Danial

Tok tok tok. . . .

suara ketukan pintu terdengar, aku pikir dia tukang ojek online yang mengantar makanan, tetapi aku salah ternyata dia seorang yang tidak disangka-sangka.

Dia danial, datang dengan basah kuyup kehujanan. Aku tidak menyangka dia datang malam-malam begini.

"KAMU NGAPAIN KESINI ? " Aku malah bertanya dengan nada membentaknya.

" Maaf zi, tadikan aku ngajak kamu main. Tapi kamu gak ada kabar apa-apa, aku khawatir apalagi kemarin kamu gak pulang kerumah makanya aku susul kamu" Ucap danial dengan gemetar. Mungkin dia kedinginan karena kehujanan.

"Aku banyak kerjaan makanya gak bisa pulang" Aku dengan santainya menjawab sesimple itu.

Aku tidak berani membiarkan danial masuk ke kosan, karena takut-takut nanti akan di grebek warga dan disangka berbuat hal aneh.

"Dan, maaf aku gak bisa ngajak kamu masuk, soalnya gimana ya. . . " Belum sempat aku melanjutkan ucapanku danial sudah memotong.

"Zi, gak papa kok. Aku seneng kamu baik-baik aja, aku juga gak akan lama sebentar lagi akan pulang kok" Ucap danial sambil memakai lagi helmnya.

Aku merasa gak enak melihat danial yang seperti di campakan begitu saja. Padahal sekarang danial calon suamiku, aku masih belum bisa merubah sikapku padanya.

"Dan, gini aja kamu tunggu dulu hujannya reda. Kamu ganti baju dulu kebetulan dilemari ada beberapa baju yang bisa kamu pake, kamu pilih aja" Kataku sambil beranjak untuk mengambil baju.

"Zi, kamu gak aneh-anehkan selama di sini? Kenapa kamu punya baju cowok? " Danial menanyaiku dengan aneh bahkan sekarang nadanya seperti marah.

"Bukan gitu dan, jadi gini biar aku jelasin kamu gak usah marah kayak gitu. Aku sering beli baju lengan pendek kayak baju oblong gitu, soalnya aku nyaman pake baju itu waktu tidur jadi kalo pulang kerja ganti baju langsung tidur gak repot, kamu mikirnya aneh-aneh sih, bahkan struk pembelian terkahir aku masih simpen kok " Aku menjelaskan pada danial dengan detail karena aku gak mau dia salah paham.

"Ya udah aku percaya" Kata danial dengan tatapan sinisnya.

Aku mengambilkan danial beberapa baju dan memberikannya pada danial. Selama danial mandi dan ganti pakaian aku sengaja menunggu diluar kosan dan pintu kosan aku biarkan terbuka biar gak timbul fitnah.

"Eh neng, ngapain diluar hujan loh, itu pintu juga dibiarkan terbuka begitu nanti ada yang masuk loh" Kata pak edi tetangga sebelah yang baru pulang dari mesjid.

"Ini pak didalam lagi ada temen saya dari kampung sedang ganti pakaian habis kehujanan kasian, makanya saya nunggu disini biar gak timbul fitnah" Kataku kembali menjelaskan pada pak edi.

"Oh begitu ya. Iya bapak paham kok. ya udah bapak masuk dulu ya, gak kuat kalo lama-lama diluar mah, dingin neng" Kata pak edi sambil menutup payungnya dan masuk kedalam rumahnya.

Kebetulan kosanku bersebelahan dengan pak edi dan terletak di pinggir gang walaupun begitu didepan kosan masih bisa parkir untuk 2 motor bahkan lebih.

Danial sudah berganti pakaian dan terlihat lucu karena memakai pakaian yang biasa aku pakai.

Danial menatap sinis padaku karena aku menertawakannya.

"Ya udah berhubung hujan juga udah reda, aku pamit pulang dulu" Kata danial dengan sinis.

