Kembalilah Jadi Partnerku

Rey menghentikan mobilnya di area Sungai Han. Pemuda itu keluar dari mobilnya diikuti Hanna yang kemudian berdiri disampingnya. Selama beberapa saat, kebersamaan mereka hanya di isi keheningan. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Hanna maupun Rey.

Wanita itu menggulirkan pandangannya pada sosok tampan disampingnya. Ekspresinya datar dan tak ada emosi sama sekali. Hanna mencoba membaca apa yang tengah Rey pikirkan saat ini. Tapi tidak bisa, pikiran pemuda itu memang sangat sulit terbaca.

"Kenapa kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun padaku?!" Setelah cukup lama diam, akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Rey.

"Keadaan," jawab Hanna singkat.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau ada masalah? Bukankah aku sudah pernah memberitahumu untuk datang padaku jika kau dalam kesulitan."

"Tapi masalah yang aku hadapi tidaklah sesederhana itu, Rey. Karena masalah itu menyangkut keluargaku." Jawab Hanna.

"Jadi selama ini kau tidak pergi keluar negeri dan masih ada di kota ini?" Hanna mengangguk. "Apa alasanmu tidak meminta bantuan dariku saat kau berada dalam kesulitan?"

"Karena aku tidak ingin merepotkan mu." Hanna menatap langsung ke dalam sepasang manik hitam milik Rey.

Rey kembali menatap Hanna, tatapannya lebih serius dari sebelumnya. "Kembalilah menjadi partner ranjang ku, aku akan memberikan banyak keuntungan untukmu." Pinta Rey tanpa mengakhiri kontak matanya.

"Bagaimana jika aku menolak?!"

"Itu artinya kau memilih mati!!"

"Hahaha.." tiba-tiba Hanna tertawa. "Tidak berubah sama sekali. Tetap semenyeramkan dulu!!"

Hanna merubah posisinya. Ia dan Rey saling berhadapan. Wanita itu mengangkat kedua tangannya dan mengalungkan kedua lengannya pada leher pemuda itu. "Aku setuju, asalkan kau menyetujui syarat dariku. Bantu aku membalas dendam pada keluarga Kim."

Rey menangkap wajah Hanna lalu mencium singkat bibir merah tipisnya. "Bukan perkara yang sulit. Jika hanya itu syaratnya, maka aku akan membantumu," kembali Rey mencium bibir Hanna. Kali ini lebih lama dari ciuman mereka sebelumnya.

"Bisakah kau lepaskan aku sekarang? Aku masih harus mencari tempat untuk tinggal. Aku sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi, mereka mengusirku dari rumahku sendiri."

"Tinggalkan di Villa milikku. Kau bisa tinggal di sana selama yang kau inginkan. Tentu tidak malam ini, karena malam ini kau harus menemaniku sampai pagi, Sayang. Anggap saja itu sebagai imbalan untukku karena sudah membantumu."

"Bukan hal yang sulit, dan aku akan melakukannya dengan senang hati."

"Kau memang yang terbaik, Baby."

-

Tubuh wanita itu tersentak-senrak ketika pria di atasnya menusukkan sosis beruratnya lebih dalam, hingga menyentuh bibir rah*mnya.

Beberapa tanda merah tampak menghiasi kulit putihnya. Mulai dari leher sampai perutnya. Hasil lukisan yang diciptakan oleh si pria melalui bibir sialan sexy-nya.

"Rey... Uhhh, lebih dalam lagi." Rancau si wanita di tengah kenikmatan yang Rey berikan.

Rey hanya menyeringai dingin. Dia paling menyukai jika partnernya ini sudah mulai mend*sah dan mengeluarkan erangan liarnya. Karena menurut pria itu, hal tersebut sangatlah sexy.

"Hanna, terus sebut namaku, Sayang." Pinta Rey tanpa menghentikan olah raganya.

"Rey... Oh, Rey... Aaaahhh, Rey.. lebih dalam lagi, lebih dalam lagi.."

"Ini sudah dalam, Sayang. Sangat dalam malah. Apa masih tidak begitu terasa, hm?" Ucap Rey sambil memandangi wajah Hanna.

"Milikku terlalu basah, Rey. Sehingga aku tidak bisa terlalu merasakan milikmu." Jawabnya.

"Milikmu keluar terlalu banyak, Baby. Itulah kenapa kau sangat basah." Ucapnya.

"Aaahhh...!! Rey!!'

"Kita keluarkan sama-sama, Sayang. Milikku sudah hampir keluar." Hanna mengangguk.

