Ivy menangis setelah kembali mengejar kelinci, Nany dan ayahnya tak ada. Tikar dan makanannya pun sudah tidak ada dan keluarga lain yang menggelar tikar di sana sudah berganti menjadi rombongan anak-anak sekolah dasar.
"Daddy, Nany, kenapa kalian meninggalkanku?"
Ivy duduk di atas rumput dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya sambil menangis.
Seorang perempuan berkulit kecokelatan dan berambut ikal yang duduk bersama rombongan anak-anak sekolah itu melihat Ivy yang menangis.
"Hei," ucap wanita itu lalu jongkok di hadapan Ivy.
Ivy mendongak. "Kau siapa?"
Wanita itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya "Aku Jo. Apa kau tersesat?"
Ivy mengangguk.
"Kalau begitu, ayo ikut aku!" kata wanita yang bernama Jo itu.
Ivy mengusap air matanya lalu meraih tangan Jo.
"Anak-anak, habiskan makanan kalian dan jangan kemana-mana!" teriak Jo pada rombongan anak-anak sekolah yang dibawanya.
"Oke!" teriak anak-anak itu.
Jo pun menuntun Ivy dan membawanya menuju ruangan informasi. Tadi dia mendengar pengumuman kehilangan dengan ciri-ciri seperti anak yang dituntunnya.
"Siapa namamu?" tanya Jo.
"Namaku Ivy," balas Ivy sambil terus menatap Jo.
"Ivy, nama yang bagus."
"Daddy yang memberikan nama itu!" Ivy sudah mulai tidak ketakutan dengan obrolan yang diberikan Jo.
"Wah, Daddymu sepertinya orang pintar. Dia memberimu nama yang bagus!"
"Iya, dia orang pintar dan hebat! Aku datang bersamanya. Tadi dia pergi untuk mengangkat telepon. Apa kau ingin bertemu dengannya?"
"Tentu. Aku akan membawamu pada Daddymu."
Ivy mengangguk kegirangan lalu menoleh lagi pada Jo. Ivy melihat Jo dengan penuh rasa takjub. Jo bagaikan malaikat pelindungnya hari ini. Di saat dia ketakutan tak menemukan ayah dan Nanynya, ada Jo datang dan menenangkannya.
"Jo, kau cantik sekali!" kata Ivy.
Jo terkekeh, lalu melirik anak yang dituntunnya. "Ah, ternyata kita punya kesamaan! Tentu saja aku cantik, karena aku sama denganmu!"
Ivy menatap rambut Jo yang sama-sama ikal. "Ah, rambut kita sama!"
Sesampainya di pos informasi, Ivy kegirangan bertemu dengan Nany di sana.
"Nany!" teriak Ivy lalu berlari memeluk Nany.
"Ah! Ivy! Kau kemana saja? Aku panik sekali mencarimu!" seru Nany sambil memeluk dan mengusap-ngusap rambut Ivy. Ivy sudah bagaikan anaknya sendiri.
"Mana Daddy?" tanya Ivy.
Nany pun segera merogoh ponselnya lalu menelepon. "Tuan, Ivy sudah ditemukan. Kami ada di ruang informasi."
Jo mendekat pada Nany.
"Terima kasih nona! Sudah menemukan Ivy!" ucap Nany sambil mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Ah iya. Tadi aku menemukannya di taman. Anda ibunya?" kata Jo.
"Bukan. Saya pengasuhnya," jawab Nany.
Kemudian seorang anak laki-laki berlari menghampiri Jo. "Jo, Henry dan Petter berkelahi!" lapor anak itu.
Jo menepuk jidatnya. "Ya ampun!"
Jo beralih pada Ivy. "Ivy, aku pergi dulu ya. Lain kali, jangan bermain sendiri di tempat ramai. Jangan jauh-jauh dari Nanymu ya!"
"Kau tidak mau bertemu Daddyku?" tanya Ivy.
Jo tersenyum. "Lain kali saja ya."
Jo pun berpamitan dengan Nany lalu menuntun anak laki-laki yang menghampirinya dan ikut berjalan cepat keluar dari ruang informasi menuju tempatnya tadi meninggalkan anak-anak.
Langkah kaki Javier terhenti saat seorang wanita berambut ikal berkulit cokelat keluar dari ruang informasi bersama seorang anak laki-laki. Setelah membiarkan wanita itu keluar lebih dulu, barulah Javier masuk ke dalam dan berlari memeluk putrinya.
"Daddy!!" teriak Ivy.
"Oh Ivy! Aku sangat mengkhawatirkanmu!" seru Javier masih memeluk putrinya.
"Maafkan aku Daddy. Aku tadi mengejar kelinci," kata Ivy.
"Siapa yang menemukanmu?" tanya Javier pada Ivy. Dia bersumpah akan memberikan apapun yang orang itu minta sebagai ucapan terima kasihnya.
"Malaikat pelindungku Daddy! Dia cantik dan memiliki rambut yang sama denganku!" seru Ivy.
Javier yang kebingungan dengan jawaban Ivy menoleh pada Nany.
"Tadi seorang wanita muda yang membawanya kemari, Tuan!" kata Nany.
