Suara burung dan ayam saling bersahutan menandakan sudah pagi dan aku segera terbangun melihat sekeliling, Danial masih tertidur dengan pulas aku tidak berani membangunkannya aku segera pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai aku berniat membangunkan Danial, tapi dia sudah tidak ada di tempat dia tidur mungkin dia sudah bangun.
Aku beranjak keluar kamar sambil membawa tas kecil yang aku pakai kemarin. Aku mendengar suara orang bercanda di ruang keluarga aku menghampiri mereka sekalian pamit pulang.
"Permisi bu, Oma, Danial, terimakasih untuk kebaikannya maaf sudah merepotkan, aku mau minta izin buat pulang takutnya nanti ibu khawatir karena aku enggak pulang dari semalam di tambah handphonenya tidak aktif pasti dia sudah cemas." aku berpamitan pada mereka.
"Ini kan masih pagi, kita sarapan dulu." ajak bu Yuri sambil mendekat.
"Iya nanti kalo ibu kamu tau kamu belum makan, di kiranya kita gak ngasih kamu makan." kata Oma sambil beranjak dari duduknya menuju arah dapur.
"Emm, enggak usah bu makasih, tapi aku harus segera pulang." aku berpamitan sambil mencium tangan bu Yuri kemudian menyusul Oma dan berpamitan juga.
"Ya udah kalo gitu Danial anterin Zia pulang ya." kata bu Yuri pada Danial.
"Gak usah bu aku bisa sendiri kok." aku berbohong pada bu Yuri, padahal aku sendiri gak tau jalan pulang.
"Ini masih pagi banget, ditambah angkutan umum disini susah jadi kamu gak punya pilihan lain selain pulang di anter sama Danial." kata bu Yuri sambil memberika kunci motor pada Danial.
"Iya Zi biar aku aja yang anter, kamu kan gak hafal jalan pulangnya nanti kalo kamu kesasar gimana? terus kalo nanti kamu ketemu lagi sama orang jahat gimana ?" Danial berkata sambil bergegas membuka pintu.
Aku lupa aku gak berpikir sejauh itu, apalagi semalam aku di kejar-kejar sama orang jahat.
Danial mengeluarkan motornya kami pun melaju ke arah rumahku.
Di jalan kami tak banyak bicara, mungkin karena masih canggung, aku juga tak banyak tahu tentang Danial.
Setelah berapa lama akhirnya kami sampai di rumahku, dan aku beranjak turun dari motor.
"Makasih ya dan udah nganterin." Aku berterimakasih pada Danial.
"Zi, tapi boleh gak aku ngobrol dulu sama ibu kamu soalnya ada yang pengen di sampein ?" ucap Danial meminta izin sambil beranjak turun dari motornya.
"Mau ngobrolin apa ?" Aku malah balik bertanya.
"Ada lah, nanti kamu juga tau. Boleh ya ?" Danial masih terus meminta izin sambil terus berjalan ke arah pintu rumah.
Danial mengetuk pintu dan tidak lama ibu membukanya.
"Maaf cari siapa ya ?" Ibu tidak melihat keberadaanku makanya dia bertanya.
"Ini bu saya nganterin zia." Jawab Danial sambil menengok ke arahku.
"Astaghfirullah, maaf na ibu gak tau. Ya udah ayo masuk." Ajak ibu pada Danial.
"ZI KAMU JUGA MASUK !!!" Ibu berteriak memanggilku.
Ibu dan Danial sudah lebih dulu masuk dan mengobrol, aku tidak tau apa yang mereka obrolkan.
"Kalo itu sih ibu serahkan semuanya pada Zia, ibu tidak akan memaksa. Semua keputusan ada pada Zia." Ibu berbicara pada Danial.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan yang jelas mereka sedang membicarakanku terdengar dari obrolannya yang menyebut namaku.
"Maaf, tapi kenapa sebut-sebut nama aku." Aku yang penasaran segeran mendekati mereka.
"Kamu duduk dulu biar ibu yang jelasin !!" Kata ibu dengan senyuman manisnya.
"Jadi gini, kamu ingetkan waktu dulu kamu mau di jodohin sama seseorang dan kamu kabur ke kota. Dan orang itu Danial, ibu juga baru tau tadi. Dulu kan yang datang kesini orang tuanya, Danial tidak ikut jadi wajar kalo ibu gak tau." Ibu menjelaskan sambil nyerocos tanpa jeda.