Mereka berdua pun mengeluarkan miliknya bersama-sama. Rey menyembunyikan wajahnya dipertopangan leher Hanna ketika mengeluarkan miliknya. Itu adalah ronde ketiga mereka malam ini.

"Aaahh." Hanna meringis ketika Rey menarik sosis beruratnya yang masih bersarang di dalam Miss-nya. "Uhh, sakit Rey."

"Hanya sesaat saja, Sayang. Tidurlah kembali, aku mandi dulu." Rey mencium singkat bibir Hanna dan meninggalkannya begitu saja.

Sambil menahan rasa sakit pada bagian Miss-nya. Hanna memunguti semua kain miliknya yang berserakan di lantai lalu memakainya. Wanita itu memutuskan untuk langsung tidur karena terlalu lelah.

-

Hujan yang sempat mengguyur kota sudah lama reda, tapi ruangan kamar ini masih terasa dingin meskipun pendingin ruangan tidak dinyalakan. Rey masih terdiam memandang keluar jendela, sibuk dengan pikirannya.

Ia masih terjaga meskipun jam dinding sudah menunjuk pukul 01.00 dini hari. Rey tak hanya sendiri, disampingnya sosok jelita tengah terlelap dalam tidurnya. Wanita itu terlihat lelah setelah pergulatan panas mereka beberapa saat yang lalu.

Rey beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah jendela dan memandang keluar. Memandang butir–butir hujan yang membasahi kaca jendela kamarnya.

Tidak ada yang istimewa dalam hidupnya. Rey telah kehilangan segalanya di usianya yang baru menginjak angka 15 tahun. Kedua orang tuanya dan kakak perempuannya meninggal secara tragis dalam sebuah kecelakaan pesawat.

Mungkin saja jika hari itu dia jadi ikut pergi bersama mereka, mungkin saat ini dirinya hanya tinggal nama. Tapi sepertinya Tuhan masih sangat menyayanginya.

 

Rey mendesah pelan. Ia masih bisa mengingat dengan sangat baik. Saat malam dimana Hanna tiba-tiba berjalan pergi tanpa menoleh lagi. Itu adalah pertemuan mereka yang terakhir kalinya. Hanna meninggal selama 3 tahun dari hidupnya.

Dan sejak malam itu, Hanna tidak pernah datang ke club lagi apalagi menemuinya, dan Rey berusaha bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. Namun sulit, kepergian wanita itu membawa pengaruh besar dalam hidup Rey.

Tapi, hampir setiap malam ia tersiksa. Seakan-akan dia masih bisa mendengar suaranya yang menggoda.

Terasa menakutkan, namun ada hal aneh yang membuat Rey selalu ingin mengajaknya berbicara dengan suara–suara itu, menyentuhkan jemarinya ke wajah suara–suara itu, merasakannya dengan nafsu yang terus tumbuh dan memagutnya sesekali, lalu diakhiri dengan rintih yang tertahan.

"Rey,"

Pemuda itu menoleh setelah mendengar suara bak lonceng yang masuk dan berkaur di dalam telinganya. Sosok Hanna menghampirinya, wanita itu terlihat sexy dengan balutan kemeja putih milik Rey.

Rey menyambut Hanna dengan sebuah ciuman panjang yang terasa begitu memabukkan. Tidak hanya sekedar mel*mat saja, namun lidah mereka juga bergulat panas dan liar. Tapi sayangnya ciuman mereka hanya berlangsung beberapa detik saja.

"Kenapa bangun? Dan kenapa kau memakai kemejaku?" Tanya Rey lalu menempatkan Hanna dipangkuannya.

"Kenapa? Apakah tidak boleh? Aku akan melepaskannya sekarang juga."

"Tidak perlu. Lagipula kapan aku mengatakan tidak boleh? Milikku adalah milikmu, begitupula sebaliknya."

"Aku perlu uang untuk membeli pakaian. Mereka tidak hanya mengusirku, tapi juga membakar semua barang-barang milikku. Pakaian, sepatu, tas, make up dan data-data penting termasuk kartu tanda penduduk ku."

"Itu bukan masalah yang besar. Serahkan semuanya padaku." Ucap Rey, sekali lagi dia mencium bibir Hanna. "Ini sudah lewat tengah malam. Ayo kita tidur." Hanna mengangguk.

"Baiklah."

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Tiara A$

Tiara A$

dari awal cukup menarik

2022-04-29

1

Aldiza azahra

Aldiza azahra

meski ceritay kelihatan tbu tp suka..bener g bulet dn alury bagus untuk diawal

2022-02-13

1

Lisa

Lisa

Next lagi thor

2021-12-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!