"Kita jarang ngumpul lagi, sudah lama, meski ada aku di sini itu tidak akan cukup, kamu tetap merasa sepi."
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Jully masih duduk di ruang kerjanya, dia masih di kantor dan belum ada tanda-tanda dia ingin pulang. Ucapan Rere tadi siang masih terngiang jelas di telinganya. "Apa aku semenyedihkan itu? Apa terlihat sangat jelas rasa kesepian itu di wajahku?" Tanyanya dalam hati. Tiba-tiba phonselnya berdering, tertera nama Auliya disana, lalu dia mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam kakakku sayang... Bagaimana kabar kantor?" Jawab Auliya.
"Dasar adek gak punya akhlak! Bukannya nanya kabar kakaknya kaya gimana malah nanya kabar kantor, emang aku satpam kantor?!" Maki Jully panjang lebar.
"Wooo slow beb... Jangan ngambek dong... Gimana kabar kakak?" Terdengar kekehan di seberang sana.
"Capek, banyak kerjaan hari ini, sampai-sampai mau jalan pulang aja rasanya mager." Jawab Jully yang terdengar lesu.
"Serius kak kamu masih di kantor jam segini?" Tanya Auliya tak percaya, bawasannya Jully adalah orang yang paling malas jika di suruh lembur, dia selalu menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam kantor usai atau dia akan menyelesaikannya di hari berikutnya jika tidak terlalu dikejar dateline. Tetapi ini seorang Jully lembur? Maka dari itu sangat sulit dipercaya bagi seorang Auliya Dirgantara yang notabene merupakan adik sepupu sekaligus partner Jully di kantor mengetahui kalau kakak cantiknya itu masih di kantor diatas jam tujuh malam.
"Hmm.. " Jawab Jully malas.
"Ini udah hampir jam delapan malam dan kakak masih belum pulang?" Tanya Auliya masih tak percaya.
"Apa perlu aku video call?" Balas Jully jengah.
"Boleh." Yang diiyakan langsung oleh Auliya.
"Ogah!! Siapa kamu? Gak penting juga." Balas Jully sewot.
"Dihh masih ngambek, serius kak tumben aja kamu masih di kantor jam segini, semua orang di kantorpun juga tahu kalau kakak itu paling anti sama yang namanya lembur." Auliya mencoba menenangkan Jully yang sepertinya dalam suasana hati yang kurang bagus.
"Udah gak usah dibahas, aku gak ngambek kok, trus kamu nelpon ada apa Aul?" Tanya Jully.
"Oh iya hampir lupa, aku cuma mau kasih tahu kakak kalau aku belum bisa balik ke kantor besok, urusan di sini masih belum selesai, mungkin dua hari lagi baru bisa balik." Terang Auliya.
"Oke gak papa, aku bisa urus yang di sini, kamu di sana semoga cepat kelar urusannya."
"Thanks pengertiannya, dah sono pulang dah malam, pasti belum makan malam juga kan?" Tebak Aul.
"Hmm laper. " jawab Jully sambil mengerucutkan bibirnya yang tentunya tidak dapat dilihat oleh Auliya.
"Makanya cepat pulang!"
"Iya bawel, bye!!" Jully langsung menutup telponnya sepihak dan langsung bergegas membereskan barang-barangnya kemudian melangkah keluar kantor menuju parkiran dimana mobilnya diparkir. Lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan segera menancapkan gasnya menuju arah pulang ke apartemennya.
Di perjalanan pulang dia singgah sebentar di sebuah cafe untuk membeli segelas matcha kesukaannya dan sebuah cupcake strowberry untuk mengganjal perut. Saat ini dia tidak ingin makan nasi, hanya saja dia harus mengisi perutnya kalau tidak ingin penyakit magnya kambuh. Sambil menunggu pesanannya, Jully mengeluarkan phonselnya dan membuka grub chat yang dia buat bersama para sahabatnya. Sepi. Itu yang terlihat disana. Grub yang selalu ramai oleh kabar dan canda tawa teman-temannya sekarang sepi, sudah tiga bulan ini, paling cuma beberapa pesan saja yang terlihat, itupun hanya dia dan Rere yang mendominasi. Yang lainya entah kemana. Jully hanya menatap murung benda pipih itu dan mengetikkan sebuah pesan.
^^^Jully:^^^
^^^Hai gaes..apa kabar? Lama^^^
^^^gak ketemu, besok kumpul^^^
^^^di tempat biasa, mumpung^^^
^^^weekend.^^^
Gak butuh lama ada balasan di sana, ternyata Rere.
Rere:
Oke, aku sih hayuk, gak tau yang lain gimana?
