Alatta-3

Alatta berjalan dengan riang menuju ruang keluarga dirumahnya, setelah 5 hari menemani Aykal dirumah sakit dan selalu didekatnya, hubungan keduanya ada peningkatan.

Walau hanya 1 persen saja.

"Princessa." Alatta langsung berhenti melangkah, raut wajahnya berubah asem dan kecut seperti lemon mentah. Dia berbalik dan menatap anggota keluarganya yang tengah berkumpul.

"Iya Papa?" sahutnya tenang dan lembut, dia harus elegan sesuai dengan apa yang keluarganya tuntutkan. Bersikap elegan, lembut seperti seorang putri kerajaan.

Menyebalkan.

Adrien, Papa Alatta tersenyum segaris. Dia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Sebuah berkas penting yang Alatta tak tau isinya "Kamu tau, benda ini sangat berharga untuk masa depanmu." ujar Adrien tenang.

Aku tenang jika kalian bebaskan. Cibir batin Alatta.

"Iya, Pa." jawab Alatta seadanya saja.

"Kamu harus segera menyelesaikan studi kamu." sahut Marinatte, Mama Alatta. Altta mendengus lirih kemudian tersenyum anggun "Baik Ma. Alatta usahakan." jawabnya tenang.

"Abang denger, kamu nolongin orang ya di Kampus." celetuk Aldo. Abang pertama Alatta, seorang Pengacara kelas atas. Usianya 26 tahun, seorang Duda beranak 4.

Alatta mengangguk pelan. "Kenapa kamu mau nolongin dia?" imbuh Aldrian, Abang kedua Alatta. Usianya 25 tahun, pekerjaannya sebagai Anggota DPR. Bujhank lapuks.

Alatta menghela napas teramat pelan, jangan sampai keluargnya menganggap helaan napasnya sebagai tanda melawan. "Latta hanya benci keributan." jawab seadanya.

"Kamu bisa menjauh, tak perlu sampai turun tangan." ketus Aldrick. Abang ketiga, usianya 24 tahun.

Punya pacar seorang Guru TK, pacarnya lembut sekali berbeda dengan Aldrick yang ketus, dingin dan berdarah dingin. Alatta meremat kedua tangannya pelan

"Latta..cuman..kasihan." bisiknya.

Dengusan remeh terdengar, kasihan katanya "Sudahlah. Kembali ke kamarmu, ingat kita harus mendatangi keluarga Eduardo minggu depan, membahasa Perihal perjodohan antara kamu dan Putra bungsu mereka." ujar Marinatte

telak.

Alatta mengepalkan kedua tangannya, dia menunduk dalam kemudian mengangguk. Setelahnya dia berjalan menjauh dari sana, dengan dada yang terasa sesak menahan air matanya.

"Ini yang mereka katakan sempurna. Jika aku bisa memilih, aku tak akan mau lahir dikeluarga seperti ini." Desis Alatta penuh emosi, dia ingin bebas, dia tak suka dikekang lebih lama lagi.

Alatta masuk kedalam kamarnya, kemudian menutupnya secara perlahan, dia mencak-mencak tanpa suara. Dengan geram dia berjalan kearah kasur dan merebahkan tubuhnya.

Dia lelah, lelah dengan segala peraturan yang akan terus menjeratnya sampai mati. Kapan tali kekang ini akan terlepas darinya.

"Rasanya aku ingin bunuh diri saja." lirihnya dengan sesak ditenggorokannya. Dia menahan tangisannya, berakibat tenggorokan dan dadanya sakit.

Kenapa dia harus terlahir disini, segala kemewahan tak berujung diselingi dengan kekangan tak bertepi.

...Alatta lelah....

...💔💔💔💔...

Aykal berjalan dengan riang menuju taman belakang kampus, ini hari pertama dia keluar dari rumah sakit setelah 5 hari terjebak disana.

Dia tak sabar bertemu dengan Alatta, sejujurnya Aykal merindukan gadis itu, Alatta tak mengirimkannya pesan apapun setelah sepulangnya dia semalam.

