"Teriakan Pipit yang begitu terkejut, melihat kepala manusia berada dibawah antara kedua kakinya, dengan rasa takut Pipit secepat mungkin menarik celananya keatas, dalam posisi setengah berdiri.
"Dengan memandagi kepala pria yang ternyata Pebri, Pipit berjalan mundur merapatkan tubuhnya kesebuah pohon didekatnya, sambil keadaan bergerak berlahan, Pipit merasakan tangan kanannya, menyentu sesuatu, dengan rasa kaget, berlahan Pipit menoleh.
AAAGGGHHH....
"Pipit berteriak keras, terkejut melihat wajah Agus yang tiba-tiba muncul dihadapan.
AGUS
Ono opo?.
PIPIT
Jiaaa... "teriak sambil memukul wajah Agus, yang tiba-tiba muncul.
AGUS
wadduh...
AGUS
Ayang bebz, kok muka A,ag di tonjok, kan Atit. "memelas kesakitan sambil mengusap-ngusap wajahnya.
PIPIT
Ah, rese lu, itu baru gua tampol, belom aja anu elu yang gua tampol. "Dengan menunjukan sebuah kepalan tangan.
"Siska dan Marsel, datang menghampiri mereka, dengan napas tersengah-sengah.
MARSEĹ
Pipit, lari elu kenceng amat, ngap gua ngejar elu. "ucap Marsel dengan keadaan seperti habis mengejar maling.
SISKA
Tau, makan apa elu? bisa lari kenceng? " dengan keadaan sama seperti Marsel.
PIPIT
Makan apa? yah! makan nasilah. "ucap dengan alis yang dikerutkan.
AGUS
kirain makan koral. "dengan menghadap kebelakang Agus menahan tawa.
PIPIT
Aduh, teman-teman gua tadi liat kepala manusia, jatoh dari atas pohon, Ih.. serem banget. "bergidik merinding.
SISKA
Gua malahan ngeliat, badan manusia tanpa kepala, tapi dari baju dan celana seperti Pebri, orang yang bekerja dirumah itu, sekaligus yang membawa gua kegubuk tadi. "ucap Siska sambil mengingat kejadian didalam gubuk bambu.
"Mereka bersama-sama, mendatangi mayat pebri, dengan mengendap-ngendap, mereka berlahan bergerak maju menuju tempat kejadian, mereka berbaris rapih dengan Agus didepan.
AGUS
Jih... kenapa gua yang didepan sih? "ucap dengan suara pelan, menoleh kearah mereka yang berada dibelakangnya.
MARSEĹ
elu yang paling tua diantara kita, udah cepet. " sambil menepuk bahu Agus.
AGUS
Buset dah, ngomong tuanya biasa aja kalle.
PIPIT
Tua..."tertawa mendengar percakapan mereka berdua.
SISKA
Jangan ketawa elu Pit, ntar jatuh cinta lu.
AGUS
Asiaaaap...
PIPIT
Ih....
MARSEĹ
kapan sampenya kita.
"Mereka melihat mayat Pebri, yang keadaannya sangat mengenaskan, berlahan Siska mendekat memastikan lagi, tulisan yang berada ditubuh mayat Pebri.
SISKA
Hai, gua penasaran dengan pesan yang ditulis sipembunuh itu. "dengan tangan kanan memegang dagu, sambil memandangi tulisan itu.
01.01.2020
"Mereka memandangi tulisan, yang berada di tubuh mayat pebri, mencoba memahami arti tulisan itu, Sudah satu jam lebih mereka memikirkan maksud dari tulisan itu.
21:00 wib.
"waktu menunjukan pukul 9 malam, udara semakin dingin, suara-suara hewan malam mulai terdengar, mereka masih saja memikirkan, maksud dari tulisan itu, Ditengah-tengah kesunyian, mereka mendengar suara, wanita dari arah belakang mereka.
*01.01.2020, itu adalah hari pernikahan, Anah dan kekasihnya Jesen.
"merekapun menoleh kebelakang, asal dari suara yang terdengar oleh mereka.
AAAHHHH.....
Silvi, teman Anah...
AAAAHHHH... SETAN...
Silvi
Gua masih manusia, bukan setan. "ucap dengan wajah seram.
Silvi
Tulisan itu, menandakan kalau Anah datang kembali, untuk membalas dendam kepada orang yang membunuhnya, orang itu salah satu yang ikut membunuh Anah, dan boneka yang kau pegang, itu milik Anah. "sambil menunjuk kearah boneka Serah.
"Silvi menceritakan semua kejadian yang menimpah Anah, namun saat ditengah cerita, terdengar suara selain suara Silvi.
*Tidak baik, menceritakan orang yang sudah meninggal. "ucap suara itu.
"Mendengar suara itu Silvi terdiam, wajahnya menjadi pucat, rasa takut dari suara orang di belakangnya, membuat Silvi tidak berani menengok kebelakangnya, dengan cepat Silvi berlari, menuju Marsel dan teman-temannya.
SISKA
eh, Silvi kenapa kamu? "sambil memegangi Silvi, yang secara tiba-tiba memeluknya.
"Melihat Silvi ketakutan, Siska berpikir orang itu sangat jahat, terlihat seorang pria berdiri dihadapan mereka, mengenakan baju hitam dengan celana levis panjang, berdiri tegak menatap sekumpulan remaja, yang masih berkeliaran didalam hutan, pria itu adalah Roni, teman sekolahnya Silvi waktu SMA.
"Dengan memandangi Silvi, seakan-akan tatapan Roni mengancamnya, sesaat Roni melirik kearah belakang mereka, begitu terkejutnya dia melihat, sebuah mayat tanpa kepala yang mirip dengan ciri-ciri Pebri.
"Roni melihat Silvi dengan wajah yang penuh dengan amarah, dengan mengepal kedua tangannya, Roni berniat menyerang Siska, dia menduga Siskalah penyebab kematian Pebri, ketika Roni hendak menyerang, terdengar suara.
*CUKUP*
"Ayah Silvi dengan membawa warga datang untuk mencari anaknya.
Comments