Reva berbicara berdua dengan Deri di Cafe dekat pasar, Reva ingin melihat wajah Deri dengan jelas untuk memastikan apa dia benar-benar reinkarnasi Mahesa.
"Benar-benar mirip" kata Reva, pelan.
"Siapa yang mirip?"
Reva mengalihkan pembicaraannya "Ada beribu-ribu macam pekerjaan, mengapa harus memilih jadi badut? Mengapa kamu harus jadi pria seperti ini?"
Deri merasa heran dengan perkataan Reva, tapi dia mencoba menjawabnya, "Saya rasa itu bukan urusan anda, dan saya jadi badut juga memang itu adalah pekerjaan sampingan saya"
"Hmm baiklah, terserah! Apa kamu pernah bermimpi yang aneh?"
"Sangat sering, kenapa harus membahas mimpi?"
"Maksudku kamu bermimpi pernah menjadi seorang pengawal kerajaan?"
Deri tertawa mendengarnya.
Reva kesal lalu menggebrak meja "Apa itu lucu?"
"Ya Tuhan, kau benar-benar gadis yang galak. Aku tidak pernah bermimpi seperti itu, jadi alasan kamu ingin bicara padaku untuk membahas apa?"
"Aku hanya merasa penasaran dengan badut yang pernah membuatku terjatuh"
"Waktu itu aku menolongmu!" Deri jadi sewot mendengar ucapan Reva "Kau sama sekali tidak ingin minta maaf padaku?".
"Untuk apa aku minta maaf?"
Deri menggaruk kepalanya yang gak gatal, "Hhh... ya sudah, kalau begitu saya permisi"
"Oke"
Deri teringat sesuatu, dia terduduk kembali, "Lalu bagaimana dengan nasib pasar disini?"
"Saya akan memberi waktu satu minggu, kalian semua harus segera angkat kaki dari sini"
"Kenapa kau kejam sekali?"
Reva tersenyum sinis, dia terbiasa dengan pertanyaan itu. "Lahan disini adalah milik perusahaan, jadi kami tidak perlu merasa bersalah, iya kan?"
"Apa biaya sewa kami kurang?"
"Ya tentu saja, kami akan mendapat keuntungan yang jauh lebih besar jika Mall di adakan disini"
"Setidaknya nya kamu tidak merasa dirugikan dengan pasar ini, kami para pedagang membayar sewa tepat waktu. Apa tidak sedikit saja kamu punya hati nurani?"
"Saya tidak peduli, salahkan nasib kalian, mengapa kalian harus menjadi orang miskin"
Deri sangat kecewa, dia pergi meninggalkan Reva tanpa permisi.
Reva menendang kursi yang tadi di duduki Deri, "Sialan!! Dia mengacaukan impian ku. Kenapa harus menjadi badut? Dan sekarang dia malah jadi pedagang miskin! Hhhhh... Aku pikir Mahesa akan bereinkarnasi menjadi seorang pria yang sangat keren"
Deri menatap Reva di luar Cafe, "Dasar wanita kejam, semoga aku tidak bertemu lagi dengannya"
Malam ini Reva bermimpi lagi, ini kedua kalinya Reva tidak bermimpi buruk.
Di dalam mimpinya Sekar sedang berjalan bersama Mahesa, sepertinya itu mimpi melanjutkan mimpi waktu itu. Sekar terlihat sangat bahagia sekali di dekat Mahesa.
Lalu dia melihat bunga yang sangat indah di tepi tebing, "Indah sekali bunganya"
"Baiklah, saya akan mengambilnya untukmu, Puteri" kata Mahesa sambil berjalan ke tepi tebing.
"Jangan, itu terlalu berbahaya" larang Sekar.
Mahesa tidak mendengarkannya, saat dia mengambil bunga itu, dia hampir terjatuh.
Sekar berlari untuk menolongnya, tapi malah tersandung batu. "Arrghhh... " dia terjatuh ke tanah, dan kakinya lecet.
Mahesa berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya, jadi dia bisa selamat. Dia berlari menghampiri Sekar, "Seharusnya kau diam saja," omel Mahesa, melihat kaki Sekar yang terluka.
"Berani sekali kau membentak ku!"
Mahesa tidak menggubrisnya, dia sibuk meniupi kaki Sekar yang terluka, lalu dia membersihkannya dengan air kendi yang selalu di simpan di pinggangnya.
Lalu dia mengobatinya dengan tanaman obat.
Sekar hanya terdiam dan sekali-kali dia tersenyum melihat Mahesa yang begitu perhatian.
"Naiklah ke punggung ku! "Mahesa menjongkokan badannya.
Sekar pun bersedia di gendong Mahesa, karena ini bukan pertama kalinya, setiap dia kelelahan atau terluka, Mahesa siap menggendongnya.
"Seandainya aku tidak terlahir sebagai Puteri Mahkota, apa kau akan memperlakukan aku seperti ini?"
