"Hah, salah orang kayaknya gue minta lo datang ke sini. Mumet ndasku." Erfan memijat pelipisnya, entah apa yang dipikirkan otaknya sampai jadi semrawut seperti ini. Sudah pasti karena kerjaan, kerjaan yang tidak dijalaninya dengan sepenuh hati.
"Ngomong sama lo, gak ada bedanya sama ngomong tembok. Mending gue pesan dulu."
"Gue juga, udah abis nih." Erfan mengetuk-ngetukkan gelas kosongnya ke meja. Ilmi mengangguk, lalu berdiri memundurkan kursinya, tak sengaja menyenggol seorang gadis yang membawa segelas cokelat. Tumpahan cokelat itu mengenai kemeja Erfan.
"Maaf Mbak, saya kurang hati-hati." Ucap Ilmi penuh rasa bersalah pada perempuan yang disenggolnya.
"Shitt, lo gak bisa hati-hati ya Mi, sampai nabrak orang dan gue kena imbasnya." Erfan mengambil tisu untuk membesihkan noda cokelat di kemejanya. "Gila, untung bukan kopi panas."
"Sorry Fan, ntar pulang lo bisa langsung mandikan?" Goda Ilmi sambil terkekeh. "Tunggu di sini ya Mbak, saya ganti minumannya." Belum sempat menjawab, Ilmi sudah pergi. Gadis itu tidak enak jika harus pergi begitu saja, dengan terpaksa ia menunggu. "Maaf ya Mas, bajunya jadi kotor." Ucapnya tulus pada pria yang sibuk membersihkan kemeja.
"It's ok—" kalimatnya terpotong saat menatap orang yang masih berdiri dihadapannya. "Lo lagi? Ya Allah, sial kenapa gue hari ini. Gak ada habis-habisnya kena apes." Gerutu Erfan dengan mata melotot pada Hira.
"Gue 'kan udah minta maaf." Cicit Hira yang juga tidak kalah kagetnya melihat pria yang menabraknya di koridor rumah sakit pagi tadi.
"Sama kayak pagi tadikan, gue udah minta maaf baik-baik malah lo ketusin." Erfan masih dendam dengan tuh perempuan yang tidak tau sopan santun.
"Yaa maaf, sekarang satu-satukan, jadi kita impas." Ucap Hira santai dengan senyum mengejek.
"Gak bisa, gue gak merugikan lo pagi tadi, sedang lo bikin baju gue kotor." Bentak Erfan, kali ini ia tidak akan tinggal diam. Sedikit membuat perempuan itu sakit hati gak masalahkan?
"Bukan salah gue, temen lo yang nyenggol." Wajah cantik Hira masih terlihat tenang, tidak ada ketakutan sedikitpun saat Erfan membentaknya.
"Udah salah malah ngotot, dasar lo!!" Erfan mengerang, matanya melotot.
"Apa?" Bukan mengalah, Hira malah balas memelototi Erfan dengan garang.
"Dasar cewek gak tau sopan santun!" Erfan tidak habis pikir bisa bertemu dengan perempuan yang berwujud seperti itu.
Ilmi kembali ke meja dengan membawa tiga gelas minuman, dua kopi untuknya dan Erfan, satu lagi cokelat untuk gadis yang ditabraknya. Ia memelankan langkah kaki saat mendengar percekcokan Erfan dengan gadis itu.
"Fan, sejak kapan lo bisa marah-marah dengan orang yang baru dikenal." Tegur Ilmi, kemudian duduk di samping Erfan setelah mempersilahkan gadis itu untuk duduk juga.
"Dia aja tuh dasar cewek rese, gak tau sopan santun. Kok ada sih dokter dengan kelakuan seperti itu." Erfan menjawab dengan penuh kemarahan, Ilmi jadi pusing.
"Lihatkan Mas, teman Mas ini sesuka hati menghina orang," Balas Hira tak kalah garang.
"Saya minta maaf ya Mbak, kalau ucapan teman saya ini sudah membuat gak nyaman."
"Ngapain sih lo minta maaf Mi." Sewot Erfan, meminum coffe latte yang baru Erfan pesankan.
"Tapi gimana lo bisa tau dia dokter?" Sela Ilmi, memandang dua orang yang berada di mejanya dengan bergantian.
