BAB 2
Flora Palace on Livie road no 06
Di kediaman atau tepatnya rumah kontrakan Maera pagi ini. Maera tampak ingin bersiap-siap untuk pergi bersama Dave kekasihnya.
Akan tetapi wajahnya terlihat tidak senang, karena sebenarnya ini adalah hari terakhir Dave berada di kota ini.
"Maera... Apakah kau jadi pergi dengan Dave hari ini?" Tanya Anetha membuka percakapan.
"Iya Neth, makanya aku sudah bersiap-siap. Memangnya ada apa?"
"Apa kau yakin, ingin ikut dengannya ke Villa bersama teman-teman nya itu?"
"Mau bagaimana lagi, kau tau kan Dave seperti apa?"
"Itu acara perpisahan dengan teman-teman kantornya. Hm, aku juga sebenarnya bingung harus berbuat apa di sana." Sambung Maera lagi.
Maera sebenarnya ragu untuk pergi, tapi demi menghargai Dave terpaksa dia ikut.
Lagi pula Maera pun harus menemani Dave di hari terakhir mereka bertemu.
"Hmm Ya.. Ya.. kau memang tidak pernah bisa menolak Dave, aku berharap kau bisa menjaga dirimu di sana."
Dave sementara akan di pindahkan ke kota lain, yang tentunya sangat jauh dari kota tempat Maera tinggal.
Tentu saja Maera tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
"Percaya padaku, tidak akan terjadi apa-apa. aku akan pulang dengan selamat dan akan memasak soup kesukaanmu, oke."
"Aku sudah mengatakan sejak dulu, Dave itu bukan pria yang baik, tapi tetap saja kau tidak percaya pada ku."
"Anetha sayang, kau terlalu berlebihan. Dave bukan orang seperti itu, aku sangat mengenalnya. Dua Tahun bukan waktu yang singkat menjalin hubungan dengannya."
"Aku mengenalmu sejak tujuh tahun lalu, apa kau lebih percaya dia dari pada aku? Astaga... sadarkan lah temanku ini Tuhan..." Anetha pun menepuk Jidatnya yang tak sakit itu dengan kedua tangannya.
"Aku menyayangimu sudah seperti kakakku, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Dave jika tidak memiliki bukti."
"Terserah padamu Maera, yang pasti aku sudah memperingatkan mu."
Di tengah percakapan mereka tiba-tiba ponsel Maera berdering.
"Hallo sayang, apa kau sudah bersiap-siap? aku sudah menunggu di depan rumah mu." Dave bertanya sembari memberikan kabar.
"Iya.. Iya Dave, aku sudah siap, aku akan segera keluar."
Maera lalu menutup ponselnya. Lalu bergegas untuk keluar, namun sebelum itu terlebih dahulu ia meninggalkan pesan pada Anetha.
"Neth, aku pergi dulu ya, serapan sudah aku siapkan di atas meja makan, dan jangan menungguku untuk makan siang dan makan malam, oke!"
"Apa kau tidak akan pulang?" Tanya Anetha lagi, yang sebenarnya sangat merasa khawatir pada Maera yang polos.
"Seperti nya kami akan menginap di sana, kau tenang saja. Di sana banyak wanita juga, jadi aku tidak akan tidur bersama Dave sayang"
"Baiklah, jaga dirimu dan jika terjadi sesuatu cepat-cepat hubungi aku, Janji!"
"Baiklah Anethaku sayang, aku berjanji."
Maera lalu keluar, dan menemui Dave yang sudah menunggu sejak tadi di dalam mobilnya.
Tapi baru saja dia masuk ke dalam mobil Dave, ia sudah disemprot dengan omelan dari Dave.
"Kau lama sekali, aku kan sudah memintamu untuk bersiap sejak tadi." Omel Dave dengan wajah kesalnya.
"Astaga Dave maafkan aku, aku memang sudah bersiap, aku hanya berpamitan sebentar pada Anetha."
"Kau tidak berubah sama sekali, selalu membosankan!"
"Dave kenapa kau marah hanya untuk hal-hal kecil? Bagaimana jika nanti kau sudah di sana, apa kau akan terus seperti ini?"
Maera mencoba menahan terus rasa sabarnya, bagaimana pun Dave adalah kekasihnya, dia selalu mengalah meskipun tidak salah.
Tapi Dave bukannya peduli dengan kata-kata mereka, ia malah sibuk bermain dengan ponselnya.
"Dave, kau jangan menyetir sambil memegangi ponselmu, kita bisa celaka nanti." Tegur Maera dengan sabar.
"Haduh, kau ini cerewet sekali sih, aku bukan pemula mengemudikan kendaraan kau tenang saja!"
"Dave kau terlalu kasar sekali."
"Sudah lah Maera, jika tau begini aku tidak akan mengajakmu lebih baik aku bersenang-senang dengan teman-temanku."
Maera tak menjawab lagi kata-kata Dave, tapi Dave yang mulai tidak fokus itu akhirnya membuat mereka celaka.
"Awas Daveee....!!"
Prangggggggg......
Maera pun berteriak, dalam sesaat Dave menabrak sebuah mobil dari arah berlawanan.
TIN.......
Suara klakson mobil yang di tabrak Dave pun berdengung saat itu.
Mobil Dave menabrak mobil dari Rey.
"Sial...!!! Jasmine, kau tidak apa-apa kan sayang?" Tanya Rey pada putrinya.
"Aku tidak apa-apa ayah. hanya terkejut saja."
Jasmine terlihat pucat, dan itu membuat emosi Rey memuncak.
Rey pun keluar dari mobil nya, sembari membawa sebuah linggis di tangan nya.
...**********...
Hai Para pembaca kesayangan yang budiman... Mohon dukungannya untuk karya aku yah, smoga saja kalian suka.
Jangan lupa untuk Like+Komentarnya biar aku makin semangat melanjutkan nya.. Terima kasih semua...
...I LOVE YOU ALL...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments