Mary pulang hampir tengah malam. Javier yang masih terjaga duduk di atas kasur dengan laptop yang menyala melirik ke arah jam dinding.
"Kau baru pulang?" tanya Javier saat Mary duduk di depan meja rias melepaskan perhiasannya.
"Iya, aku tadi ada makan malam bersama para donatur."
"Akhir pekan nanti, luangkanlah waktumu untuk Ivy. Aku sudah menyiapkan tiket untuk bermain di taman bermain. Ivy pasti senang."
"Akh! Aku lupa, aku sudah ada janji dengan istri gubernur. Tidak baik jika membatalkannya!" Mary berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Javier mengusap wajahnya kasar. Di satu sisi dia menginginkan Ivy mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Di sisi lain dia tidak dapat memaksakan Mary untuk melakukannya. Tidak mungkin Mary kehilangan nalurinya sebagai seorang ibu.
Javier mematikan laptopnya lalu mulai berbaring untuk tidur. Mary ikut tidur di sampingnya setelah mengeringkan rambut. Tak ada yang terjadi di sana selain tidur.
Bagi Mary, kebersamaannya dengan Javier tak lebih dari demi kemakmuran. Mary bersedia dijodohkan oleh ayahnya dengan Javier karena memang itu yang seharusnya.
Baginya cinta tanpa materi adalah suatu kebodohan. Cinta ada karena materi. Keberadaan Javier di sampingnya dan masih berstatus sebagai suaminya, itu sudah lebih dari cukup. Tak ada yang spesial.
Sedangkan aktivitas hubungan intim, Mary akan melakukannya jika dia sedang mood, karena memang selalu dia yang memulai bukan Javier.
***
"Mommy! Ayo kita ke taman bermain bersama Daddy!" teriak Ivy sambil memeluk pinggang ibunya yang sudah rapi dan cantik.
Mary memeluk Ivy, "Maaf sayang, lain kali ya! Hari ini kau bermain bersama Daddy dan Nany saja!"
Ivy cemberut, matanya sudah berkaca-kaca. Javier yang melihat itu langsung menggendong putrinya. "Kau bermain bersama Daddy dan Nany hari ini ya!"
Ivy memeluk leher ayahnya lalu mengangguk, meski sebenarnya dia ingin bermain bersama ibunya.
"Mommy berangkat dulu ya!" Mary mencium punggung Ivy lalu mencium pipi Javier dan pergi.
Tak lama, Nany datang dengan sebuah tas berisi bekal makanan dan minum untuk Ivy.
"Sudah siap?" tanya Javier.
"Sudah Tuan," jawab Nany.
"Ivy, sudah jangan cemberut! Ayo kita bersenang-senang hari ini!" kata Javier yang langsung disambut teriakan antusias Ivy.
Taman bermain satu-satunya di Philadelphia itu berdiri megah. Ratusan bahkan ribuan anak-anak dan orangtua memenuhinya karena hari ini memang hari libur.
"Daddy! Aku ingin naik itu!" teriak Ivy sambil menyeret tangan ayahnya dan menunjuk permainan carousel.
Javier menuruti putrinya. Dia menaikkan Ivy ke atas kuda-kudaan dan dia sendiri naik di sebelahnya. Carousel itu pun berputar. Ivy sesekali melambaikan tangannya pada Nany yang menonton.
"Daddy! Ayo kita naik itu!" Ivy belum puas. Setelah turun dari carousel, dia menunjuk roller coaster.
"Ayo!" balas Javier yang ikut menikmati permaian bersama putrinya.
Nany ikut naik ke atas roller coaster. Semua berteriak ketika roller coaster itu mulai bergerak dan membuat manuver-manuver yang mengguncang adrenalin setiap orang.
"Aaaakk!!!!"
"Horeee!!!!"
Javier dan Ivy berteriak bahagia, sedangkan Nany yang sudah tua tidak bisa menahan muntahnya. Untuknya dia membawa kantong keresek.
Setelah turun dari roller coaster, Javier membelikan putrinya permen kapas besar yang besarnya melebihi kepala Ivy. Ivy menikmati permen kapas berwarna pink itu.
"Daddy, aku ingin boneka itu!" tunjuk Ivy pada sebuah boneka Teddy Bear besar di sebuah kios permainan tembak.
"Baiklah!"
Javier memberikan uangnya pada pemilik kios.
"Tuan, anda harus dapat menembak semua lebah itu!" kata bapak pemilik kios sambil memberikan tembakan plastik pada Javier.
Lebah-lebah itu mulai bergerak ke sana kemari dan luput dari tembakan Javier.
"Ayo Daddy! Kau pasti bisa! Ayo!" teriak Ivy menyemangati ayahnya.
