Bruk!
Di salah satu toilet lantai dua khusus wanita, Aira terhempas ke sudut ruangan yang biasa digunakan untuk membuang hajat. Raut wajahnya datar. Kadang tanpa ekpresi sama sekali. Membuat ketiga orang di hadapannya semakin geram.
Byuur!
Satu ember disiramkan ke tubuhnya. Ia hanya diam. Tak menangis ataupun melawan. Aqila menatapnya tajam.
"Lo itu manusia apa bukan sih!" geramnya sembari mencengkram dagu lancip Aira. Gadis itu mendongak. Matanya yang bulat membalas tatapan Aqila dengan sorot mata tak terbaca. Sedangkan kacamatanya ia sudah tak tau ada di mana.
"Lo nyari ini?" tanya Adel sembari menenteng kacamata miliknya. Aira diam seribu bahasa. Membuat Lita mendengus kesal lalu menarik rambutnya yang masih dikepang dua.
"Lo itu punya mulut tapi gak dipake! Punya mata juga tapi gak ada air mata!" Lita tersenyum puas saat mendengar desisan rasa sakit dari bibir tipis Aira. Tapi setelahnya, Aira memasang wajah biasa.
"Sialan!" umpat Lita kesal.
Sementara Adel menatap dalam wajah Aira. Ia tersenyum miring dan Aira menelan saliva. Adel berjalan ke closet lalu mengangkat tangannya yang ada kacamata Aira tepat di atasnya. Dan ia melepaskan benda itu begitu saja. Setelah menendang perut Aira, gadis cantik berdarah Jerman itu keluar dari sana. Di susul Lita dan Aqila yang keduanya juga menghadiahkan tamparan di masing-masing pipi Aira.
Setelah beberapa saat, Aira keluar dari sana dengan mata merah serta seragam putih abu-abu yang sangat kusut. Ia berjalan ke arah parkiran sekolah. Beberapa kali gadis itu menyeka air mata yang terus keluar dari sudut matanya.
"Kenapa keluar terus sih!" umpatnya kesal pada bulir bening yang membasahi pipinya sendiri. Ia benci saat dirinya begitu lemah hingga mengeluarkan air mata yang baginya adalah tanda kelemahan.
Gadis itu berjalan cepat saat melihat ketiga gadis yang membuatnya seperti ini. Tak ingin terlihat oleh tiga pasang mata jahat yang baru saja mengerjainya habis-habisan. Aira segera melajukan motor beatnya dengan kecepatan yang tinggi. Sama sekali tak menyadari. Bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan sorot mata penuh arti.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan, akhirnya ia sampai pada tempat satu-satunya yang menurutnya nyaman. Ia menekan code password apartemennya lalu berlari ke kamarnya.
Kaki-kaki mungilnya yang putih bersih melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri. Di bawah air shower yang turun membasahi kulitnya ia menangis lagi.
Ia kesal pada dirinya sendiri. Kesal pada takdir yang seolah selalu membuatnya menderita. Mempunyai ibu yang acuh padanya ketika menikahi seorang lelaki duda. Di tambah tiga wanita gila yang selalu membully-nya. Salahnya apa?
Peraturan sekolah memang sangat tegas mengenai pembully-an. Tapi Adelia dan kedua temannya selalu mempunyai cara untuk mengerjainya. Aira mematikan shower lalu menghela napas panjang. Dengan masih memakai bathrobe ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Merebahkan dirinya dengan terlentang.
"Hiks ...."
Baiklah, Aira mengakui. Ia memang lemah. Sangat. Ia tak pernah nangis di hadapan mereka karena tak ingin membuatnya dipandang lemah.
Menjadi seorang nerd girl bukanlah pilihannya. Dia memang harus memakai kacamata. Bukan berarti dia buta jika tak memakai benda itu. Tapi matanya rabun dekat. Aira menyeka air mata. Hingga rasa kantuk mulai menyerangnya. Aira lelah. Wanita itu meraih selimut dan masuk ke dalam kehangatan kain itu. Pergi ke alam mimpi dan sejenak lupa tentang siapa dirinya sendiri.
Putri Aira Syahraini yang begitu kesepian sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rara kara🌹🌼🌈
aku suka ceritanya😍
2021-07-17
0
Lin lin
Next thor😁
2020-04-08
3