"Ehh,, ya udah. Biasa aja dong gak usah sinis gitu" Ucapku sambil masih menertawakan dia.

"Ini kan masih belum terlalu malam, gimana kalo kita cari makan diluar sambil cari angin" Ajak danial.

"Gak ah. Aku udah pesen tadi, ini juga lagi nungguin" Kataku sambil mengecek ponsel.

Tidak berselang lama, tukang ojek yang mengantarkan makanan sudah datang.

"Neng zia ya? " Tanyanya sambil menyodorkan bungkusan makanan.

"Iya Pak" Jawabku sambil meraih makanan itu.

"Ini pak uangnya" Aku menyodorkan uang pecahan 50 ribuan sebanyak 2 lembar.

Namun tiba-tiba Danial meraih tanganku.

"Pak bapak ambil ini aja lebihnya buat bonus bapak karena udah ujan-ujanan" Ucap Danial sambil memberikan yang 2 lembar 100 ribuan.

"Dan. . . . . " Belum sempat aku memarahi dia tapi dia sudah lebih dulu memotong pembicaraanku dan mengambil bungkusan makanan itu.

"Pak, ini bapak bawa buat anak sama istri bapak" Kata Danial dengan seenaknya.

"Tapi mas" Tukang ojeknya tidak bisa berkata apa-apa melihat ulah Danial.

"Jadi gini, aku mau ajak kamu makan di luar. Makanya aku kasih aja makanan itu ke bapak ini, daripada mubadzir kan sayang" Ucap Danial dengan bijaknya.

"Ya udah bapak bisa pulang kok, maaf ya pak ngerepotin. Dan maafin juga atas kelakuan dia ya" Aku meminta maaf atas ulah Danial pada ojol itu.

"Tapi ini saya gimana" Tukang ojek itu malah bengong sambil melihat makanan di tangan kanannya dan uang di tangan sebelahnya.

"Bapak gak usah bingung, kan tadi makanannya udah dibayar dan kembaliannya buat bapak. Terus makanan itu saya kasih buat bapak" Danial menjelaskan lagi.

"Ya Allah, makasih mas" Ucap ojol itu sambil meraih tangan Danial, namun Danial malah menjauh.

"Bapak gak usah begitu, bapak lebih tua dari saya. Harusnya saya yang cium tangan bapak" Ucap Danial dengan bijak dan membuatku meleleh dengan setiap kata bijaknya.

"Bapak langsung pulang aja. Ini kan udah malam juga" Kata Danial dan akhirnya si bapak ojol langsung pulang mengikuti nasihat Danial.

Seperti ucapan Danial tadi, dia mengajaku makan malam di luar dan kami sekarang menuju ke restoran ternama di kota.

Setelah sampai kami segera duduk di meja paling ujung karena semua meja sudah penuh dan hanya tersisa satu.

"Zi kamu mau apa? " Tanya danial.

"Karena sekarang aku mau yang berkuah, aku pesen soto sama ramen minumnya teh manis aja" Kataku dengan cepat sambil menutup buku menu.

"Ya udah mbak saya samain aja sama dia" Kata Danial pada pelayan yang dari tadi sudah menulis pesanan yang aku sebutkan.

*

Setelah puas makan, kami pergi ke taman dekat restoran dan menikmati indahnya langit.

"Zi, aku udah tau kamu lebih banyak. Emangnya kamu gak mau tau aku lebih banyak? " Tanyanya dengan nada penasaran.

"Ya terserah kamu mau tau aku sampai mana juga, aku gak mau tau jika hanya lewat omongan yang kamu bicarakan, biarin aku tau kamu dari prilaku yang kamu lakuin" Ucapku dengan nada pelan.

"Ya udah. Tapi aku gak mau buat kamu terpaksa menerima perjodohan ini" Katanya lagi.

"Gak ada yang bilang aku terpaksa, aku hanya belum terbiasa dengan keadaan ini" Jawabku dengan lirih.