Mahesa terdiam sejenak lalu menjawab pertanyaan Sekar "Tentu saja"
Sekar meletakan bunga di daun telinga Mahesa "Menoleh lah ke belakang, kau pasti terlihat cantik. " goda Sekar.
Mahesa hanya tersenyum, balik menggoda Sekar, " Tidak mau"
"Ini perintah!"
"Itu bukan sebuah perintah, tapi kau sedang menjahiliku"
Karena hampir sudah sampai ke Istana, Mahesa menurunkan Sekar dari gendongannya. Dia melepaskan bunga tadi lalu di sematkan ke daun telinga Sekar.
"Kau kelihatan sangat cantik, Tuan Puteri"
Mereka saling memandang dan tersenyum.
Reva terbangun dari tidurnya, tepat jam 12 malam. Dia memegang kakinya yang sakit "Aargghhtt... sial, kakiku" dia meringis kesakitan.
Setelah setengah jam, rasa sakit itu hilang. Dia tidak percaya sosok dia saat menjadi Sekar bisa seceria itu, bahkan dia belum pernah tersenyum lebar seperti itu.
"Ternyata aku pernah tertawa dan tersenyum seperti itu, ini kedua kalinya aku tidak bermimpi yang mengerikan" Reva berpikir sejenak, dia teringat tadi siang dia bertemu dengan Deri, apa karena dia bertemu dengan Deri jadi dia tidak bermimpi buruk?
Reva segera menelpon Miss Gita.
Miss Gita yang sedang tidur terpaksa bangun, dia melihat jam, lalu mengangkat telepon . "Huammm... " Miss Gita menguap "Ada apa, Nona? Apa ada masalah yang mendesak?"
"Apa kau tau hari apa aku bertemu badut itu di Festival?"
Miss Gita sedikit kesal "Jadi Nona menelpon saya malam-malam hanya untuk menanyakan itu?"
"Ayo cepat jawab!"
Miss Gita segara berpikir "Mmm... sepertinya hari Senin yang lalu, Nona"
"Senin?" Reva mengingat kapan dia pertama kali tidak bermimpi buruk, mimpi saat dia bersama Mahesa. "Benar sekali hari itu saya tidak bermimpi buruk"
"Benar kah? Jadi Nona tidak bermimpi buruk lagi?" tanya Miss Gita.
"Masih, tapi ini kedua kalinya saya tidak bermimpi buruk"
"Apa karena pria yang bernama Deri itu?"
"Mmm...Jadi namanya Deri?"
"Iya saya telah melihat biodata nya, apa Nona ingin bertemu dia lagi?" Tanya Miss Gita "Tapi mengapa orang itu bisa membuat Nona tidak bermimpi buruk lagi?"
"Saya juga kurang tau, tapi saya tidak ingin melihat nya lagi. Saya tidak ingin berurusan dengan orang miskin"
Reva menutup teleponnya.
Tanpa sepengetahuan Reva, Miss Gita menemui Deri di Cafe dekat pasar.
"Ada masalah apa anda ingin menemui saya?"
"Apa kau bisa mengobati orang atau semacam sihir... "
Deri tertawa "Ternyata tidak ada bedanya anda dengan wanita kejam itu, dia mengatakan hal konyol juga, bertanya tentang mimpi. Ada apa dengan kalian?"
"Jadi Nona Reva membahas mimpinya kepada anda?"
"Dia tidak membahas mimpinya, dia hanya bertanya tentang mimpiku"
"Saya hanya ingin memastikan sesuatu saja, apa saya boleh minta nomor anda?"
"Buat apa?"
"Jika suatu hari saya membutuhkan bantuan anda, saya akan menelpon anda"
"Sepertinya saya tidak bisa bekerjasama dengan anda apalagi kalau berhubungan dengan wanita itu. Kecuali kalau anda bisa mengagalkan rencana pembangunan Mall disini"
"Saya tidak berkuasa untuk hal itu, tapi saya hanya bisa berusaha untuk membujuk Nona Reva, saya tidak bisa menjanjikannya"
"Baiklah"
Deri menulis nomor ponselnya di buku yang disodorkan Miss Gita.
"Terimakasih dan maaf telah mengganggu aktivitas anda"
"Oke sama-sama, sebaiknya anda segera pergi, takut ada yang melihat kehadiran anda disini. Para pedagang sedang sensitif dengan yang berhubungan dengan Perusahaan DGI"
"Baiklah, terimakasih" Miss Gita segera keluar dari Cafe, dia masuk kedalam mobil mewah dan menjalankannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ★Quen Elsa★ᴬ∙ᴴ࿐
Busett galak amat ya reva🤭🤭🤭
2022-08-04
0
El. Lyra
wkwkw iyaaa galak bangett
2021-12-12
1
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
Geri juga tak mau kalah.. good lah
#PA
2021-12-09
3