Bersiap ke pernikan sahabatnya Vony memastikan penampilan tubuhnya sudah sempurna dari pantulan cermin kamarnya, merasa tidak ada yang kurang Vony meraih tas dan kado yang ia beli tadi malam. Berjalan keluar menemui papah dan mamanya kedua orang tersebut ternyata sudah menunggunya sejak tadi, berangkat bersama dalam satu mobil mereka menuju hotel dimana acara akan di selenggarakan.
Membiarkan satpam memarkiran mobil mereka, ketiganya berjalan masuk dan diarahkan oleh seorang pelayan ketempat acara akan dimulai, dekorasi bernuansa berwarna putih yang sangat cantik membuat siapapun yang menatapnya dengan tatapan takjub dan bisa dipastikan biaya yang dikeluarkan tidak sedikit hanya untuk acara pernikahan semewah ini.
"Livi, Anggara, Vony kalian sudah datang?" sapa Ratih melihat teman dan sahabat anaknya sudah datang.
Cipika cipiki seperti mak-mak sosialita pada umumnya Livia mengucapkan selamat. "Selamat ya jeng akhirnya Aleta nikah juga"
"Terimakasih, semoga habis ini gantian Vony yang ikut nyusul ke pelaminan"
Mendengar ucapan mama sahabatnya Vony menunjukan deretan gigi putihnya canggung. "Masih lama tante"
"Gimana gak lama kalo calonnya aja gak ada" timpal Livia.
Vony menyenggol bahu mamanya malu. "Mama"
Melihat perdebatan mama dan anak di hadapannya Ratih mengeleng pelan, mempersilahkan Livia dan Anggara duduk terlebih dahulu Ratih mengajak Vony agar menemaninya melihat persiapan Aleta karena acara sebentar lagi akan dimulai, dengan senang hati Vony mengiyakan ajakan Ratih karena ia juga penasaran seberapa cantiknya Aleta di hari sepesialnya ini.
Membuka salah satu pintu kamar hotel keduanya dapat melihat Aleta yang begitu sangat cantik dengan balutan kebaya putih yang menempel sempurna pada tubuh rampingnya yang tengah berdiri di depan cermin besar.
Berjalan lebih masuk Ratih mengusap wajah putrinya lembut. "Anak bunda cantik sekali" pujinya.
"Makasih Bunda" jawab Aleta malu.
"Aku saja Sampai pangling tadi, aku kira yang aku lihat ini bukan kamu" goda Vony berjalan mendekat keduanya.
"Emang dari dulu aku gak cantik?" ucap Aleta berdecak pinggang dan itu membuat Vony mendekatkan wajahnya ke telinga Aleta.
"Udah mau di unboxing masih aja sombong!"
"Vony!!" teriak Aleta memukul tubuh sahabatnya itu yang suka sekali berbicara hal yang aneh-aneh.
"Sudah-sudah, kalian ini kalo ketemu pasti deh ramainya minta ampun" lerai Ratih melihat kedua gadis itu saling lempar pandang.
Ratih yang ingin mengatakan semua tamu undangan sudah menunggunya membawa Aleta keluar di dampingi Ratih dan Vony yang berjalan di sampingnya. Berjalan di atas karpet berwarna merah menuju pelaminan Ratih mendudukan tubuh putrinya di samping Kanzou-yang sebentar lagi menjadi suami sahnya.
Acara ijab kabul berjalan dengan sangat lancar semua orang yang hadir merasa senang akan pernikahan kedua insan tersebut. Mengucapkan selamat kepada kedua mempelai mereka menikmati acara selanjutnya.
"Sayang mama sama papa pulang mau pulang duluan tiba-tiba mama gak enak badan" ucap Livia mengusap tengkuk lehernya.
"Mama sakit?, mau dibawah kerumah sakit aja gimana?"