"Tapi kenapa sikap kamu secuek itu, bahkan aku belum menemukan cinta yang tumbuh dari kamu" Danial seperti terobsesi denganku dan itu membuatku sedikit risih.

"Ya udah jadi kamu mau aku gimana? " Aku membuat penawaran dengannya.

"Aku mau kamu selalu kasih kabar sama aku, dan aku gak suka liat kamu bekerja terlalu keras begini" Kata Danial menegaskan sambil menggenggam tanganku.

"Iya aku akan mencoba merubah sikapku sedikit demi sedikit. Tapi untuk bekerja aku juga butuh waktu gak bisa resign begitu aja, apalagi sekarang perusahaan sedang dalam kondisi pailit" Aku menjelaskan keadaanku pada danial.

"Iya terserah kamu" Jawabnya simple, seperti sedang merajuk.

"Dan udah malem, pulang yuk " Ajaku padanya sambil beranjak berdiri.

"Ya" Jawabnya. Kali ini aku tau Danial sedang marah, tapi aku juga bingung harus gimana menghadapinya.

*

Sepanjang jalan kami tidak banyak bicara, aku gak suka di atur begini. Belum menikah aja danial udah berani melarang aku kerja, padahal aku kerja juga buat kebutuhan aku.

"Dan, aku tau kamu marah. Tapi bisa gak sih gak usah terlalu ngatur gitu. Soalnya aku jadi risih apalagi ini masih tahap saling mengenal kita bahkan belum menikah" Aku mencoba bicara dengannya namun dia tidak menjawab apapun, sikapnya yang seperti itu malah membuatku semakin risih dan gak mau melanjutkan perjodohan ini.

Aku tidak bicara maupun bertanya apa-apa lagi padanya, aku hanya memainkan ponselku sambil melihat jadwal kerja untuk besok.

Aku membuka catatan di ponsel dan ternyata besok jadwal pak yoga padat, banyak client yang harus di temui belum lagi masalah dengan client yang minta ganti rugi, sekarang pak yoga lepas tangan dan menyerahkan semuanya padaku, aku harus bisa menyelesaikan masalah ini.

Aku menyimpan kembali ponselku ke dalam tas, sedangkan danial masih terus melajukan motor dengan cepat.

Sesampainya di kosan aku langsung masuk bahkan tidak memedulikan lagi danial, sepertinya dia juga langsung pulang. Aku tidak mengambil pusing masalah danial, karena masalah kerjaanku juga banyak.

Aku membaringkan badan di atas kasur dan melihat sekeliling, namun pandanganku tertuju pada sebuah kotak berpita di meja. Setelah dibuka ternyata isinya dress berwarna purple lengkap dengan aksesoris nya. Aku melihat ada sebuah kertas dan membacanya.

^^^Besok malam aku jemput^^^

^^^Jangan lupa dipakai ya 😇^^^

^^^Danial^^^

Ternyata ini ulah danial, entah kapan dia meletakan ini disini. Aku hanya terseyum kecil membaca suratnya.

"Tadi aja marah-marah, apalagi besok" Gerutuku.

"Besok aku banyak kerjaan, aku gak mungkin pake yang beginian" Aku terus menggerutu sambil mengambil dress nya dan mencoba memakainya.

Tidak berselang lama ponselku berbunyi, ternyata itu panggilan video dari danial.

Aku mengangkatnya dengan ragu, karena ini kali pertama aku dan danial melakukan panggilan lewat ponsel.

"Kamu suka? " Dia tiba-tiba bertanya.

"Apa? " Kataku penasaran.

"Dress nya" Jawabnya dengan tersenyum.

"Oh ini" Aku memperlihatkan dress yang aku pakai.

"Bagus ternyata, jangan lupa ya besok aku jemput" Katanya dengan terus Tersenyum manis.

"Mau kemana? Besok aku banyak kerjaan" Kataku dengan nada menggodanya.

"Ada lah. Ya kan malem, masa malem masih kerja" Danial terus menyangkal alasanku.