Aykal memberikan nomernya pada Alatta, dan mereka mulai saling bertukar pesan dengan SmS tentu saja. Ponsel Mokianya tak punya whatssap atau Line. Jadi pake pulsa saja.

"Latt-" seruan bahagia Aykal terhenti saat melihat Alatta tengah memukuli seorang remaja seusia Aykal. Pria itu sudah babak belur ditangan Alatta.

"Sekali lagi gue liat lo disini, habis lo." desisnya dingin seraya menghempaskan tubuh pria itu. Korbannya langsung lari meninggalkan Akatta yang membersihkan tangannta dari sisa tanah.

Dia berbalik sedikit, senyum lembut tersungging dibibirnya "Aykal." sapanya lembut. Aykal tersentak, dia tersenyum lebar dan berjalan mendekati Alatta.

Aykal duduk disebekah Alatta dan langsung meraih tangan gadis itu, terlihatlah luka dan memar dipunggung tangannya "Luka, tangan cantik Latta luka.." bisiknya tak rela.

Aykal segera mengambil betadine dan plester yang ada disaku sweater hijau tosca nya. Dia segera mengobati luka yang ada ditangan Alatta.

Dengan Alatta yang tersenyum manis penuh kegembiraan, dia berhasil sedekat ini dengan Aykal. Selangkah lagi, dia bisa menjadi pacar Aykal.

"Suka.."

"Heum?" Aykal mendongak, dia mendengar gumaman dari Alatta. Hanya saja dia tidak terlalu mendengar dengan jelas "Latta mengatakan sesuatu?" tanya nya lembut.

Alatta memandang wajah Aykal lekat. Kemudian tersenyum miring "Aku menyukaimu. Aykal." ujarnya lembut.

Hah? Ini tanggal berapa?

"Hahaha, Latta jangan gitu ah. April mop kan sudah le-"

Aykal menghentikan ucapannya saat tatapan penuh keseriusan terlihat jelas diwajah Alatta. Tangan Aykal yang tengah menempelkan plester langsung kaku.

Dia menunduk dalam "L-latta, maaf." Alatta tersenyum kecil, dia sudah menebak apa yang akan Aykal katakan.

Persis seperti yang terjadi dirumah sakit 4 hari kemarin.

"Aku menyukaimu Ay. Mau jadi pacarku gak?"

"P-pacar? T-tapi."

"Ay.."

Aykal menunduk, dia meremat selimut putihnya "Maaf.." bisiknya lemah, dia tak bisa menerima perasaan Alatta. Gadis itu terlalu tinggi untuk bersanding disebelah Aykal yang rendah ini.

Alatta tertawa pelan, dia mengelus pipi Aykal "Gapapa, aku udah tau kamu bakalan jawab seperti itu." ujarnya halus.

Aykal merasa bersalah, Alatta begitu baik padanya. "Maaf..hiks..maaf Latta..hiks..maaf Aykal gabisa nerima perasaan kamu.." isaknya lirih, dia menutupi wajah jeleknya menggunakan selimut.

Alatta tak menjawab, sejujurnya ini pertama kalinya Alatta sakit hati karena penolakan cinta. Dan kamar Aykal siang itu hanya diisi dengan suara tangisan Aykal.

Sampai dia tertidur lelap.

Alatta hanya diam sampai Aykal selesai memakaikannya plester, baru setelahnya dia berdiri. "Latta, mau kemana?" tanya nya pelan.

Alatta menghela napas panjang, kemudian tersenyum sendu. Dia mengelus rambut hitam Aykal perlahan "Aku harus menenangkan rasa sakit hatiku Aykal. Maaf." setelahnya dia pergi menjauh.

Meninggalkan Aykal yang duduk termenung di kursi taman dengan perasaan yang campur aduk rasanya.

Kedua tangannya saling meremat "Maafin aku..." bisiknya penuh rasa bersalah.

Mereka tak mungkin bisa bersama.

Tbc.

Terpopuler

Comments

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

waktu nya mencari pengganti Bang 😆

2022-11-25

0

Evi

Evi

EMG terkadang harta menjadi tolak ukur atas segala hal,.
sampai mereka lupa harta tidak dibawa mati..
😫😫😫😫

2022-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!