Ale:
Kayaknya aku bisa dech.
Kansari:
Aku usahain ya gaes, skalian besok juga aku mau keluar nganter barang ke konsumen.
Rere:
Oh.. Jadi kalau kamu gak keluar nganter barang ke konsumenmu itu, kamu males ketemu kita-kita?!
Kansari:
Ya gak gitu Re, cuma kebetulan aja besok aku mau nganter pesanan batik.
"Kok jadi berantem gini?" Batin Jully segera menengahi.
^^^Jully:^^^
^^^Udah-udah, yang penting^^^
^^^besok jadi ketemu kan?^^^
Ningsih:
Jadi dong... Trus Wicky gimana?
Oh ya Jully hampir lupa lelaki satu itu, lelaki yang pernah menempati ruang hatinya yang kosong, walau mereka tak pernah bisa bersama layaknya seorang kekasih dan harus puas terjebak dalam ikatan persahabatan.
Wicky:
Aku lagi di luar kota gaes,
besok baru balik ke Malang,
kalau waktunya masih nutut
aku bakal nyusul.
^^^Jully:^^^
^^^Oke deal!! Di tempat biasa,^^^
^^^Jam sepuluh pagi.^^^
Terang Jully dan disetujui oleh ke lima sahabatnya. Dan dia menutup ruang obrolan di grub chatnya dengan bibir tersenyum, paling tidak besok bukan hanya Rere saja yang menemaninya. Diapun keluar dari cafe setelah mengambil pesanannya dan menuju arah pulang ke apartemennya dengan bibir tersenyum sepanjang perjalanan, tak sabar menunggu hari esok. Malam ini dia pasti tidur nyenyak.
🌸🌸🌸
Pagi ini Jully tengah bersiap-siap untuk berangkat menemui teman-temannya, dia sudah tidak sabar menunggu hari ini. Jully tidak hanya ingin bertemu dengan mereka, tapi dia telah mempersiapkan kejutan buat ke lima sahabatnya itu. Setelah persiapan selesai, dia langsung berangkat menuju tempat janjian mereka.
Sesampainya di sana belum ada satu orangpun temannya yang datang. Maklum ini masih 15 menit lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan. Jully sudah memesan tempat untuk enam orang, kemudian dia mengeluarkan phonselnya dan mengirimkan sebuah pesan ke grub, mengabarkan bahwa dia telah sampai. Lama tidak ada jawaban, mungkin mereka dalam perjalanan, pikirnya. Tak lama Rere datang bersama Ona, anak perempuannya yang paling kecil.
"Hai Jull, dah lama?" Sapa Rere sembari memeluk singkat Jully.
"Lumayan, akunya saja yang kepagian. Hai Ona cantik apa kabar?" Jawab Jully lalu menyapa gadis kecil yang memakai baju pink itu.
"Baik tante." Jawab Ona sambil mencium punggung tangan Jully.
"Duhh...pinternya." Balas Jully sambil mengelus sayang kepala Ona.
"Yang lain belum datang Jull?" Tanya Rere.
"Mungkin masih di jalan, kamu pesan saja dulu, aku tadi sudah pesan duluan." Jawabnya yang diangguki oleh Rere.
Pelayanpun datang untuk mengantar pesanan Jully tadi dan sekalian mencatat pesanan Rere barusan. Mereka berduapun mengobrol, saling curhat ini dan itu sambil menunggu kedatangan keempat teman mereka yang lainnya.
"Jull mereka kok lama sih?" Tanya Rere.
"Gak tau Re, tadi aku dah kirim pesan sih kalau kita sudah sampai duluan." Kata Jully sambil menunjukkan chatnya kepada Rere.
"Itu sudah 30 menit yang lalu Jull dan tidak ada satupun dari mereka yang ngebales." Rere menjawab dengan geram. Ya, Rere memang sedikit jengkel dengan kelakuan teman-temannya akhir-akhir ini. Seakan hanya merekalah yang sibuk sendiri dan orang lain tidak. Tiba-tiba phonsel Rere berdering, tertera disana Kansari is calling. Ia segera mengangkat telponnya setelah menunjukkan ke Jully siapa yang menghubunginya.
"Iya Sar, kamu di mana sekarang? Kami berdua dah nunggu dari tadi lho... " Tanya Rere tanpa basa basi. Ada raut kesal setelah mendengar jawaban Sari di seberang sana.
"Apa?! Lagi?! Emang gak bisa kamu ganti waktunya, nanti sore atau besok gitu?!" Balas Rere yang terdengar benar-benar sangat marah.
"Oke, terserah kamu!" Rere langsung menutup panggilannya secara sepihak.
