Kau Membuatku Tidak Waras

Langkah, demi langkah mencoba mengarungi lautan manusia yang penuh dan sesak. Mencoba keluar dan bebas terbang, layaknya burung-burung yang terbang di langit luas.

Tangannya menggenggam sebuah ponsel keluaran terbaru, wanita itu sedikit terkejut saat benda tipis dalam genggamannya itu tiba-tiba saja berdering menandakan jika ada panggilan masuk.

Tanpa menghentikan langkahnya, wanita itu menerima panggilan yang masuk ke ponselnya. Dan dia telah menyiapkan mentalnya untuk menerima Omelan dari seseorang di seberang sana.

"Hanna Kim, berani sekali kau pergi tanpa ijin dariku!!"

"Jangan keterlaluan Rey Xiao!! Aku memiliki urusan yang harus aku selesaikan. Lagipula kau masih tidur dan sangat pulas. Jadi mana mungkin aku tega membangunkan mu!!"

"Berhentilah mencari alasan untuk membela diri. Lihat dan tunggu saja, malam ini kau pasti akan mendapatkan hukumannya, Nona."

"Hm, aku sangat menantikannya. Sudah ya, aku tutup dulu telfonnya." Hanna memutusakan sambungan telfonnya secara sepihak.

Dan Hanna berani bersumpah jika di seberang sana Rey tengah marah-marah tidak jelas karena ulahnya. Tapi wanita itu tidak mau ambil pusing apalagi memikirkannya.

Hanna menghentikan sebuah Taxi yang melintas."Paman, tolong antarkan aku ke alamat ini." Hanna menyerahkan sebuah kartu nama pada Paman sopir Taxi tersebut.

Pria setengah baya itu mengambil kartu nama tersebut kemudian mengangguk. Rencananya hari ini Hanna akan menemui mantan pelayan di rumahnya. Dia ingin tau apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, dan apa saja yang mereka lakukan selama dia tidak ada.

-

"Aarrkkhhh!! Wanita ini, kenapa semakin hari semakin berani saja?! Hanna Kim, kau benar-benar membuatku tidak waras!!" Rey mengusap kasar wajahnya. Pemuda itu tersenyum hambar.

Bagaimana bisa dia begitu panik saat mendapati Hanna tak lagi berbaring disampingnya, hingga rasa takut akan kehilangan lagi menyeruak dan memenuhi rongga dalam dadanya.

"Bos, Anda memanggilku?" Seorang pria jangkung menerobos masuk ke dalam kamar itu.

Rey melemparkan sebuah amplop berisi uang pada pria tersebut. "Aku memiliki sebuah tugas untukmu. Pergilah ke kota B dan temukan pria bernama Joseph Lin, bawa dia kehadapanku dalam keadaan hidup-hidup!!"

"Tapi Bos?!"

"Aku anak menaikan gajimu sebesar 20% bulan ini jika kau berhasil. Dan satu lagi, aku juga akan memberikan bonus padamu."

Mendengar kata naik gaji dan mendapatkan bonus membuat mata pria itu langsung berbinar.

"Jika hanya membawa seorang pria kehadapan-mu, itu bukanlah perkara yang sulit. Kau bisa mempercayaiku, Bos. Kalau begitu aku akan pergi sekarang juga."

Rey mendengus geli. Sikap asistennya itu terkadang membuatnya geli sendiri. Dan jika sudah berurusan dengan naik gaji dan bonus tambahan, pasti dia langsung semangat dan bisa menyelesaikan tugas yang ia berikan lebih cepat dari apa yang ditentukan.

Tangan kiri Rey terulur untuk mengambil sebuah bingkai foto yang ada di atas meja samping tempat tidurnya. Raut wajahnya berubah sendu saat dia melihat tiga orang di dalam foto tersebut.

"Ma, Pa, Kak, aku merindukan kalian. Kenapa kalian begitu kejam padaku dan meninggalkan aku sendiri?" Rey menyeka air matanya yang hampir saja menetes.

Meskipun 10 tahun telah berlalu. Namun Rey masih belum bisa melupakan peristiwa itu, peristiwa dimana dia kehilangan seluruh keluarganya dalam sebuah kejadian tragis.

Kedua orang tua dan kakak perempuannya meninggal karena pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan tenggelam di laut.

Beruntung tubuh mereka masih dalam keadaan utuh meskipun luka tampak di beberapa bagian tubuhnya. Sehingga mereka langsung bisa di kenali dan diidentifikasi.