"Iya gimana besok aja" Kataku pasrah.

"Ya udah aku tutup dulu, besok aku jemput pokoknya" Katanya sambil menutup panggilan.

Aku segera mengganti dress yang aku pakai dan kemudian tidur agar besok lebih relaks.

*

Pagi ini aku buru-buru pergi ke kantor karena banyak hal yang harus aku tangani karena pak yoga gak masuk hari ini.

Aku menelpon beberapa client yang akan aku temui dan jam 7 tepat aku mulai berangkat ke cafe tempat biasa kami melakukan meeting.

Aku ditemani Rian mahasiswa magang yang membantu urusanku, dia anak baik dan cekatan makanya aku percaya membawa dia.

*

Hari sudah semakin siang dan jam sudah menunjukan angka 13 tandanya sudah lewat istirahat makan siang.

Setelah selesai meeting dengan semua client aku dan rian berniat makan siang dulu.

Siang itu jadwalnya bertemu dengan perusahaan adijaya, rian sidang pulang duluan karena aku gak mau melibatkan banyak orang dalam hal ini, apalagi rian bukan pegawai tetap perusahaan.

Aku langsung pergi ke perusahaan adijaya, karena aku belum pernah ke perusahaan itu sebelumnya maka langsung saja aku ke resepsionis.

"Permisi mbak, apa pak direkturnya ada? " Tanyaku pada resepsionis.

"Apa ibu sudah ada janji sebelumnya? " Dia malah balik bertanya.

"Kebetulan sudah mbak" Jawabku dengan cepat.

"Baik kalo begitu ibu bisa naik ke atas, ruangannya ada di lantai 4" Ucap resepsionis dengan menunjuk ke arah lift.

"Makasih mbak" Aku langsung pergi menuju lift.

Sesampainya di lantai 4 aku melihat ada tulisan "DIREKTUR UTAMA" aku langsung masuk ke ruangan itu.

Di dalam ruangan itu direktur itu sedang duduk dikursi membelakangi mejanya, jadi aku hanya melihat bagian ujung kepalanya saja.

"Kamu zia kan, dari perusahaan Marbells ? " Belum sempat aku menyapa, dia sudah lebih dulu bertanya.

"Iya" Jawabku.

Awalnya aku tidak memedulikan suaranya, namun makin lama suaranya makin mirip seseorang.

Ketika dia memutar kursinya, aku dibuat kaget olehnya. Bagaimana tidak direktur utama perusahaan adijaya adalah DANIAL. Orang yang baru aku kenal dan kini menjadi calon suamiku.

Dia selalu membuat hal-hal tidak terduga, entah disengaja atau tidak dia selalu membuat aku menganga dengan prilakunya.

*

Mengetahui hal itu, aku mencoba bersikap biasa saja untuk tidak mencampuradukkan urusan pribadi dan pekerjaan.

"Maaf Pak saya datang kesini untuk membicarakan masalah yang kemarin, apa bapak ada waktu? " Aku memanggil danial dengan sebutan bapak, dalam hati ada rasa sedikit geli memanggilnya dengan sebutan bapak tapi ya gimana lagi aku harus profesional karena ini urusan pekerjaan.

"Waktu saya tidak banyak, tapi saya akan kasih kamu waktu 20 menit" Ucap danial sambil membuka laptopnya.

Setelah 15 menit kami mediasi akhirnya danial bersedia membantu perusahaan marbells dengan beberapa syarat yang dia minta.

"Baik saya akan bantu, tapi dengan 3 syarat" Katanya sambil mengacungkan 3 jarinya.

"Baik Pak, tapi kalo boleh saya tau syaratnya apa aja? " Kataku penasaran.

"Pertama, saya minta saham marbells sebanyak 30 persen. Kedua saya akan minta keuntungan pertahunnya sebanyak 10 % dari uang yang akan saya berikan. Ketiga saya mau perusahaan marbells menjadi perusahaan dibawah naungan perusahaan adijaya" Ucap danial dengan fasih, entah dia sudah berlatih atau memang begini sikap dia jika bekerja, entahlah.