Melihat sorot khawatiran dari putrinya Livia menolak ajakan tersebut. "Mama cuma butuh istirahat, besok juga udah baikan"
"Serius?" tanya Vony memastikan, melihat Livia menganggukan kepalanya Vony mengizinkan mama dan papanya pulau lebih dulu. "Ya udah mama sama papa pulang duluan saja, nanti Vony sampainya sama tante Livia kalo mama gk enak badan"
"Kamu nanti pulang jangan terlalu larut" pesan Anggara sebelum pergi meninggalkan acara.
"Iyah"
Melihat kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan acara Vony berniat mencari tempat duduk karena kakinya yang terasa pegal. Baru saja dirinya membalikan badan tubuhnya lebih dulu di tabrak tubuh tegap milik seseorang mengakibatkan ponsel yang baru saja ia beli jatuh keatas lantai.
"Ya ampun!"meraih ponselnya dengan cepat sebelum di injak oleh seseorang Vony dapat melihat layar ponselnya retak. "Kalo jalan tuh lihat-lihat dong, pecah kan hp saya"
"Mas harus ganti rugi!" menaikan pandangannya Vony meminta pertanggung jawaban pria yang telah menabraknya.
Saling tunjuk satu sama lain dengan pandangan sinis keduanya menatap kesal wajah dihadapannya masing-masing.
"Kenapa sih kamu harus ada dimana-mana?, hobi banget ngintilin orang sampai ke kondangan segala lagi ngintilin nya. Mau cari makanan gratis?" omel Vony terhadap pria dihadapannya kalo ini saja sudah menjadi pertemuan ketiga mereka dalam dua hari belakangan ini siapa lagi kalo buka Alan.
Mendengar gadis tersebut mengatasinya mencari makanan gratis ingin rasanya Alan meremas mulut tanpa filter tersebut. "Siapa yang ngintilin situ?, ogah banget ngintilin cewek gila kaya kamu!, dan harus kamu tau aku disini bukan cari makanan gratis!"
"Terus kenapa situ ada dimana-mana?" ujar Vony berdecak pinggang.
"La situ juga kenapa ada dimana-mana?" ucap Alan menirukan gaya dan ucapan wanita dihapannya.
Merasa kesal saat pria tersebut mengikuti apa yang ia lakukan, Vony meremas udara tepat di depan wajah tampannya.
"Sekarang ganti rugi, jangan cuka banyak omong doang!" kata Vony menadahkan tanganya meminta uang.
"Disini yang salah itu kamu, kenapa balik badan gak bilang dulu!"
Membuka mulutnya dengan lebar mendengar ucapan tak masuk akal tersebut ia benar-benar di buat gila oleh pria tanpa otak dihapannya ini. "Mana ada orang balik badan bilang kaya gini. 'Misi dibelakang ada orang gak ya? saya mau balik badan nih' dasar gila!, tuh otak pendek banget kalo buat mikir!"
Mendengar gadis itu malah mempraktekkan hal konyol Alan mengangkat kedua pundaknya tak acuh dan melangkah pergi.
Melihat pria tersebut melangkah pergi Vony mencengkram tangan berotot tersebut. "Main pergi aja, ganti rugi dulu" ucap Vony menunjukan ponselnya yang rusak.
Melihat sekilas ponsel tersebut Akan membuang pandangannya kearah lain. "Cuma rusak dikit dong tinggal bawa ke tukang servis hp tar juga bener lagi tuh hp kentang" ujar Alan gampang kembali berjalan meninggalkan Vony yang masih berdebat dengan otaknya.
"Kentang? hp dua puluh juta dibilang kentang?"
"Gaya doang sok kaya tapi aslinya miskin!" teriak Vony melihat Alan yang sudah melangkah menjauh membuat semua pasangan mata menatapnya.
Membalikan badannya Alan menatap wajah Vony seperti orang yang tengah menantan kekuatan mentalnya. Menghampiri gadis bar-bar tersebut dengan cepat Alan menyeretnya keluar dari ruangan resepsi yang sebentar lagi berlangsung.
Menempelkan tubuh mungil tersebut ke dinding kamar mandi Alan langsung mengunci tubuh tersebut dengan kedua tangannya menempel pada badan tembok.
"Kamu mau ngapain?" tanya Vony langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada saat jarak tubuh mereka begitu dekat.