"Dia dokternya Nana."
"Oh, Nana sakit apa?"
"Partus." Jawab Hira singkat, sekarang kalau bisa Ilmi ingin menghilang saja. Dua orang yang tidak tau memiliki masalah apa sudah membuat kepalanya pening.
"Oke, sekali lagi maaf ya Dok dengan tingkah teman saya."
"Harusnya dia yang minta maaf Mas, jadi orang kok gengsi banget." Cerca Hira, tuh Hira gak bisa dijudesin lama-lama. Ia bisa jadi tambah judes, walau awalnya bisa bersikap tenang.
"Hiraaa...!!" Teriakan seorang perempuan membuat Hira membalikkan badan mencari sumber suara sambil melambaikan tangannya.
"Lho, kenapa kamu bisa di sini Ra?" Ressa mendekati sahabatnya, matanya kemudian beralih pada sang bos. "Kenapa bajunya kotor Pak? Aku siapkan pakaian ganti ya."
"Ngapain disiapin sih Sa, manja banget deh." Sambar Hira dengan asal, Ressa menempelkan telunjuknya di bibir Hira. "Sstt, diam Hira."
"Gak perlu Sa, lo urus aja nih orang. Gue dah malas di sini." Ressa mengangguk atas perintah bosnya, tatapannya beralih pada Ilmi, seolah bertanya. Pria itu mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.
"Gue duluan ya, sorry atas kelakuan Erfan." Sekali lagi pria itu minta maaf kemudian menyusul Erfan yang berjalan lebih dulu sambil membawa kopi yang belum sempat diminumnya.
"Ada masalah apa lo sama bos gue Ra?" Ressa duduk di samping Hira untuk meminta penjelasan. Tidak biasa Erfan marah dengan orang yang baru dikenal tanpa alasan.
"Jadi itu bos lo Sa, manusia paling nyebelin yang pernah gue temuin seantero jagat raya ini. Banyak sih pasien yang nyebelin. Tapi bos lo tuh lebih, lebih nyebelin." Perasaan Ressa baru duduk deh, kenapa jadi ia yang kena sasaran marahnya Hira.
"Jangan ngomong gitu, kalau jatuh cinta ntar susah. Pak bos orangnya manis kok, kalau sama orang luar aja tingkahnya begitu." Siapa taukan sahabatnya ini bisa membuat bos Erfan move on. Tapi kalau sama Ressa, Erfan gak galak-galak amat deh.
"Idih, amit-amit gue suka cowok kayak dia." Hira masih kesal dengan tingkah lelaki yang gak tau diri itu, mulutnya pedas kayak cabe rawit.
"Hmm, jadi mau ngomongin apa sampai jauh-jauh nyusul gue ke sini." Ressa mengalihkan pembicaraan, tau kalau sahabatnya satu ini tidak suka dengan pembahasan sekarang.
"Gak ada, jenuh aja tiap hari cuma liat orang sakit." Ucap Hira sambil tertawa renyah. "Kita lama udah gak nongkrong kayak ginikan?" Ressa mengangguk, Hira bisa berubah mood secepat itu. Apa karena pengaruh coklet yang Hira minum, Ressa tak tau.
"Lo ada masalah Ra?"
"Heh, lo kira hidup gue cuma dipenuhi masalah Sa. Emang kalau gue ketemu lo harus ya saat ada masalah aja." Ressa mengendikkan bahunya, Hira terkikik sambil menyedot cokelat dinginnya. "Oh ya, cowok yang sama bos lo tadi udah ada yang punya?"
"Udah punya anak." Jawab Ressa tak acuh, ia tau persis Hira hanya mengalihkan pembicaraan. "Gue tau lo lagi menyembunyikan kesedihan Ra. Gimana pun juga gue tau semua tentang lo, mau disembunyikan gimana juga mata lo gak bisa bohong."
"Hmm, hidup ini sudah berat Sa. Bisa gak kalau kita gak usah bahas pembahasan yang berat dulu." Goda Hira dengan tersenyum manis. Bagi Ressa senyuman Hira semanis apapun tidak dapat menyembunyikan segala kesedihan yang dimiliki gadis bermata cokelat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
visualyaaa boleh lh
2022-07-30
1