Perjodohan

Setelah Danial membawaku jauh dia berhenti menepikan motornya di sebuah rest area di pom bensin.

"Zi, maaf." nada bicaranya lemah lembut berbanding terbalik saat dia membentaku tadi.

Aku tidak menjawab pertanyaan apapun dari dia.

"Zi, kamu marah sama aku ?" dia menanyakan pertanyaan yang jelas2 membuatku muak.

"Kamu punya kepribadian berapa sih? tadi siang kamu manis banget, terus tadi waktu di motor kenapa sikapnya beda banget." aku bicara dengan masih terisak.

"Zi, maafin aku, jadi tadi waktu kita makan di kedai ada sekelompok orang yang liatin kamu terus, awalnya aku gak curiga apa-apa tapi waktu di parkiran kebetulan motor aku parkir di dekat mobil mereka dan di dalamnya ada dua orang yang sedang membicarakan kamu. Mereka bilang kamu seorang wanita muda yang punya penghasilan besar, dan maaf ( Danial menundukan kepalanya) mereka bilang tubuh kamu bagus untuk menemani mereka. Aku gak Terima liat kamu di pandang rendah seperti itu Zi, waktu di jalan aku sengaja gak belok ke rumah kamu, aku takut jika mereka tau rumah kamu mereka akan neror kamu bahkan mungkin mereka akan menculik kamu saat kamu lengah." penjelasan Danial mampu membuat lututku terasa lemas dan air mataku menetes lebih deras lagi, danial langsung memeluk aku yang masih duduk di motor sedangkan dia berdiri di sebelahku.

"Ma..aaaf aku ud..ah salah sang..ka sama ka..mu." aku minta maaf pada Danial dengan terbata-bata karena tangisanku.

"Iya gak apa-apa aku ngerti kok." dia membuatku menjadi lebih tenang.

"Tapi sekarang mereka dimana ?" tanyaku takut-takut kalau mereka masih mengikuti kami.

"Kamu tenang aja, tadi aku sengaja lewat ke depan polisi yang sedang menggelar razia, mereka gak akan berani melewati itu, karena yang aku liat mobil mereka mobil curian." Danial berkata seperti detektif saja.

"Kamu tau dari mana ?" tanyaku sambil menengadahkan kepala menatap wajah Danial.

"Aku liat dari plat nomor nya Zi, itu sudah terlewat beberapa tahun. ya kalaupun bukan curian ya tetep aja mereka gak akan berani lewati polisi." kata Danial menjelaskan lagi.

"Tapi aku takut mereka datang lagi, apalagi mereka mengenali wajahku." aku yang takut semakin mengeratkan pelukanku pada Danial.

"Zi, sebaiknya malam ini kamu nginep di rumah aku aja, aku yakin kamu aman disana." usul Danial.

"Tapi aku gak enak kalo harus nginep dirumah laki-laki, terus ibu pasti cemas kalo aku gak pulang semalaman." aku khawatir ibu akan marah.

"Kamu gak usah pikirin itu, tadi waktu aku kasih bakso ke ojek online aku udah selipin surat, aku udah tulis disitu alasan kamu gak akan bisa pulang malam ini, dan aku udah cantumin nomor HP ku disana, biar ibu kamu juga tenang gak nyariin kamu." Danial selalu bertindak dengan bijaksana dalam mengambil keputusan.

"Makasih, kenapa kamu baik banget sama aku padahal kita baru kenal ?" tanyaku heran.

"Zia Zia, ya kamu aja yang baru kenal sama aku, aku udah lama kenal sama kamu." kata Danial membuatku terkejut.

"KAPAN? KOK BISA ?" Tanyaku refleks sambil melepaskan pelukanku pada Danial.

"Dulu kamu inget gak, keluarga kita mau buat perjodohan, waktu itu kamu malah pergi ke kota cari kerja gara-gara kamu gak mau di jodohin sama aku." astaga kesengajaan apalagi ini.

"Jadi orang yang mau di jodohin sama aku itu kamu." aku berbicara seperti mengulang lagi ucapan Danial.

"Iya, terus kenapa kamu malah gak mau? secara keluargaku orang berada gituh, aku juga ganteng kan." Danial bertanya sambil menggodaku.

"Aku dulu belum punya pikiran buat nikah muda, aku gak pernah mandang siapapun berdasarkan harta atau dari rupa. walaupun aku dulu tau kamu yang akan dijodohkan denganku, ya tetep aja aku akan nolak, ingat umur minimal wanita menikah itu 20 tahun, dulu aku baru 18 tahun baru lulus SMA." aku bicara menegaskan alasanku menolak perjodohan itu.