Melihat Vony yang menyilangkan kedua tangannya, Alan memutar bola matanya malas. "Aku tidak akan tertarik denger cewek kurus kerempeng seperti dirimu!"
Mendengar hinaan tersebut Vony menatap tajam wajah Alan. "Kalo orang katarak ya gini ga bisa beda in mana yang kurus kerempeng dan mana yang bodynya kaya model!"
"Tuh mulut bisa di les in gk?"
"Kenapa emang? mulut-mulut gue, ya suka-suka gue dong!"
"Dimana-mana kalo cewek ketemu cowok tampan itu anggun,kalem, lemah lembut, lah ini model ondel-ondel liar"
"Kamu merasa tampan?"
"Jelas, dan sangat tampan" ucap Alan dengan bangganya.
Melihat pria itu memuji dirinya sendiri Vony hampir dibuat muntah oleh ucapan tersebut. "Model jin tomang aja bangga!"
Wajah Alan yang tadinya begitu sangat bangga seketika berubah menjadi sangat-sangat kesal.
Melihat Alan komat-kamit tak jelas seperti orang kesurupan membuat Vony hampir lupa untuk menagih ganti rugi hpnya. "Gak usah komat-kamit kayak gitu mending sekarang ganti rugi hp ku yang udah kamu jatuhin!" tagih Vony dengan tangan yang menadah seperti tadi.
"Ogah!" jawab Alan sedikit ngegas.
Jarak mereka yang begitu dekat membuat Vony dapat merasakan aroma mint dari mulut pria dihadapannya. Merasa tubuhnya yang hampir oleng Vony mengelengkan kepalanya beberapa kali mengembalikan kesadarannya. "Bauk ketoprak tau gak!"
Saat wanita itu menghina bau mulutnya Alan menunjuk kepala Vony dengan jari telunjuknya. "Otak kamu ini yang kaya cireng!"
Menepis kasar tangan Alan dari kepalanya Vony kembali terus menagih uang seperti ibu kos menagih iuran kebersihan. "Gak usah hina otak berkelas gue, gue mau lo ganti rugi sekarang!"
"Kalo kamu tidak mau ganti rugi aku bakallan teriak dan bilang sama semua orang kalo kamu udah apa-apa saya disini!"
Melihat pria tersebut hanya diam saja Vony bersiap untuk mengelurkan suara medunya. "Tolong-"
Melihat gadis itu yang benar-benar akan teriak Alan langsung membungkam mulut Vony dengan cepat.
"Emmm"
"Diam!" perintah Alan yang takut ada orang yang masuk kedalam toilet tersebut dan memergokinya dengan gadis gila ini yang ada dirinya akan dinikahkan malam ini juga. "Ok gue bakal ganti rugi ponsel lo tapi gak sekarang karena kita masih di acara" ucap Alan melepaskan cengkraman tangannya.
Membenarkan ucapan pria dihapannya Vony mengangguk setuju, tapi tidak semudah itu membiarkan pria tersebut pergi begitu saja. "Sini in hp lo!"
"Buat apa?"
"Mana!"
"Ck..." merogoh kantong jasnya Alan menyodorkan ponselnya melihat apa yang akan dilakukan gadis itu terhadap ponselnya.
Setalah mencatat nomer ponsel Alan, Vony kembali menyodorkan benda pipih tersebut kembali ke pemiliknya. "Besok saat jam makan siang datang ke Adhitama Company, jangan sampai enggak! kalo kamu gak datang aku bakal laporin kamu kekantor polisi dengan tuduhan penipuan" setalah mengatakan hal tersebut Vong berjalan meninggalkan Alan yang masih bergerutu ditempatnya.
Melihat punggung Vony lenyap dari pandangannya, rasanya Alan ingin mengirim wanita itu ke planet Saturnus sekarang juga biar sekalian dimakan dengan alien agar dirinya tak bertemu dengan wanita model seperti itu dimuka bumi ini.
***
Jangan lupa Like, Komen, Vote dan Beri Hadiah 🤗♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments