Ranting dedaunan menari seirama gejolak angin di musim ini. Musim yang membius seluruh raga dan bahkan mampu membekukan aliran darah dalam sekejap.
Titik-titik air di atas rerumputan masih menyisakan jejaknya. Sepasang kaki jenjang itu tetap melangkah meskipun mulai terlihat segumpal awan hitam semakin menelan langit secara perlahan. Tak ada alasan untuk berhenti karena sebentar lagi akan tiba.
Langit baru saja menghentikan tangisnya, namun gumpalan awan hitam kembali menyelimuti langit. Menyembunyikan sang penguasa hari di balik gumpalan hitamnya.
Hanna menghentikan sejenak langkahnya, sekedar untuk menyesapi aroma khas musim ini. Sangat menyegarkan. Kemudian ia bersandar di sebuah pohon dengan tetap memandangi langit. Sungguh indah.
Wanita itu kemudian menekan dadanya, saat dia merasakan sesuatu menelusup ke dalam rongga dada ketika desir angin meniup pelan tubuhnya.
Sesuatu yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Perlahan ia pejamkan matanya dan ia mulai mengerti sesuatu. Setetes cairan bening berhasil lolos dari pelupuk matanya, entah karena apa. Dia merasakan ini benar-benar dalam.
"Hanna!!"
Seluruh atensinya tertarik saat sebuah suara masuk dan berkaur di dalam telinganya. Ketika sepasang mata itu terbuka, Hanna melihat sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di depannya.
"Nona, apa kau butuh tumpangan?" Tanya seorang pria yang duduk di balik kemudi.
"Aku tidak bisa menolak jika kau memang berniat memberiku tumpangan." Jawab Hanna.
"Naiklah," pinta pria itu mempersilahkan. Pria itu kemudian membukakan pintu untuk Hanna dan mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
"Kemana saja kau beberapa hari ini, Han? Kenapa ponselmu sulit sekali di hubungi?" Tanya pria itu setelah Hanna duduk disampingnya.
Mobil sport merah itu kembali melaju kencang pada jalanan kota yang padat kendaraan.
"Aku sibuk beberapa hari ini. Memangnya untuk apa kau menghubungiku?" Tanya Hanna yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya. Wanita itu tengah berkirim pesan dengan Rey.
"Karena aku ingin tau bagaimana kabarmu, Nona Kim!!" Jawab pria itu gemas.
"Kau terlalu berlebihan, Derby Song!!" Ucap Hanna menyahuti, tanpa menatap lawan bicaranya.
Hanna tetap fokus pada ponselnya. Sedangkan Derby yang sedari tadi memperhatikan menjadi sangat penasaran. Pasalnya wanita itu begitu serius sehingga muncul berbagai pertanyaan di benaknya.
"Apakah Hanna masih berhubungan dengan pria itu? Pria bermarga Xiao itu?" guman Derby membatin.
Derby ingin sekali bertanya, tapi dia takut menyingung perasaan Hanna, karena itu sudah melewati batasnya. Akhirnya diapun memilih untuk diam dan membiarkannya.
"Der, turunkan aku di halte depan. Aku ada janji untuk bertemu dengan seseorang."
"Siapa?" Tanya Derby penasaran.
"Bukan urusanmu!! Jangan banyak tanya, turunkan saja aku di sana!" Pinta Hanna sekali lagi. Derby mendesah berat. Pria itu mengangguk, atau Hanna akan mengomelinya habis-habisan.
Hanna segera turun setelah mobil Derby berhenti. Wanita itu meminta sahabatnya itu untuk langsung pergi, awalnya Derby menolak dan ingin menemani wanita itu sampai orang yang menjemputnya tiba, tapi Hanna menolak dan bersikeras memintanya untuk pergi.
Tak lama setelah mobil Derby pergi. Sebuah sedan mewah berwarna hitam metalic berhenti di depan Hanna. Wanita itu tersenyum lebar, Hanna langsung di tarik ke dalam mobil dan sebuah ciuman langsung menyambutnya.
"Siapa yang mengantarmu ke sini tadi?" Tanya pria itu yang pastinya adalah Rey.
"Derby, sahabatku. Kau melihatnya?" Tanya Hanna seraya menatap Rey tak percaya.
"Hn,"
Hanna memicingkan matanya. "Kenapa ekspresimu begitu? Jangan bilang jika kau cemburu?" Tebak Hanna sambil mengangkat turun alisnya.
"CK, dalam mimpimu!! Aku hanya tidak suka kau dekat dengan pria lain selain aku. Ingat Hanna Kim, kau itu adalah partner ranjang ku dan hanya aku yang boleh dekat denganmu!!"
"Egois!!"