"Iya, aku percaya kok. ya udah kita pulang dulu ke rumah ku, ibu juga pasti seneng kalo liat kamu." ujar Danial.

"Kok aku rasanya grogi ya, kayak mau di kenalin sama mamah mertua." kataku dengan sedikit tertawa.

"ya bagus dong, apa perlu kita beli cincin buat peresmian." Danial lagi-lagi menggodaku.

"DANIALL!!! ih gak lucu." aku memalingkan wajah ke arah lain, kali ini aku yakin wajahku pasti merah sekali, Danial selalu bisa membuatku tersipu.

Danial sudah menaiki motornya dan melaju kembali menuju ke rumahnya.

*

Sesampainya di rumah Danial memarkirkan motornya di garasi dan aku tertegun melihat rumah mewahnya, aku yang baru kali pertama menginjakan kaki di rumahnya.

"Dan, aku malu. gimana kalo mamah kamu marah apalagi ini udah malem." ucapku gugup. Sial kegugupanku malah membuat Danial terus tersenyum.

"Tenang aja, rileks." kata Danial sambil membuka pintu.

Begitu kami masuk beberapa pertanyaan menyambut kedatangan kami.

"Dari mana aja kamu, apa udah lupa jalan pulang." tanya seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi goyangnya.

"Pulang sehari main seminggu." sindir beberapa pelayan yang sedang membereskan rumah.

" Eh, kalian ini. kok malah digituin nanti dia kabur lagi."

" Kamu sebaiknya bersihin diri dulu, setelah itu kamu makan ya!" kata wanita sepantaran ibuku, mungkin dia ibunya.

"Oh iya mah aku pulang bawa oleh-oleh, tadi aku nemu dia di pasar, namanya Zia." ucapan Danial mampu membuat semua orang menoleh dan tertawa bersama.

"ihhhhhh." aku mencubit pinggangnya, karena aku berdiri di samping Danial, itu memudahkan aku mencubitnya.

"kamu ini Oma kira kamu bawa makanan, gak tau nya bawa ibu buat cicit Oma." kata wanita paruh baya dengan tersenyum padaku, dan ternyata dia neneknya Danial.

Sepertinya keluarga Danial kalo bicara suka humoris, terlihat dari kata-kata mereka.

"Astaga menantu ibu, kenapa baru kesini sayang. pasti suami kamu yang larang ya ?" kata ibu Danial sambil merangkulku.

"Maaf Bu. kita gak ada hubungan apapun kok, kita juga baru kenal hari ini." aku mencoba menjelaskan pada semuanya.

"Gak apa-apa yang penting kalian nanti kedepannya harus nikah, kalo perlu buatin Oma cicit secepatnya." kata oma menggoda aku dan Danial.

"Dan jelasin dong." pintaku padanya sambil mencubit pinggangnya lagi.

"Memang benar ya kalo singa sama pawangnya pasti diem di apa-apain juga." kata salah satu pelayan.

"Iya yah, coba kalo kita yang cubit, yang ada bakalan banyak benda yang berjatuhan." Kata Oma sambil tertawa.

"Oma, Zia boleh gak nginep disini malem ini ?" Danial meminta izin pada Oma dengan nada sedikit dieja, mungkin takut keluarganya marah.

"Ya tentu boleh dong, Oma gak keberatan sama sekali." Kata oma sambil beranjak dari kursi goyangnya.

"Bi tolong beresin kamar Danial biar Zia tidur disana." Perintah Oma sambil pergi ke arah tangga.

"Baik bu." Jawab para pelayan sambil berlari kecil mengikuti Oma.

"OMA!!! aku gak mungkin kan tidur sekamar sama Zia, aku risih." Danial berteriak sambil berlari mengikuti Oma dan sekarang tersisa aku sama ibunya.

"Kamu gak usah khawatir, kamu gak akan tidur sekamar sama Danial. Oma hanya becanda." Kata ibu Danial sambil meraih tanganku untuk duduk didekatnya.

"Iya bu, tapi maaf sebelumnya saya belum tau nama ibu, biar saya gak canggung manggilnya." Kataku dengan malu-malu.

"Nama saya Yuri, kamu cukup panggil mamah aja gak usah canggung. Kamu wanita pertama yang Danial bawa ke rumah dan saya yakin kamu orang yang baik buat dia." Bu Yuri dengan yakinnya memercayaiku orang yang baru dia kenal beberapa menit lalu.

"Tapi bu, saya beneran gak ada hubungan apa-apa sama Danial, kita aja baru kenal tadi siang. Waktu di Pasar kita gak sengaja ketemu, ibu gak boleh terlalu percaya sama orang asing." Kataku meyakinkan bu Yuri kalau aku dan Danial tidak ada hubungan apapun.

