"Rumi, kau dimana?" Tanya Ethan to the point setelah Rumi mengangkat teleponnya.
Rumi tak langsung menjawab, dan terdengar helaan nafas berat, seolah Rumi sedang terengah-engah dan habis melakukan sesuatu yang melelahkan.
Memangnya Rumi sedang apa?
Lari maraton?
"Urusanku belum selesai, Ethan! Ada apa?" Suara dan nafas Rumi masih terdengar terengah.
Aneh sekali!
"Ruby sakit."
"Sakit apa? Kau antar saja pulang kalau begitu!"
"Tapi sakitnya sedikit aneh, Rumi," Ethan menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil memperhatikan Ruby yang kini semakin berkeringat dan gelisah di atas tempat tidur. Wajah gadis delapan belas tahun tersebut juga semakin memerah seolah menahan sesuatu.
Padahal Ruby sudah minum obat penurun panas, kenapa kondisi Ruby tak membaik?
"Aneh bagaimana? Ruby mabuk? Kau memberikannya minum?"
"Tidak!" Sergah Ethan cepat menyangkal tuduhan Rumi.
"Sekarang kalian dimana?"
"Di kamar Olivia di hotel. Tadi Olivia yang menyuruhku membawa Ruby kesini agar Ruby bisa istirahat dan minum obat," jelas Ethan pada Rumi.
"Yasudah! Aku akan kesana tiga puluh menit lagi. Biarkan Ruby istirahat dulu. Nanti kita pulang bersama!"
"Baiklah!" Pungkas Ethan sebelum teleponnya pada Rumi terputus.
Ethan kembali menghampiri Ruby yang terlihat gelisah.
"Ethan, demamku belum turun. Berikan obatnya lagi," racau Ruby yang tiba-tiba sudah menurunkan lengan gaunnya sebelah kanan.
"Ruby, kau sedang apa?" Ethan buru-buru membenarkan lengan gaun Ruby.
"Aku kepanasan! Aku ingin membuka baju," bentak Ruby pada Ethan.
Ruby memaksa untuk menurunkan lengan gaunnya lagi dan gadis itu juga menarik-narik gaun pestanya.
"Ruby, stop!" Ethan masih berusaha menghentikan tingkah Ruby yang semakin aneh, saat tiba-tiba Ruby meraba-raba lengan Ethan yang tak tertutupi lengan kemeja.
Ya, malam ini Ethan memang hanya mengenakan kemeja lengan pendek,dan kini Ruby sedang mengusap-usap lengan Ethan yang terbuka lalu membimbingnya agar lengan Ethan tersebut mulai mengusap leher dan dada Ruby.
"Ah," Ruby melenguh dan sepertinya merasa nyaman sekali saat Ethan mengusapkan lengannya di leher pundak Ruby yang sudah terbuka.
"Jangan berhenti!" Racau Ruby yang tiba-tiba sudah menyandarkan kepalanya di dada Ethan. Tangan Ruby bahkan mulai bergerilya dan hendak melepaskan kancing kemeja Ethan, namun Ethan bisa langsung sigap menghentikan tangan Ruby yang seolah tak terkendali.
"Ethan," Racau Ruby sekali lagi seraya menggerakkan tangan Ethan di bagian-bagian tubuhnya, lalu Ruby akan melenguh seperti seorang wanita yang sedang diselimuti kabut gairah.
Tunggu!
Yang terjadi pada Ruby...
Ethan mendadak ingat pada artikel tentang obat perangsang yang pernah ia baca diam-diam.
Ya,
Ethan adalah remaja yang selalu ingin tahu. Semua hal tentang obat, baik itu yang mampu menyembuhkan atau yang mampu menghancurkan, selalu menarik bagi Ethan untuk dipelajari. Tak terhitung lagi artikel dan buku tentang dunia kesehatan serta obat-obatan yang sudah khatam Ethan baca.
Dan sekarang, Ethan paham apa yang sudah terjadi pada Ruby. Seseorang pasti susah memberikan Ruby minuman yang sudah dicampur dengan obat perangsang. Ruby akan terus merasakan panas di sekujur tubuhnya, lalu gadis ini pasti juga akan berusaha menyakiti dirinya sendiri jika hasratnya tak tersalurkan.
Sial sekali!
Kenapa Ethan tadi tidak membawa Ruby pulang?
Sekarang sudah terlambat dan Ruby....