"Ohh, Kalo masalah itu aku udah tau bu, Danial yang bilang Kemarin." Aku pikir masalahnya hanya itu dan ternyata lebih dari itu.
"Dan sekarang Danial ingin melanjutkan perjodohan itu, semua keputusan ada di kamu. Biar kamu sendiri yang jawab, ibu akan hargai semua keputusan kamu" Ibu bicara sambil beranjak pergi ke dapur mungkin dia membiarkan kami mengobrol berdua agar lebih leluasa.
"Zi, jadi kamu mau kan melanjutkannya ?" Tanya Danial dengan senyuman manisnya. Aku akui wajah Danial memang ganteng apalagi di tambah senyumnya yang manis, gimana gak meleleh coba.
"Tapi gimana ya, kita kan baru kenal aku gak tau kamu gimana dan aku juga gak enak sama keluarga kamu, dulu kan aku yang batalin." Kataku mencari alasan.
"Kalo masalah keluarga aku kamu gak usah pikirin, tadi waktu di rumah aku udah bilang sama oma dan ibu, mereka ngizinin kok asalkan kamunya mau." kata Danial dengan santainya. Danial selalu berpikir jauh, bahkan akalnya selalu selangkah lebih maju dibanding tindakannya.
"Gimana ya, aku gak bisa jawab sekarang dan maaf." Kataku bingung. Aku juga gak tau harus bagaimana gak mungkin aku menikah dengan Danial yang baru sehari aku kenal.
"Gini aja, kita jalani dulu jika nanti kamu merasa gak cocok kita gak usah lanjut semua keputusan ada di kamu, jadi kita jalani aja dulu ya." Pinta Danial.
"Ibu setuju dengan Danial, kan katanya kamu belum kenal Danial. Ya sekarang kalian jalani aja dulu sambil kalian mengenal satu sama lainnya." Timbrung ibu yang baru datang dari dapur membawa makanan untuk Danial.
"Ibu ih kok nguping." Aku malu karena dari tadi mungkin ibu nguping pembicaraan aku dan Danial.
"Kan kedengeran jadi ibu gak nguping lah." Jawab ibu dengan santai.
"Ini minum dulu!!" Ibu menyuguhkan minuman pada Danial.
"Dan, aku gak bisa jawab sekarang. Aku harus siap-siap besok harus berangkat lagi ke kota." Aku beranjak pergi ke kamar meninggalkan mereka.
Dikamar aku membereskan tas agar nanti bisa segera berangkat tanpa harus ba bi bu menyiapkan sesuatu.
"Zi, boleh ibu masuk." Ibu memanggilku sambil mengetuk pintu kamar.
"Masuk bu." Jawabku.
Ibu masuk dan mengunci kembali pintunya sambil mendekatiku.
"Zi, ibu tau kamu belum siap menikah. Tapi ibu minta sikap kamu gak boleh kayak gitu. Kasian Danial, dia udah sabar menunggu kamu. Kamu harusnya bersyukur di pertemukan dengan Danial buktinya dulu waktu kamu nolak perjodohan itu dia tidak marah sama kamu. Masa sekarang dia mau melanjutkan perjodohan itu kamu nolak lagi, kamu gak kasian sama dia." Ibu menasihatiku dengan lemah lembut agar aku bisa luluh.
"Iya bu maaf." Jawabku sambil menunduk menandakan aku yang salah.
"Ya udah sekarang kamu temui Danial, kalian bicara Baik-baik. Kasian dia udah nungguin dari tadi." Ucap Ibu sambil membuka pintu kamar.
Aku mengikuti nasihat ibu untuk menemui danial, dan membicarakan lagi soal perjodohan itu.
Ternyata benar Danial masih duduk menunggu di ruang tamu, dalam hati aku merasa kasihan dengannya karena sudah rela menungguku setelah sekian lama.
"Dan maaf." Kataku sambil duduk di sofa menghadap Danial. Posisi kami sekarang saling berhadapan hanya terhalang meja.
"Iya gak papa." Katanya lembut.
"Aku Terima tawaran kamu untuk melanjutkan perjodohan itu. Tapi jika nanti salah satu dari kita merasa gak cocok, kita gak usah melanjutkan perjodohan itu. Gimana ?" Tawarku padanya langsung tanpa basa-basi.
"Kamu yakin Zia ?" Dia malah kembali bertanya dengan ekspresi kaget sekaligus bahagia.