Setelah percobaan ke lima, barulah Javier berhasil menembaki semua lebah itu.
"Ini untukmu tuan putri!" Javier memberikan boneka Teddy Bear besar itu pada Ivy.
"Horeee!!! Terima kasih Daddy!" teriak Ivy sambil memeluk boneka itu.
Javier merasa bangga memberikan sesuatu hasil kerja kerasnya sendiri pada anaknya. Dia melirik jam di tangannya. "Baiklah, sekarang sudah waktunya makan siang!"
Nany menggelar tikar di taman rumput yang masih aatu area dengan taman bermain. Ada lebih dari lima keluarga yang sama-sama menggelar tikar di sana.
Nany menyiapkan makanan yang dibawanya dari rumah dan memberikannya pada Ivy dan Javier. Sandwich dan buah-buahan potong yang menjadi menu utama.
Drrtt Drrtt
Ponsel Javier berbunyi dan nama Tommy muncul di layar. Javier memberi isyarat pada Nany lalu dia pergi ke tempat yang tidak bising untuk mengangkat telepon.
"Ivy, kau habiskan makananmu ya!" kata Nany.
"Kemana Daddy?" tanya Ivy dengan mulut penuh sandwich.
"Daddy sedang mengangkat telepon dulu," jawab Nany, mukanya mulai gelisah karena sedari tadi dia menahan diri untuk pergi ke toilet.
"Nany kenapa?" tanya Ivy.
"Ivy sayang, kau habiskan makananmu ya dan jangan kemana-mana. Nany harus ke toilet dulu sebentar!" kata Nany dengan wajah penuh keringat dingin.
"Iya Nany! Aku menunggu di sini bersama Teddy!" seru Ivy menunjuk bonekanya.
Nany segera berdiri dan berlari mencari toilet. Ivy telah menghabiskan makanannya. Saat dia minum, dia melihat seekor kelinci mendekat ke arahnya.
"Hai kelinci kecil! Apa kau lapar?" kata Ivy mencoba berinteraksi dengan kelinci itu.
Dia pun mengambil melon potong dari kotak makannya dan memberikannya pada si kelinci. Saat Ivy mendekat untuk memberi kelinci itu potongan melon kedua, si kelinci itu berlari.
"Hey! Kau mau kemana?" Ivy berdiri lalu berlari mengejar si kelinci dengan potongan melon di tangannya.
Nany kembali ke taman setelah sepuluh menit dia di toilet. Alangkah terkejutnya dia ketika tidak melihat Ivy di sana. Hanya ada makanan dan boneka Teddy Bear.
Nany menepuk kepalanya. "Ya Tuhan! Kemana Ivy?"
Nany berlari mendekati beberapa keluarga yang menggelar tikar di sana dan menanyakan Ivy. Mereka semua sedang asik dengan keluarganya sendiri sehingga tidak menyadari kemana Ivy pergi.
Javier kembali dan melihat Nany yang mondar-mandir khawatir. "Ada apa Nany?"
Nany menghampiri Javier. "Tuan! Maafkan aku Tuan! Ivy hilang!"
"Apa?!" Javier emosi mendengarnya. "Apa yang kau lakukan?!"
"Tadi aku ke toilet sebentar dan setelah saya kembali, Ivy sudah tidak ada!" kata Nany dengan wajah bersalahanya.
Javier mulai panik. "Cepat laporkan pada tim keamanan! Aku akan mencarinya!"
"Baik Tuan!" Nany segera membereskan makanan beserta tikarnya lalu pergi mencari tim keamana.
Javier berlari mencari-cari Ivy ke berbagai area permainan.
"Perhatian-perhatian. Bagi para pengunjung yang melihat seorang anak perempuan berusia lima tahun, berambut keriting dan memakai baju putih harap untuk membawanya ke bagian informasi," ucap seorang petugas informasi melalui speaker yang terdengar di setiap sudut permainan.
Javier semakin panik setelah mencari-cari ke setiap area permainan anaknya tak ada di sana.
♧♧♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
𝘾𝙖𝙧𝙤𝙡𝙞𝙣𝙚 𝙍𝙚𝙣𝙖𝙩𝙖
Kesalahan kedua yg di lakukan Mary, dia tidak ingin terlibat dalam mengasuh Ivy dan menyerahkan semuanya pada nanny. Untung aja nanny udah tua, kalo msh muda bisa² Javier jatuh hati pada si nanny...
2021-03-22
1
Yoli Detra
kayaknya bakal ada yg jatuh cinta nih..
2020-07-19
2
Zes
sampai disini dlu yah.nanti mampir di cerita ku
2020-06-17
1