"Aku akan menelepon Om Juna," ucap Ethan tergagap sambil membuka ponselnya saat tiba-tiba Ruby menyentak kasar ponsel Ethan hingga jatuh ke lantai dan layarnya retak.
"Ethan, jangan kemana-mana," Ruby terus meracau, melenguh, dan memaksa tangan Ethan untuk menyentuh bagian tubuhnya yang membuatnya menjadi nyaman.
"Siapa yang sudah melakukan ini kepadamu, Ruby?" Ethan menangkup wajah Ruby yang masih memerah serta bibir gadis itu yang tetap tak berhenti meracau.
Tangan Ruby sudah mulai membuka bajunya sendiri karena kini Ruby merasa kegerahan,dan yang ingin dilakukan Ruby hanyalah merobek bajunya sendiri, lalu membiarkan kilitnya dan kulit Ethan melakukan kontak lebih banyak.
"Ethan, tolong aku!" Pinta Ruby memohon.
"Aku mencintaimu, Ruby. Tapi aku tak mungkin melakukannya." Ethan menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung menjauhi Ruby. Ethan menjaga jarak sejauh-jauhnya dari Ruby yang kini sudah setengah naked.
"Ethan, jangan pergi!" Ucap Ruby lemah.
Gadis itu hendak menyusul Ethan saat secara tak sengaja tangannya menyenggol gelas di atas nakas hingga jatuh dan pecah.
Ruby yang melihat pecahan kaca dari gelas tadi, langsung terlihat tertarik dan hendak mengambilnya
"Ruby, jangan!!" Cegah Ethan cepat yang langsung mendekap tubuh Ruby yang kini hanya tinggal mengenakan sepasang underwear.
"Terus peluk aku, dan jangan pergi," Ruby kembali menyusuri tubuh chubby Ethan dengan jemarinya.
Ethan benar-benar tak mau melakukannya, tapi jika Ruby tak mendapatkan kepuasan dan penyaluran hasrat, gadis ini tak akan berhenti kepanasan dan meracau. Ruby pasti juga akan terus berusaha menyakiti dirinya sendiri.
"Ruby," Ethan menangkup wajah Ruby sekali lagi.
"Aku akan melakukannya, agar kau merasa baikan. tapi kita akan menyesalinya setelah ini."
"Tapi jangan khawatir, aku hanya mencintaimu. Aku akan bertanggung jawab dan aku akan menikahimu." Ethan terus meyakinkan dirinya sendiri saat tangan Ruby sudah selesai melepaskan deretan kancing di kemeja Ethan yang bentuknya juga sudah tak karuan.
Ethan bahkan tidak tahu harus memulai darimana, karena ini pertama kalinya ia akan menyentuh seorang gadis dan menjadi pemuda brengsek.
Tapi Ethan juga tak sepolos itu. Ethan pernah beberapa kali menjadi anak nakal yang suka menonton video yang tak seharusnya Ethan tonton. Ethan hanya penasaran, dan sekarang Ethan akan menggunakan ingatan nakalnya itu untuk menyentuh Ruby.
Ethan akan mengkhianati janjinya sendiri yang ingin selalu menjaga Ruby dan tidak akan menyakiti gadis ini sebelum mereka sama-sama dewasa dan menikah.
"Maaf, Ruby!"
Gumam Ethan yang sedang berusaha menyatukan miliknya dengan milik Ruby.
Gadis itu terlihat kesakitan untuk beberapa saat. Tentu saja, karena ini adalah kali pertama untuknya!
Atau mungkin Ethan terlalu kasar saat melakukannya?
"Aku akan mulai bergerak, lalu kau tak akan merasa sakit lagi," ucap Ethan yang hanya dijawab Ruby dengan anggukan.
Ethan bergerak perlahan dan terus menatap pada wajah Ruby. Ethan tidak mau aji mumpung dan remaja delapan belas tahun tersebut tetap mengutamakan kenyamanan Ruby.
Wajah Ruby yang tadi memerah dan terlihat gelisah kini sudah berangsur normal bersamaan dengan gerakan Ethan yang semakin cepat. Ruby bahkan mulai mengimbangi gerakan intens Ethan.
Ethan terus mempercepat gerakannya hingga akhirnya ia dan Ruby bersama-sama mencapai pelepasan.
Ethan kebablasan!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tulip
ethan lp diri
2022-10-13
0
Riska Wulandari
keturunan Alvin Ghea..🤣
2022-06-20
1
Kesti Lestari
ethan remaja normal yg serba penasaran 😤😤
2022-03-03
0