"Iya dan bener aku yakin." Kataku dengan agak canggung karena malu.
"Makasih zi." Katanya lagi dengan terus tersenyum.
Aku melirik jam sudah menunjukan jam 9, sekarang harusnya aku sudah berangkat ke kota karena disana banyak urusan yang harus aku selesaikan.
"Dan, maaf tapi sekarang aku harus segera pergi ke kota. Pekerjaan aku masih banyak disana gak enak kalo besok aku belum menyelesaikannya." Kataku sambil beranjak pergi tapi Danial menghentikan langkahku.
"Zi, biar aku aja yang anterin sampai sana tadi aku udah izin kok sama ibu kamu." Lagi-lagi Danial selalu berpikir jauh. Bahkan diluar dugaan, dia bahkan minta izin lebih dulu sama ibu dari pada aku.
"Ya udah aku ambil tas dulu." Tanpa ba bi bu aku langsung pergi ke kamar mengambil tas yang tadi sudah aku bereskan.
Setelah berpamitan pada ibu kami langsung berangkat menggunakan motor Danial.
Dijalan Danial banyak bertanya, mungkin keingintahuannya tentangku semakin banyak.
"Zi, tadi aku kok gak liat ayah kamu ya ?" Tanyanya.
"Oh, ayah. Iya dia lagi kerja diluar kota. Dia jarang pulang, aku juga udah larang dia untuk kerja tapi dia ngotot mau kerja terus." Jawabku sambil mendekatkan kepalaku ke arah telinga Danial.
"Oh gitu, tapi tadi aku udah bicara kok sama ayah kamu tentang perjodohan ini." Kata-kata Danial sontak membuatku kaget.
"Lah, kapan bicaranya ?" Aku malah balik bertanya karena kaget.
"Tadi waktu kamu pergi ke kamar kan aku ngobrol sama ibu terus aku telpon ayah kamu meminta izin." Kata Danial sambil terus melajukan motor dengan cepatnya.
"Terus kata ayah gimana ?" Aku penasaran dengan jawaban ayah.
"Ya ayah bilang dia akan Terima apapun keputusan kamu." Katanya dengan santai, aku hanya mengangguk kecil.
"Zi, dari sini kemana Aku gak tau jalannya ?" Danial menanyakan arah jalan karena dari tadi aku belum memberitahu posisi kosanku.
"Lurus aja nanti di depan ada pertigaan kamu belok kanan." Aku menunjukan arah sambil memeragakan tanganku.
Danial tidak menjawab apapun, aku anggap dia paham dan tau arah yang aku tunjukan.
Setelah Danial melewati jalan yang aku tunjukan tadi dia menepikan motornya di sebuah pom bensin.
"Zi sebentar ya." Katanya, aku turun dari motor dan tetap berada di dekatnya.
"Mbak di isi full ya." Kata Danial pada petugas pom bensin.
"Baik mas." Jawab petugas itu.
Setelah penuh Danial langsung menutup tangki bensinnya.
"Totalnya 35 ribu mas." Kata petugas SPBU.
"Ini mbak uangnya." Aku segera menyodorkan uang 50 ribu, aku merasa enggak enak jika hanya di antar oleh Danial maka aku berinisiatif membayarkan bensinnya.
"Zi, gak usah." Cegah Danial sambil menyodorkan uang 100 ribu dan menggeser tanganku.
"Dan, kamu gak liat di belakang antriannya udah banyak masa kita mau berantem di SPBU sih ?" Kataku sambil memberikan uang ke tangan petugas SPBU.
"Ambil aja mbak kembaliannya." Kataku sambil maju beberapa langkah ke depan.
Danial hanya tersenyum kecil melihatku sambil menghidupkan kembali motornya, aku segera naik dan kami melaju kembali menuju kosanku.
Sekarang kami sudah ada di kota dan tinggal beberapa menit lagi sudah sampai di kosan.
"Dan nanti di dekat warung di depan kamu belok kiri ya masuk gang, agak kecil sih gang nya tapi muat kok untuk motor mah." Kataku pada Danial sambil menunjuk sebuah warung di depan.
Danial tidak menjawab apapun hanya mengangguk pelan.
*
Sesampainya di kosan Danial langsung pamit pulang dan aku segera masuk untuk istirahat sambil membereskan pekerjaanku yang belum kelar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Semangat Thor
Semoga sukses dan sehat selalu 😉
2021-11-27
0