"Ada apa Re?" Tanya Jully bingung.
"Sari gak bisa datang, katanya barang yang dipesan konsumennya bertambah banyak dan dia harus mengantar semuanya hari ini juga." Terang Rere.
"Bagus dong, berarti usaha batik dia benar-benar lancar." Ada nada kecewa dalam ucapannya walau senyum masih tersungging di bibirnya. Rere menggenggam tangan Jully mencoba menenangkan dan berkata,
"Kan masih ada aku dan yang lainnya, mungkin sebentar lagi mereka datang."
"Ah ya, sepertinya ada pesan masuk." Jully segera menggeser layar phonselnya dan membuka ruang obrolan di grub mereka.
Ale:
Sorry ada tugas mendadak
dari kantor dan aku harus
ke luar kota, maybe next time.
Ningsih:
Aku juga gak bisa hari ini,
gigi anakku patah karena
jatuh, terpaksa aku harus
bawa ke dokter gigi,
Maaf ya genks... :(
Setelah membaca itu semua wajah Jully semakin sedih, tak lama kemudian ada panggilan masuk dari Wicky yang mengatakan pesawat yang akan ditumpanginya ada perubahan jadwal keberangkatan dan kemungkinan dia akan sampai Malang malam hari. Dia pun mengatakan penyesalannya karena tidak bisa datang dan Jully terpaksa menerima alasan itu, yahh...mau gimana lagi? Rere yang melihat itupun cuma bisa menghela napas lelah. Teman-temannya sudah berubah. Jully yang mengerti Rere tengah mengkhawatirkannya mencoba tersenyum.
"Gak apa-apa Re, I am Ok! Kita nikmati saja hari ini, toh biasanya kita selalu berdua kan?"
"Siap bu pengacara!" Balas Rere sambil mengambil sikap hormat yang diikuti oleh Ona membuat mereka tertawa bersama.
Waktu semakin siang dan Rere berpamitan untuk pulang terlebih dahulu karna Ona sudah mulai mengantuk. Sedangkan Jully masih duduk di bangku cafe sambil sesekali menyesap matcha kesukaannya. Dia mengeluarkan sebuah notebook berwarna pink bergambarkan kucing Jepang dan sebuah bolpoin, dia mulai membuka buku kecil itu dan menulis sesuatu di sana.
"Hari ini aku kira kita bisa tertawa bersama seperti waktu dulu dan memberi kejutan untuk kalian, tapi aku salah. Dulu dan sekarang sudah berbeda, waktu semakin berlalu dan kalian tak lagi sama. Aku lupa kita bukan anak-anak lagi. Kalian punya dunia kalian sendiri dan aku tak berhak untuk itu. Tapi, apa tak bisakah kalian meraih rinduku untuk sehari ini saja? Kalau bisa terulang, aku ingin kembali mengulang masa muda kita dulu dan memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki serta melakukan yang seharusnya aku lakukan."
Setelah kalimat terakhirnya dia menutup buku kecil itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas tangannya, kemudian dia beranjak dari duduknya melangkah keluar cafe. Namun tanpa sengaja dia melihat seorang bocah lelaki yang terlepas dari pengawasan orangtuanya berjalan ke tengah jalan raya bertepatan sebuah mobil melaju mengarah ke bocah lelaki itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Jully, dia langsung berlari ke arah bocah itu dan mendorongnya ke pinggir jalan. Tapi sayang justru tubuhnyalah yang terpental jatuh tertabrak mobil tersebut. Dia langsung tak sadarkan diri.
Samar-samar terdengar suara yang meneriaki namanya.
"Jull... Jully bangun!!"
Jully masih memejamkan matanya, namun suara itu semakin jelas terdengar di telinganya. Seperti suara ibunya, batin dia. Brak!! Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan kasar dari luar.
"Jully bangun, sudah jam berapa ini?!"
Hah, kok ada ibunya di sini? Batin Jully terkejut, dan ini... Kamar ini adalah kamar lamanya di rumah mendiang neneknya. Belum berakhir rasa bingungnya, dia dibuat terkejut lagi oleh perkataan ibunya.
"Ini jam berapa?! Memangnya kamu gak sekolah?!"
"Apa?! Sekolah?!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Davina Rahmania
gemes aja sih sama pemikiran jully
2022-07-13
0
Davina Rahmania
ya realistis aja sih ngapin ngeharap teman yang udah ngejauh jadi ya ngapin sih mikirin orng lain yang blm tentu mikirin kita
2022-07-13
1
Kall.
"Mengubah Takdir Tokoh Pembantu" mampir... ceritanya keren semangat terus dalam berkarya thor!🔥🔥😁
2022-03-29
1