"Alana, boleh kami bertanya?" Ucap Anto papanya Alana, yang sudah lirik lirikan dengan para orang tua
"He emz" Alana sibuk dengan rambut yang acak acakan
Selagi Alana sibuk dengan rambutnya, Sifa sudah menawarkan diri dengan kode tangannya, seakan Sifa berkata "Saya saja yang bertanya" Yang diangguki oleh semua orang tua
Ilham menyenggol lengan Sifa, yang dipangkuan Ilham masih ada Imran "Ma, lihat rambutnya. Ulah cucumu tuh" Ilham menunjuk Alana dengan dagunya
Sifa menoleh pada Ilham "Cucuku cucu papa juga. Kalau dulu mama tidak dinikahin bapak bapak seperti papa, mana bisa mama ngeluarin empat bayi sekaligus"
Ilham melirik kebawah samping, karena Sifa terlalu pendek "Iya maafin papa, sudah sana benerin. Cowoknya rapih ceweknya kasihan acak acakan gitu"
Sifa berdiri setelah Ilham benar benar diam, dan mempersilakan Sifa untuk mendekati Alana
"Eh hem" Sifa duduk disamping Alana "Geser" Alana menoleh kesamping, lalu duduknya bergeser. Otomatis, Hanan dan Alana saling tempel "Alana, mama boleh tanya?" Sambungnya
Alana kembali menoleh kearah Sifa dengan serius
Sifa membenahi rambut panjang Alana terlebih dahulu, agar nampak cantik dan tidak rodal radil alias mawud alias acak acakan
"Tadi mama dengar, kamu ingin mengadopsi Imran. Betul ?" Tanya Sifa dengan hati hati sekali
"Memangnya boleh mama Sifa" Ucapnya bersemangat dan berbinar binar "Ma, berarti mulai malam ini, aku dan Imran balik kerumah ya ma?" Pertanyaan ini bukan untuk Sifa, melainkan untuk Anti mamanya
"Mama Sifa lagi bicara, dengarkan dulu"
Perkataan Anti membuat Alana mendengus kesal
Sifa merangkul Alana, agar Alana fokus mendengarkannya "Sekali lagi mama tanya. Apakah kau ingin Imran tinggal bersamamu?"
"He emz" Jawabnya sangat bersemangat
"Baik, tapi ada satu permintaan dari mama"
"Apa itu mama Sifa"
"Mama menginginkan, Alana tetap tinggal disini, bukan dirumah Alana"
Alana Melemah "Tapi, rumah Alana kan disana mama Sifa. Alana nggak mau tinggal disini lagi" Jawabnya jujur
"Kenapa?? "
Alana melirik Hanan "Eng, eng" Alana berdiri, dan berpindah duduk disofa single, jauh dari tempat Hanan duduk "Aku tidak mau tinggal serumah dengan kak Hanan" Alana langsung menunduk takut. Kaki Alana sudah saling tumpuk sampai warnanya pucat. Kedua tangannya juga saling bertautan dan sedikit meplek karena Alana masih horor melihat wajah Hanan
Hanan masih menatap Alana dengan tegas
Plok
Sifa menabok lengan Hanan. Sifa tau, Alana takut Hanan karena wajah garang Hanan. Padahal, sebenarnya keempat putra Sifa, tidak ada yang berwajah sangar. Namun, jika mereka serius, semuanya menakutkan. Seperti Hanan sekarang
"Wajahmu tidak usah sangar seperti itu. Pernah mama mengajarkan kalian seperti itu?" Bisik Sifa
Hanan masih diam, ia tidak mau menanggapi siapapun dulu. Tapi nanti, jika Hanan tidak kuat, ia ingin demo. Meskipun tak ada temannya
"Baiklah, karena kamu mendekati mama, mama juga ingin tanya sama kamu. Dan kamu harus jujur menjawab pertanyaan dari mama. Sanggup?" Kini giliran Anti yang bertanya
Alana belum menjawab. Ia garuk garuk kebingungan "Kenapa mama ikut ikutan bertanya. Mama bertanyanya nanti, kalau kita sudah dirumah"
"Rumah siapa?"
"Rumah kitalah"
"Yang ingin mengajakmu pulang siapa?"
"Maksud mama apa?"
"Mama tidak mau mengajakmu pulang. Karena kami semua, menginginkan kau tinggal bersama kak Hanan" Ucap Anti tegas
"Kenapa aku harus tinggal bersama kak Hanan, aku hanya adik iparnya saja. Dan sekarang, kak Aina sudah tiada. Aku sudah tidak ada hubungannya sama.." Dagu Alana menunjuk Hanan.