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Rey meletakkan kembali bingkai foto itu ke tempat semula setelah dia mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya. "Masuk, pintunya tidak dikunci!!" Seru Rey.

Seorang pria setengah baya terlihat menghampiri Rey. "Ada apa, Paman?" Tanya Rey to the poin.

"Semua orang sudah menunggumu untuk sarapan, sebaiknya segera turun, kasian mereka sudah menunggumu terlalu lama."

"Kalian sarapan dulu saja. Tidak perlu menunggu diriku. Aku akan sarapan di luar, aku ada janji dengan seseorang pagi ini."

"Baiklah kalau begitu."

Setelah pria itu keluar. Rey pun pergi ke dalam ruangan di mana dia menyimpan semua barang-barang pribadi miliknya seperti pakaian, sepatu, jam tangan dan lain sebagainya.

Setelah dress up dengan kemeja putih, celana hitam, Vest dan jas yang senada dengan celananya. Rey berjalan meninggalkan kamarnya, tak lupa dia membawa kunci mobil kesayangannya juga.

Rey ada pertemuan penting setengah jam lagi di salah satu restoran mewah di kota ini. Dan dia harus datang lebih awal, ia tidak bisa membuat tamunya sampai menunggu kedatangannya.

-

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit. Hanna tiba disebuah pedesaan yang terletak di barat kota. Ia berencana menemui mantan pelayan di rumahnya, juga saksi kunci atas apa yang menimpa ibunya.

Akses jalan yang harus Hanna lalui untuk menuju lokasi tentu tidaklah muda, pasalnya ia harus melewati jalanan berbatu dan sedikit berlumpur. Maklum saja karena yang dia datangi adalah sebuah pedesaan kecil dan jauh dari perkotaan.

"Hai, Nak. Apa diantara kalian ada yang mengenal wanita ini?" Hanna menunjukkan sebuah foto pada anak-anak yang sedang bermain di lapangan.

Anak-anak itu mengangguk. Ternyata salah satu dari mereka adalah anak dari orang yang Hanna cari, sungguh sebuah kebetulan yang manis. Hanna pun langsung diantar untuk bertemu orang tuanya.

"Kakak, hati-hati, jalannya sangat licin karena sedikit berlumpur dan berlumut." Ucap anak itu memperingatkan.

Hanna tersenyum. "Kakak tau, terimakasih sudah diingatkan. Tapi apakah rumahmu masih jauh?" Tanya Hanna memastikan.

Anak kecil itu menggeleng, kemudian menunjukkan letak rumahnya pada Hanna."Itu di sana, hanya tinggal 7 meter lagi. Ibu pasti senang melihat Nona datang mencarinya."

Hanna tersenyum. "Ya, semoga saja." Jawab wanita itu.

Hanna tidak ingin terlalu berharap. Mungkin saja wanita itu masih sangat sakit hati pada keluarganya atas apa yang telah mereka lakukan padanya. Minus Hanna pastinya.

"Ibu, ada yang ingin bertemu denganmu. Nona ini berjalansangat jauh hanya untuk bisa bertemu denganmu!!"

Sontak saja wanita yang dia panggil ibu itu menolah. Dan betapa terkejutnya dia setelah melihat siapa orang yang datang ke rumahnya."Nona Muda," pekiknya kaget.

Hanna pun dipersilahkan masuk oleh wanita itu. Dengan diliputi rasa bersalah, diapun menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Nona Mudanya itu.

Dan betapa hancurnya hati Hanna saat tau jika sang ibu ternyata meninggal ditangan ayah dan istri mudanya. Sungguh dia tidak menyangka jika mereka akan begitu tega pada ibunya.

"Itulah yang terjadi, Nona. Tuan dan nyonya Amanda bekerja sama untuk menghabisi Nyonya, karena mereka ingin menguasai seluruh harta Nyonya. Bagus saya hanya dipecat dan tidak langsung mereka habisi setelah tau rahasia besar mereka."

Kedua tangan Hanna terkepal kuat. Wanita itu semakin terisak mendengar bagaimana ibunya meninggal. Hatinya sakit dan bagai teriris sembilu.

"Kedua Bajingan itu, aku pasti akan membalas perbuatan mereka. Lihat dan tunggu saja, bagaimana aku akan menghancurkan mereka berdua!!"

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Vina Pembriyani

Vina Pembriyani

seru De....lqnjutkan

2022-01-03

0

Lisa

Lisa

Kata-katanya bagus dan gak bikin bosen baca

2021-12-20

4

Ziafei

Ziafei

Seru banget Thor. gak kecewa datang ke sini

2021-12-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!