Siangnya waktu istirahat, Hanan sudah masuk keruangannya
Hanan membuka kamar tersebut, terlihat Alana sudah duduk, dengan rambut dikuncir namun acak acakan
"Rapihkan" Hanan menunjuk rambutnya sendiri "Sana kekamar mandi. Habis itu makan siang"
Alana berjalan melewati Hanan yang berdiri menjulang
"Masih pusing?"
"Sedikit" Jawabnya, lalu tak terlihat karena Alana sudah masuk kekamar kecil
Hanan duduk dikursinya dengan makan siang mereka yang sudah disiapkan oleh Hanan
Makanan ini ia pesankan dari restoran yang dikelola oleh Sifa mamanya
Alana berdiri menempel pada meja kerja Hanan "Duduk. Makanlah"
Alana belum duduk, ia meraba raba saku pada seragam putihnya
"Cari apa?"
"Hape"
"Buat apa?"
"Poto" Jawab Alana asal
"Makan dulu" Hanan akan merebutnya dari tangan Alana. Namun Alana menjauhkan ponselnya kedadanya
Hanan menyerah dengan kelakuan adik iparnya
Kembali Alana memencet ponselnya untuk memanggil video kepada mamanya
Krutuk krutuk krutuk
Suara panggilan berbunyi demikian, mungkin karena sinyalnya jelek
"Kakak pinjam hapenya" Tangan Alana menjulur meminta ponselnya milik Hanan
"Buat apaan" Hanan sudah mengeluarkan ponselnya
"Buat telpon pacarku" Jawab Alana asal
Hanan langsung menjauhkan ponselnya, dan ingin memasukkan kesaku jasnya yang ada disandaran kursinya
"Sini in hapenya, pinjem"
"Makan dulu"
"Ih nggak mau"
Tiba tiba ponsel milik Alana berbunyi. Alana membacanya siapa gerangan yang menelepon dirinya
"Asik mama" Alana kegirangan dan langsung menggeser ikon bergambar video
"Hallo...." Suara mama Anti dari sebrang sana bersama Imran yang sudah memerah matanya karena habis menangis
"Uh bocah tampan apa kabar sayang.. Kok gitu wajahnya. Habis nangis ya?" Alana menerima video call sambil berdiri, dan masih nempel pada meja kerja Hanan yang kokoh
Hanan berdiri dibelakang Alana
Hanan tersenyum menyapa Imran dengan mengangkat tangannya sambil senyum senyum namun tidak bersuara
Imran tertawa khas bayi
"Errrrrrgggtttt"
"Hei, putra bunda berkokok..." Alana menyebut dirinya bunda spontan.
Seneng kali ya, punya anak tidak mengejan tau tau ada dan tampan lagi. Itulah pemikiran Alana saat itu
Hanan menoel pundak Alana "Kapan kamu mengejan hah?"
Alana menoleh kebelakang, agar melihat orang yang menoel "Kenapa, kakak tiba tiba tanya begituan. Buat apa mengejan. Hamil kagak, mengejan" Alana sibuk lagi
Kembali Alana menyapa Imran "Gantengnya bunda, lagi apa? Nangis nggak ma tadi ?" Menyapa Imran, sekaligus tanya pada mamanya
Mama Anti senyum senyum, dibelakang Alana ada Hanan yang berdiri tersenyum menyapa dengannya
"Tadi nangis, mungkin nyariin kamu" Jelas Anti
Rasanya adem, hati mamanya Alana. Ternyata tidak disangka, putrinya magang didampingi calon suaminya. Mantaplah hati orang tua seperti Anti
Masalah saling cinta terakhiran. Yang penting mereka disatukan dulu. Kalau nggak cinta cinta ya kebangetan
Setelah Anti berhayal, iapun bertanya "Alana, kalian sudah makan ?"
"Belum / Sudah" Diucap bersamaan, antara Alana dan Hanan
Anti tersenyum kembali "Baiklah, makanlah dulu"
"Tapi aku masih kangen Imran ma" Alana terus menggoda Imran, tapi mamanya menutup sambungannya sepihak
Tut
"Yah.." Alana melemah kecewa
"Sudah, nanti pulangnya kan ketemu. Dasar egois"
"Maksud kakak, tadi ngomong apa?" Alana sedikit mendengar sedikit tidak. Jadi samar samar
"Makan. Aku lapar"
"Oh" Setelah fikirannya mencerna dengan baik "Ah, nggak mungkin kakak bilang makan"
"Lalu"
"Kakak bilang aku egois kan, kan kan. Bilang aja..." Alana langsung merebut makanan yang akan dibukakan oleh Hanan "Sini, aku bisa buka sendiri"
Hanan diam saja. Dia tidak habis pikir, perempuan brutal dan susah berdamai dengannya, kenapa harus menjadi pengganti Aina
Alana makan dengan lahap, netranya sambil melirik Hanan tak suka karena Hanan bilang kalau Alana egois
-
Sore hari waktunya Alana pulang.