"Sama siapa, yang jelas !!?" Sekarang giliran Hanan yang bertanya, karena kesal dengan Alana
"Jawab saja sendiri. Kenapa tanya tanya"
"Alana... " Tegur Anti
"Ma, kirain mama kesini untuk menjemput kami. Kenapa malah sebaliknya, aku yang disuruh tinggal disini" Alana mulai protes
"Menjemput siapa maksud kamu. Ngomong itu yang jelas!!"
"Hanan..." Tegur Sifa
Alana berdiri "Menjemput aku dan Imran anakku"
"Apa kamu bilang. Imran anakmu!? Kapan kamu melahirkan ?! kapan kamu membikinnya hah??!" Hanan mulai tersulut emosinya
"Eh eh, kenapa kalian jadinya bertengkar" Sifa ikut berdiri untuk melerai mereka berdua
"Baik, aku memang tidak merasa membikin, aku juga tidak merasa melahirkan..."
Oeeeekk
Semua orang menoleh pada sumber suara
Alana dan Hanan maju mendekati Imran yang masih dipangkuan Ilham
"Stop!!! ini anakku" Tangan Alana menyetop dada Hanan
"Hei gadis tengil. Kapan kamu hamil, dan kapan kamu melahirkan kapan??! " Hanan tambah berteriak
Oeeeekk
Tangan mereka berdua sudah menjulur ingin menggendong Imran
Imran terdiam kebingungan
"Ikut tante yuk"
"Ikut daddy yuk"
Imran ternyata mau digendong Hanan, karena Alana kalah cepat
Alana bersedekap dengan kesal "Daddy model apa!! popok, susu formula, nggak mikirin. Aku aja bisa ngaku ngaku"
Semua orang tua senyum senyum campur pusing. Antara ingin tertawa atas pengakuan Alana, dan ingin menyentil Hanan karena Hanan kebangetan
Hanan mendekati Alana "Hei, Imran disekap kamu terus. Mana aku tau kebutuhannya"
"Kalau begitu, ngapain kakak jadi daddy. Gugur tau nggak " Alana ngotot
Ooeeekkk ooeekkk
"Itu haus. Bisa nggak ngasih mimi. Kalau nggak bisa, kebangetan. Daddy model apaan. Masalah kecil saja nggak bisa" Ejek Alana, dan Alana kebelakang untuk menyeduh susu formula untuk Imran
"Alana.. " Anti berteriak sambil geleng geleng
Alana datang sambil ngocok ngocok susu yang ada didalam botol dot, lalu memberinya pada Hanan
"Nih"
Alana kembali bersedekap sambil melirik Hanan yang sedang memberi susu pada imran
"Kita adopsi aja ma. Percuma kaku gitu, nggak bakal mau! " Alana kembali mengejek
"Kamu memang kebangetan Hanan, Hanan" Ilham mengusap wajahnya dengan kasar
"Diem nggak!" Hanan menyepak kaki Alana
Alana menghindar "Nggak !!!"
"Alana... " Kembali Anti berteriak
-
Karena tidak ada titik temu untuk mereka berdua damai. Anti dengan tegas "Jeng, sesuai kesepakatan kita, seminggu lagi, kita harus menikahkan mereka"
"APA !!!!" Hanan dan Alana Berteriak
Elllaaaaakkk
Saking kagetnya si Imran, akhirnya nangisnya berubah histeris
Imran nangis kejer
"Sini in" Alana merebut Imran dari tangan Hanan, lalu naik kelantai dua
Alana lupa dengan etika, dia tidak pamit karena Imran nangis kejer
Semua orang geleng geleng kepala. Bukan membenci Alana, melainkan pada Hanan yang keterlaluan
"Hanan, benar yang dikatakan Alana?? " Ucap Ilham
"Maafkan aku pa, aku memang tidak pernah memberikan uang kepada Alana"
"Kenapa kau tega begitu. Dia kan masih kuliah, seharusnya, kamu itu peka. Baby sitter aja bayarannya mahal. Betul Alana kalau begitu. Imran saja bisa memilih. Ia lebih nyaman ikut Alana ketimbang ikut daddynya yang tidak punya rasa tanggung jawab"
"Pa"
"Seminggu lagi kalian harus menikah" Ucap Sifa tegas
"Menikah!! dengan Alana ma??? ya Allah. Rumah tanggaku akan jadi apa ma"
"Jadi damai" Ucap Sifa tenang
"Dia seperti anak kecil ma, aku nggak cocok"
"Lalu, kamu cocoknya sama siapa? nenek nenek?? sana cari nenek nenek"
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
ika krisdianti
mama Sifa emang terthe best, kocak bangets
2023-08-13
2
Dewi Zahra
nyimak dulu ya kak
2023-05-30
0
Herlina Erna
aku suka lihat sifat tegas mama Sifa dan papa Ilham..yg tidak membela kesalahan anaknya
2023-03-09
0