"Iya gak papa, ayo kita susul mereka siapa tau udah beres." Ajak bu Yuri sambil beranjak ke arah tangga.

Aku mengikuti bu Yuri dari belakang menaiki tangga.

Lantai 2 hanya berisi kamar kamar dan beberapa ruangan. Layaknya hotel antara pintu kamar satu dan lainnya saling berhadapan. Kamar Danial terletak paling ujung dekat balkon.

"Loh kok belum di beresin sih." Kata bu Yuri pada pelayannya.

"Ini bu, den Danial gak mau katanya takut kami merusak barang-barang dia." Jelas para pelayan.

"Danial, kamu gak boleh egois dong. Kalo kamar ini gak di beresin Zia mau tidur dimana ?" Tanya bu Yuri pada Danial.

"Tapi kan bu.." Belum sempat Danial melanjutkan ucapannya sudah terpotong.

"Gak papa bu, aku tidur di luar aja gak perlu di kamar. Lagian kan ini kamarnya danial." Aku memotong ucapan danial.

"Ehh, gak boleh begitu sayang. Kamu wanita biar dia aja yang ngalah." Kata bu Yuri sambil mengelus bahuku.

"Iya yaudah gini aja. Zia tidur di kamar aku, dan untuk yang beres-beres biar aku aja, biar gak ada barang yang rusak dan dibuang begitu aja." Ucap Danial sambil melirik sinis ke arah pelayan.

"Biasa aja den, kan bibi gak tau dan gak sengaja waktu itu." Kata pelayan dengan malunya.

"Sebenernya ada apa sih dengan mereka bu ?" Tanyaku pada bu yuri.

"Jadi gini, dulu mereka pernah beresin kamarnya Danial dan gak sengaja ngebuang beberapa barang yang penting bagi Danial. Ya walaupun barangnya sepele." Bu Yuri menjelaskan masalah Danial dengan para pelayannya.

"Kalo boleh tau emangnya barang apa sih sampai Danial begitu marah ?" Tanyaku lagi semakin penasaran.

"Kalo gak salah sih foto apa kertas gitu ibu lupa." Kata bu Yuri sembari berpikir.

"Eh ibu apaan sih kok jadi ghibahin orang." Ucap Danial yang tidak Terima jadi bahan obrolan.

"Iya maaf." Kataku dengan sedikit menertawakan Danial.

"Ya udah ini udah malam, kalian bisa istirahat. Zia kamu juga istirahat aja biar aku yang beresin kamarnya. Kamu tidur di kasur aja biar nanti aku tidur di sofa aja, maaf jika nanti kamu risih tapi oma gak bolehin jika kita tidur diluar kamar apalagi di ruang keluarga atau ruang tamu." Danial menjelaskan.

"Iya zi, ibu lupa bilang sama kamu. Aturan di sini gak boleh tidur selain di kamar, jadi kamu dan danial sekamar gak apa-apa kan? Danial juga gak akan macam-macam." Bu Yuri menjelaskan peraturan itu padaku dan aku yang baru tau ada aturan seperti itu hanya bisa bengong.

"Maaf sebelumnya bu. Apa gak ada kamar lain, misalnya kamar yang gak kepake gitu atau gudang juga gak papa kok." Aku yang kaget akan sekamar dengan seorang lelaki ya berusaha mencari cara agar bisa menghindar.

"Kebetulan sekarang kamarnya udah terisi semua jadi gak ada lagi kamar kosong. Paling ada di paviliun belakang. Ibu gak ngizinin kamu kesana, disana gak ada orang jadi kalo ada apa-apa sama kamu kita yang disini gak akan tau apa-apa." Bu Yuri sangat perhatian padaku walaupun kami baru mengenal beberapa saat lalu.

"Ya udah bu gak apa-apa kok, aku sekamar sama Danial. aku percaya kok sama dia." kataku dengan sedikit pasrah.

"Ya udah kalian istirahat aja ini juga udah malam, ibu tinggal ya." ucap bu Yuri sambil bergegas meninggalkan kami di susul dengan para pelayan.

Kini tinggal aku dan Danial yang tersisa, Danial melarangku membereskan kamarnya, aku hanya membereskan buku dan baju yang berserakan di kasur saja.

Kini jam sudah menunjukan pukul 11 malam Danial sudah pulas di sofa, aku juga merebahkan tubuh di atas kasur semakin lama mataku semakin memberat dan akhirnya terlelap tidur.

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

ramah dan baik keluarga Daniel SMG aja Daniel tulus dng zia

2021-11-21

0

☘💚Efa Vania💚☘

☘💚Efa Vania💚☘

semangat... yok bisa yokk

2021-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!