Hanan sudah melihat dari jauh, Alana sudah siap mau pulang, karena Alana sudah terlihat menggendong tas ransel yang isinya Hanan tidak tau
Alana melintas. Hanan tau Alana buru buru ingin segera pulang. Hanan masuk kelorong yang pas kebetulan, Hanan habis selesai memeriksa dipolynya
Alana terkejut, ketika tiba tiba tangan kekar menariknya masuk kelorong
"Kakak.. Ngapain kakak menarikku"
Hanan tidak menjawab "Kamu mau pulang?"
"Iya. Tapi lepasin tanganku dulu"
Hanan melepasnya "Ah iya. Naik apa?"
"Mobil"
"Sendiri?"
"Tidak, aku dijemput"
"Kalau begitu tunggu. Ntar aku antar"
"Ih nggak mau"
"Alana, jangan keras kepala"
"Apa kakak bilang, aku keras kepala. Kalau aku keras kepala. Kakak keras apa?!" Alana berlari keluar dari rumah sakit
-
Alana menunggu agak lama. Sopir yang menjemputnya, katanya sibuk menjemput papanya
"Aneh. Kenapa papa tidak memakai sopirnya sendiri"
Anti tadi sengaja berbohong, kalau sopir yang mengantar Alana sibuk. Padahal dirumah sedang bersenda gurau dengan PRT lainnya
Hanan tiba tiba muncul seperti Jailangkung "Belum dijemput?" Hanan duduk disamping Alana
Alana terjingkat "Belum" Alana berdiri, ia tak mau dicurigai teman lainnya kalau mereka kakak beradik. Lebih tepatnya saudara ipar
Alana membelokkan badannya, tapi masih membelakangi Hanan yang masih duduk "Kakak, aku minta duit, buat ongkos. Nanti aku ganti.. " Alana kembali membelakangi Hanan, dan menghadap kedepan
Perkataan Alana langsung dipotong oleh Hanan "Sudah, duduk dulu"
"Nggak mau"
"Kenapa?"
"Aku tidak mau orang lain pada curiga"
"Tambah curiga lagi kalau aku ngasih kamu terlihat oleh orang lain" Hanan menarik tas Alana dari belakang. Akhirnya Alana terduduk
Hanan membuka resleting tas Alana. Ia menaruh uang beberapa lembar ditengah tengah bukunya, lalu menutupnya kembali "Ayo aku antar"
Alana mendongak mau protes "Protesnya sama mama, jangan sama aku"
Ya, Anti menyuruh Hanan untuk mengantar Alana pulang, sewaktu Hanan tadi siang bertugas dipolynya. Sekalian menjenguk putranya. Bukankah alasan Anti itu sangat cocok sama impian orangtua
-
Beberapa hari kemudian
Malam ini adalah malam terakhir Alana menyandang status perawan. Karena besok, mereka akan segera dinikahkan
Meskipun merasa sedih karena kematian Aina, tapi keluarga Anto merasa beruntung, mendapatkan kembali, untuk berbesan dengan dokter Ilham
Undangan pernikahan Alana dan Hanan, yang mengurus semuanya adalah keluarga Alana, yaitu Anti
Alana menangis setelah tau dia akan segera menikah dengan Hanan.
"Mama... Kenapa harus sisangar itu yang menikah denganku hwawa"
"Hus, matamu sudah buras, katarak. Kata siapa Hanan sangar. Bagus dan tampan gitu dibilang sangar. Matamu piknik kemana ??!!!"
"Kalau begitu, mama saja yang menikah dengan dokter Hanan. Aku ogah hwawwa" Alana menangis dengan keras
"Hus, punya mulut dijaga. Haram hukumnya, seorang mertua menikahi bekas menantu. Kalau kamu tidak mau menikah dengan ayahnya Imran, kamu nggak usah adopsi Imran. Belagu"
"Aku masih kecil mah, kenapa harus menikah dengan orang tua hwawa"
Anti mendekat "Apa kamu bilang, tua?? besok, setelah nikahan usai, mama panggilkan dokter mata. Sekalian tukang optiknya. Biar kamu dibuatkan kacamata tebal"
"Cakepan Budi, muda, nggak tua hwawaw"
"Mana bapak budi, mana ibu budi. Ngelamar enggak. Cokap cakep. Lap air matamu!! Jangan berani minggat kamu, awas"
Brakk
Ceklak
Anti mengunci pintu kamar Alana
Alana menangis sejadi jadinya
Brak brak brak
"Kenapa harus berakhir begini. Mamaaa, bukain pintuuuuuuuu uhuhuh"
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Suratmi Michele
😂😂mamanya lucu.... mana bapak Budi mana ibu Budi...?😂😂😂
2024-06-05
0
ika krisdianti
aku seneng banget bacanya, lucu
2023-08-13
2
Dewi Zahra
aku suka
2023-05-30
0