edward sudah rapi mengenakan kemeja putih dan celana hitam tapi belum mengenakan jas. Sembari keluar dari kamar dengan membawa jasnya, Edward melihat jam tangan mahalnya yang menunjukkan pukul delapan pagi.
Sesampainya di meja makan, tidak ada tanda-tanda Yuna berada disana.
"Nona Yuna belum keluar kamar, Maria?" tanya Edward kepada kepala pelayan mansion Blair.
"Belum tuan. Nampaknya masih tidur."
Ya ampun! Dia itu cewek atau koala sih? Tidur lama bangets!
"Ya sudah, saya bangunkan dia."
Edward pun berjalan menuju kamar tamu lalu mengetuk pintunya. Hampir sekitar lima menit Edward mengetuk tapi tetap tidak ada jawaban.
Jangan salahkan aku kalau main masuk ke kamarmu nona Yuna!
Edward dengan pelan membuka pintu kamar Yuna dan melihat pemandangan yang menurutnya sangat menggemaskan.
Disana tampak Yuna masih bergelung dengan selimut dan tidur!
Edward menelan salivanya. Jiwa Casanova muncul kembali dan melihat bibir Yuna yang sedikit merengut membuatnya ingin mencicipinya.
Bodo lah! Siapa suruh nggak bangun-bangun!
Edward duduk di tepi tempat tidur Yuna lalu dengan perlahan dia hendak mencuri ciuman dari gadis itu. Ketika jarak bibirnya hanya tinggal beberapa milimeter, Yuna terbangun.
Melihat ada seorang pria hendak menciumnya, reflek Yuna meninju wajah pria itu. Karena tidak siap dan terkejut melihat reaksi Yuna, Edward pun terjatuh dari tempat tidur. Wajahnya terasa senut-senut setelah terkena bogem pagi.
"Astaghfirullah! Mr Edward! Apa yang hendak anda lakukan? Mencium saya!" teriak Yuna yang langsung menutup tubuhnya dengan selimut. Sekilas dia melirik ke tubuhnya yang masih mengenakan baju kemarin tapi coatnya sudah dilepas.
"Fu*** !!! Salahnya kamu nggak bangun-bangun! Tidur kayak koala! Makanya kalau tidur jangan ngebluk!" hardik Edward dengan nafas memburu antara malu dan kesal.
"Hellooo!!! Saya itu masih jetlag! Toh saya biasa bangun jam segini kalau dari pergi jauh! Jadi bersabarlah!" bentak Yuna nggak mau kalah.
"Baru kali ini ada tamu yang berani memukul tuan rumah!" bentak Edward.
"Karena tuan rumahnya kurang ajar! Jadi saya berhak menjotosnya!" balas Yuna sama kerasnya.
"Boss! Anda tidak apa apa?" tanya John setelah mendengar ribut-ribut di kamar Yuna.
"Kamu! Siapa yang membawaku masuk ke kamar ini?" tanya Yuna judes ke arah John.
Pria tinggi besar berambut hitam dan bermata coklat itu hanya menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah Edward yang masih terduduk sambil mengusap wajahnya.
"Oh! Jadi kemarin Mr Edward menggendong saya?" Yuna menyipitkan matanya menatap Edward.
"Apa? Kamu mau mengucapkan terimakasih?"
"Terimakasih!" jawab Yuna seperti nggak ikhlas. "Apa anda juga yang melepaskan coat saya?"
"Apa enaknya tidur dengan Coat tebal begitu? Ya, aku yang melepaskan coatmu dan sepatumu. Puas?" balas Edward dengan sama tajam dan dinginnya ke Yuna.
"Puas!" Lalu keduanya saling membuang muka.
John nyaris tergelak melihat boss dan adik sepupu nona kesayangannya saling membentak satu sama lain.
"Sana keluar! Aku mau mandi!" hardik Yuna kesal.
"Apa perlu aku temani?" balas Edward asal.
Yuna berjalan mendekati Edward. "Kalau anda mau hari ini berangkat ke kantor dengan muka babak belur, aku tidak keberatan untuk melakukannya." Gadis itu menatap Edward tajam dan bernada dingin.
Lalu Yuna membalikkan tubuhnya dan mulai membongkar kopernya.
"Cepat mandi dan aku tunggu di meja makan!" Edward pun berdiri dengan dibantu John lalu keduanya keluar dari kamar Yuna.
Dasar bule gila!
Yuna pun mendapat pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi.
***
Edward masih mengompres pipi kirinya yang terkena tonjokan Yuna. Dia tidak menyangka gadis kurus itu bisa memukul keras wajahnya.
Maria menatap tuannya kasihan. Baru kali ini tuannya kalah menghadapi perempuan yang notabene baru semalam sampai di mansion ini.
"Tuan, apa perlu saya beri salep anti nyeri?" tawar Maria, wanita berusia 50 tahun itu.
"Nanti saja Maria. Sial! Pagi-pagi kena..." suara Edward menghilang ketika melihat Yuna berjalan menuju ruang makan.
Mengenakan dress warna kuning dengan motif bunga matahari, membuatnya bersinar di pagi hari ini. Edward hanya bisa melongo melihat wajah cantik itu duduk di hadapannya.
"Selamat pagi nona Yuna. Saya Maria, kepala pelayan di mansion ini" sapa Maria ramah sembari mengulurkan tangannya yang disambut Yuna ramah membalas memegang tangan wanita itu dengan kedua tangannya.
"Selamat pagi Maria. Maaf kalau saya membuat keributan pagi-pagi" senyum Yuna.
"Tidak apa nona, karena tuan pantas mendapatkannya" kekeh Maria yang langsung mendapat tatapan tajam Edward.
Yuna tertawa kecil tanpa bersalah.
"Silahkan nona, sarapannya." Maria meletakkan sepiring sarapan khas Inggris.
Yuna menatap sarapan di hadapannya lalu dia bertanya pada Maria.
"Apakah aku boleh meminta satu mangkuk mashed potatoes? Aku sangat suka mashed potatoes."
Edward melongo. Baru kali ini ada tamu tanpa malu meminta tambah makanan sebelum menyentuhnya.
"Tentu saja, nona Yuna. Anda terlalu kurus!" komentar Maria.
"Itulah kejelekanku. Mau makan sebanyak apapun tapi aku tetap kurus" kekeh Yuna.
"Betapa aku iri padamu nona" sahut Maria sembari membawakan semangkuk mashed potatoes.
"Terimakasih." Yuna menatap Edward. "Masih sakit?"
"Menurut mu?" sahut Edward sarkasme.
"Paling nanti siang biru tuh pipi" ucap Yuna cuek sembari memasukkan mashed potatoes ke mulutnya. "Hhhmmm enak!"
"Makanlah yang banyak! Kamu terlalu kurus! Aku tidak suka perempuan kurus!" sahut Edward asal.
Yuna hanya melongo.
***
Yuhuuu
Up sore Yaaaa
Thank you for reading
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Nur Bahagia
laahh emang yuna suka kamu? 🤭
2024-09-01
1
Murti Puji Lestari
waaahhh minta tambah tonjok pipi yg sebelah kayaknya si Edward
2024-07-13
1
Bambang Setyo
Lah apa urusanmu ed kalo gak suka cewek kurus... 🤣🤣🤣
2023-05-19
1