Rey menarik lengan Hanna menuju jok belakang mobilnya lalu membaringkan tubuh Hanna di sana. Pria itu menyerang wanita di bawahnya dengan membenamkan bibir kiss able-nya pada bibir ranum tipisnya.
Rey sungguh sudah tak tahan. Ia mencium bibir tipis itu dengan keras. Ia gigit bibir bagian bawah Hanna hingga menimbulkan kecipakan panas tersebut.
Hanna yang awalnya terkejut kini sudah terbuai dengan ciuman lembit namun menuntut Rey yang semakin lama semakin memabukkan.
Rey membuka bibirnya lebar lebar dan meraup kedua belah bibir Hanna. Ia hisap bibir itu kuat-kuat. Permainan pun semakin panas, ciuman mereka berdua pun telah menjadi ciuman panas menuntut.
Hanna memeluk erat tekuk Rey. Ia sudah tak bisa menahannya lagi. Ia tekan tekuk partner ranjangnya iru hingga ciuman mereka semakin dalam.
"Rey..ngghhh.. "
Setelah Mendengar lenguhan Hanna, Rey pun memutuskan untuk mengakhiri Ciuman itu. Dan Benang Saliva pun terlihat di kedua belah bibir mereka berdua.
Rey bangkit dari atas tubuh Hanna tanpa mengakhiri kontak diantara mereka. "Aku tidak suka kau berhubungan dengan pria manapun, termasuk si mata sipit itu. Jika kau masih nekat dan tidak mau mendengarkan ku, maka jangan salah jika aku sampai menghabisinya!!"
Hanna menatap Rey sebal. "Dasar Iblis, kenapa kau hobi sekali mengancam ku?! Lagipula aku dan dia sudah kenal lama, bahkan jauh sebelum aku mengenalmu. Kami bersahabat baik, Derby sudah seperti kakakku sendiri."
"Tapi dia tidak menganggap begitu!! Aku pria, Hanna. Dan aku tau jika dia memiliki perasaan lebih padamu. Kau saja yang tidak peka terhadap perasaan orang lain!!"
Hanna mengangkat bahunya. "Entah,aku memang tidak paham tentang hubungan percintaan, karena sejak remaja aku belum pernah merasakan yang namanya berkencan."
"Aku memang pernah mencintai seseorang, tapi hanya sebatas mencintai saja. Tidak lebih, tapi sayangnya orang yang aku cintai secara diam-diam itu telah memiliki pasangan. Bukankah hidupku sangat menyedihkan karena sampai sebesar ini aku masih buta pada hal-hal yang berbau cinta?!"
Rey kembali memagut bibir Hanna. "Persetan Dengan cinta, bahkan hatiku sudah mati sehingga tidak bisa merasakan lagi cinta. Aku sudah kehilangan cintaku, seluruh keluargaku meninggalkanku."
"Mama, Daddy, dan kakakku, mereka dengan kejamnya meninggalkan aku sendirian. Aku kesepian Hanna, aku sangat kesepian." Ujar Rey. Kedua matanya tampak berkaca-kaca.
Hanna yang merasa tidak tega kemudian menarik pria itu ke dalam pelukannya. Hanna menyandarkan kepala Rey pada bahu kanannya.
"Kau tidak sendirian, Rey. Kau masih memiliki kedua kedua pamanmu yang sangat peduli padamu. Dan Kakek Zhoumi, dia juga sangat menyayangimu. Berbeda denganku, aku sendirian, Ibuku pergi sedangkan ayahku membuangku. Dilihat dari segi manapun, hidupku lebih menyedihkan darimu." Tutur Hanna.
Rey masih lebih beruntung darinya. Dia masih memiliki keluarga dan orang-orang yang peduli padanya. Sementara Hanna, dia hidup sebatang kara. Meskipun masih memiliki ayah, tapi dia tidak peduli padanya.
Rey melepaskan pelukan Hanna. Pria itu tersentak melihat wajah Hanna yang berurai air mata. Sepanjang mengenal wanita itu, ini pertama kalinya dia melihatnya menangis. Selama ini Hanna selalu berusaha terlihat tegar. Namun pada kenyataannya dia sangat rapuh.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
mamahe Lana
sama sama dipertemukan dengan keadaan terluka...moga suatu saat hanna ma rey bisa bahagia.,..oohhh y kak bukannya aster waktu itu hamil anak ke3 ya....kok disini rey cuma pnya kakak...🤔🤔
2022-08-14
0
Lisa
Wanita itu aslinya rapuh meskipun keliatannya kuat
2021-12-20
2
Ziafei
Sekuat apapun wanita, memang ada saatnya dia merasa rapuh. sedih novel sebagus ini tapi gak ada pembacanya 🤧
2021-12-19
6