"Tapi pak saya belum bisa menyetujui ini begitu aja, saya harus memberitahu dulu pak yoga" Aku memberikan argumen pada danial.

"Ya terserah kamu sih, kamu masih punya waktu 2 menit lagi untuk menjawabnya" Katanya dengan mengacungkan 2 jarinya lagi.

Aku segera menelpon pak yoga dan memberitahu syarat yang danial minta, pak yoga sepertinya marah karena syarat yang danial minta terlalu berat dan beresiko.

"Saya pinjam ponselnya boleh? Biar saya yang negosiasi dengan dia" Kata danial sambil menadahkan tangannya meminta ponsel yang aku pakai.

Aku segera memberikan ponsel itu.

"Hallo, apa kabar pak yoga? " Tanya danial.

".............. "

"Gimana bapak sudah tau kan syarat yang saya minta, saya bisa hapus semua syarat itu kok. Asalkan bapak bisa mengabulkan satu permintaan saya. Bahkan kalo perlu bapak gak usah balikin uang yang saya kasih" Kata danial dengan nada sombongnya.

".............. "

"Ahh, baik jika itu sudah keputusan bapak. Senang bekerjasama dengan anda" Ucap danial sambil menoleh melihat kearahku.

"Untuk syarat yang itu, nanti saya akan hubungi bapak lagi" Kata danial sambil memberikan ponselnya padaku.

Begitu aku akan bicara dengan pak yoga tidak ada suara apa-apa, ternyata danial langsung menutup telponnya.

"Kamu boleh pulang sekarang, untuk keputusannya kamu boleh tanyakan dulu sama bos kamu" Katanya dengan nada dingin.

Prilakunya berbanding terbalik dengan danial yang aku kenal, danial yang aku kenal selalu memakai nada lembut dalam bicara bahkan danial yang aku kenal punya etika yang lebih baik.

Sebelum aku dimarahi, aku segera meninggalkan ruangan itu dan bergegas pulang ke kantor marbells.

Sesampainya di kantor aku lihat pak yoga sudah ada di kantor dan aku segera menghampirinya.

"Pak bapak kapan kesini? " Tanyaku heran, karena kemarin dia bilang mau nenangin diri dulu tapi sekarang dia masuk kantor.

"Barusan" Jawabnya singkat.

"Oh iya pak mengenai perjanjian dengan perusahaan adijaya bagaimana pak? " Aku menanyakanya langsung tanpa basa-basi.

"Maaf, kamu saya pecat" Ucap pak yoga dengan tiba-tiba.

"Lah bapak kok gitu. Saya salah apa, saya udah kasih kemampuan maksimal saya. Saya udah lakuin semua sesuai perintah bapak. Kok bapak seenaknya gitu pecat saya" Aku yang kaget dengan keputusan pak yoga merasa perlu memberla diri dan menanyakan alasannya.

"Saya gak bisa jelasin semuanya, maaf. Kamu boleh kemasi semua barang kamu dan kamu gak usah khawatir bagian HRD sudah saya kasih tau kok. Jadi kamu bisa langsung pulang" Ucap pak yoga sambil bergegas meninggalkanku.

Aku tidak percaya pak yoga sampai hati memecatku, padahal aku udah kerja dengan maksimal.

Aku langsung membereskan barangku dan pergi meninggalkan kantor itu menuju kosanku.

*

Terpopuler

Comments

Pangeran Matahari

Pangeran Matahari

semangat y kk

2021-12-10

0

Anai,😘😘😘😘

Anai,😘😘😘😘

ini pasti kerjaan nya Daniel deh
kek ,, yak kan thor

2021-12-03

1

Sya🌼@Wanti0201

Sya🌼@Wanti0201

Aku mampir Thor, semangat 💪

2021-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!