"Namanya Jo, Daddy! Aku ingin kau bertemu dengannya. Dia cantik sekali!" kata Ivy.
"Dimana dia?" tanya Javier.
"Di taman tempat kita makan tadi," jawab Ivy.
"Nany, kau tunggu di mobil. Aku bersama Ivy akan berterima kasih pada wanita itu," kata Javier seraya menggendong putrinya.
"Baik Tuan."
Javier sampai di taman tempatnya makan siang tadi. Ivy melihat-lihat orang-orang yang duduk di sana tapi tak menemukan malaikat pelindungnya.
"Yang mana orangnya?" tanya Javier.
Ivy menggeleng dan raut wajahnya menjadi suram. "Dia sudah tidak ada Daddy!"
Javier mengangguk. "Mungkin dia sudah pulang. Baiklah, kita juga harus pulang."
"Bagaimana dengan Jo? Apakah kita akan bertemu dengannya lagi?" tanya Ivy.
Javier menatap dengan tatapan menerawang. "Ya. Kita akan bertemu dengannya lagi, nanti."
***
"Tolak pabrik asing!"
"Tolak perusak lingkungan!"
"Lindungi hutan kami!"
Teriak para demonstran di luar gedung parlemen. Javier mengerutkan keningnya di meja kerjanya di gedung parlemen.
Saat ini dia sedang menghadapi suatu masalah. Sebuah perusahaan besar dari Tiongkok akan mendirikan pabrik di Philadelphia dengan rencana pembangunan di kawasan hutan lindung di desa Forks.
Hampir setengah dari para senat setuju dengan itu dengan alasan untuk penyerapan tenaga kerja. Setengahnya lagi menolak karena tidak menginginkan kerusakan lingkungan.
Javier berada di tengah-tengah. Satu suara dari Javier saja, maka akan diputuskan dibangun atau tidak dibangunnya pabrik itu. Sampai saat ini Javier belum memutuskan.
TOK TOK TOK
"Masuk!" seru Javier.
Tommy masuk. "Tuan, di luar sana semakin banyak para demonstran berkumpul. Mereka dari aktivis pecinta lingkungan."
Javier beranjak dari kursinya lalu melihat keluar melalui jendela. Para demonstran itu berteriak sambil mengangkat poster yang bertuliskan keinginan-keinginan mereka.
"Tuan, anda harus cepat memutuskan," kata Tommy lagi.
"Ini tidak mudah Tom. Perusahaan itu sangat kuat, mereka mendapat dukungan dari para senator yang kuat pula."
"Kalau begitu, anda bisa menyetujui pembangunan pabrik itu. Para demonstran akan diam dengan uang."
Javier mendengarkan apa yang Tom sarankan. Tapi dia tidak ingin hutan di Desa Forks itu rusak. Terlebih dia sudah punya sebuah villa di sana. Tapi keputusan apapun yang dia ambil harus berdasarkan demi kepentingan masyarakat.
"Bawa ke sini ketua demonstrannya. Aku akan melakukan mediasi dan negosiasi dengan mereka," kata Javier.
"Baik Tuan."
Javier kembali duduk di meja kerjanya. Dia kembali memikirkan pekerjaannya sebagai senator yang tidak mudah. Segala keputusan yang dia ambil, akan menjadi nasib dirinya dan masyarakatnya di daerah.
Tom datang bersama seorang pria berkacamata dan seorang wanita berambut ikal. Wanita itu tidak asing bagi Javier. Dia adalah wanita yang dijumpainya di taman bermain minggu lalu.
"Tuan, ini adalah Joana dan Patrick. Mereka adalah ketua aktivis pecinta lingkungan yang memimpin demo hari ini," kata Tom.
Javier menghampiri keduanya lalu menyalami Patrick. Patrick menyambut jabatan tangan itu dengan penuh rasa bangga. Sedangkan Joana, dia tidak membalas jabatan tangan Javier. Joana sedang dalam mode berperang hari ini.
"Akhm! Silahkan duduk!" kata Javier menutupi rasa kekinya.
Mereka semua duduk. Tommy menuruh office boy untuk memberikan minum pada kedua tamunya.
"Langsung saja Tuan. Kami sangat mengecam pembangunan pabrik itu di hutan kami!" ucap Joana tegas. "Hutan itu sangat berharga bagi kami. Hutan itulah yang mengairi perkebunan kami. Jika anda merusaknya, kami akan sengsara! Jika itu terjadi, anda tidak akan bisa hidup dengan tenang!"
Patrick, Tommy dan Javier menelan ludahnya dengan kasar mendengar Joana yang tengah berapi-api.
Javier mengingat kembali kunjungannya ke Desa Forks saat kampanye lima tahun lalu tapi dia rasa tidak pernah bertemu dengan Joana saat itu.
Siapa dia? batin Javier.
♧♧♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nurindra PC
bagus banget novel ini
2022-01-18
0
Nurindra PC
Cerita yg bener bener bagus penulisan nya aq syukak thoorr kayak baca novel Gramedia 👍
2022-01-18
0
Maya AL Fadl
keren thor
2021-07-15
0