Aira menekan pelipisnya yang sakit. Kemudian bangun dan berjalan ke arah dapur. Mengambil minum dan baru menyadari bahwa persediaan bahan makanannya sudah habis. Sepertinya, ia harus ke minimarket.
Gadis itu masuk ke kamarnya. Memakai kaos santai lengan pendek serta celana jins biasa. Ia membuka laci nakas. Mengambil sebuah kacamata yang memiliki tempat istimewa di hatinya. Senyumannya merekah. Lalu, Aira menyambar jaket dan keluar apartemennya.
***
Aira memilih beberapa bahan makanan dengan wajah datar seperti biasanya. Matanya membulat sempurna ketika menatap lelaki yang ada di hadapannya. Ia memutar bola mata lalu mengacuhkannya begitu saja.
"Lo kenapa diam si!" Aira menghiraukan lelaki tampan yang tua satu tahun darinya. Kemudian mendengus kesal saat lelaki itu meghadang jalannya. Dengan sorot mata tajam, Aira seolah mengatakan, Minggir woyy!
"Jawab gue dulu." dahi Aira berkerut dalam. Jawab apaan coba? Pikirnya.
"Kenapa lo diam dan gak ngelawan mereka?" tanya lelaki itu dengan raut wajah serius.
"Males," sahut Aira santai sembari mengangkat bahunya acuh.
"Ra! Lo harusnya ngelawan biar mereka gak semena-mena lagi sama lo!"
"Hmm."
"Dengerin woy! Gue abang lo!" Aira berdecih pelan. Lalu mendekat dan menatap dalam sepasang mata elang itu.
"Gak ada seorang abang yang cuma ngeliatin adiknya dibully!" ucap Aira tajam lalu melangkah pergi. Melewati lelaki yang memejamkan matanya sembari mengepalkan tangannya. Berusaha mengatur emosi.
"Kenapa juga lo ganti password apartemen?" tanya laki-laki itu lagi. Aira menghela napas panjang. Lelaki gila ini masih setia mengikutinya di belakang. Gadis itu kemudian menatap sekilas antrian yang lumayan panjang lalu menatap lelaki yang ternyata menatapnya tajam.
"Please. Gak usah ngurusin Aira Bang," ucapnya pelan. Lelaki itu terdiam hingga saat keluar dari minimarket, lelaki itu masih mengekor di belakangnya.
"Gak usah ngikutin Aira. Kalau gak, nanti mereka tau semuanya!" ancamnya dengan nada pelan tapi sorot mata mengancam. Gadis itu berjalan ke motornya.
***
Keesokan paginya.
Aira mengerjapkan matanya. Sinar dari sang mentari yang masuk melalui celah jendela membuat kedua mata dengan iris kecokelatan itu terbuka. Tangannya terangkat ke samping nakas. Melihat jam yang ada di atasnya. Jarum jam di sana sontak membuat mata Aira membulat sempurna.
Aira beranjak dengan cepat. Tak ingin terlambat. Mencari taksi menuju ke sekolah karena ingin sambil mengepang rambutnya di perjalanan.
Sesampainya di gerbang sekolah yang masih terbuka, Aira menghela napas lega. Ia tak terlambat ternyata. Gadis itu berjalan ke kelas dengan santai dan Mendapati sudah ada guru biologi. Ia menelan saliva dan menundukkan kepala.
"Aira." suara Pak Joko yang serak basah itu justru terdengar menakutkan di telinga Aira.
"Silahkan berdiri di lapangan sampai 20 menit terakhir jam istirahat." Aira menghembuskan napas kasar. Lalu beranjak menuju lapangan.
Menggerutu kesal, bukankah ini keterlaluan. Seharusnya cukup berdiri di depan kelas 'kan? Gadis itu berdiri dengan keringat bercucuran sebab mentari yang kian menyengat.
Aira sama sekali tak menyadari, bahwa ada yang memperhatikannya sejak tadi.
"Hai!"
Gadis itu menoleh lalu menatap seorang laki-laki seumurannya. Lalu bertanya. "Siapa yaa?"
"Gue kenal lo, tapi lo gak kenal gue," sahut laki-laki itu ambigu. Ia membenarkan letak kacamatanya sembari mengangkat kedua sudut bibirnya hingga sempurna.
"Kevin," ucapnya sembari mengulurkan tangan ke hadapan Aira.
***
Terima kasih atas apresiasi
dari kalian semua ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rara kara🌹🌼🌈
kenapa abangnya ga nolongin ya heran deh😠
2021-07-17
0
moemoe
abgnya s Alvin pasti.adeknya alvin nii
2020-12-16
2