Dua hari telah berlalu sejak Ming Fengying berhasil menggunakan ilmu penukar raga dan ilmu pengendali hati, walaupun belum bisa menguasai sepenuhnya kedua ilmu tersebut. Tetapi bagi Ming Fengying yang bertubuh mungil ini adalah pencapaian terbesar karena saat di kehidupan sebelumnya dirinya menguasai kedua ilmu itu ketika berumur genap seratus tahun.
Sehari yang lalu Ming Fengying sudah memberitahukan rencana yang ada di kepalanya kepada Shingen, Ming Lian dan Tao Lulu. Mereka bertiga diberitahu oleh bayi mungil itu tidak secara bersamaan melainkan ketika salah satu dari mereka hanya sedang berdua dengan dirinya.
"Berkat Bunga Citra yang telah diolah menjadi salep dan minyak bayi yang dibuat Bibi Lulu... kekebalan tubuh mungilku meningkat pesat." batin Ming Fengying tersenyum imut sambil berbaring diranjang bayinya.
Sementara itu di ruangan yang luas yang ada di Istana Pinyin, Shingen yang ditemani 22 samurai sedang membagi para samurai pengikutnya menjadi dua kelompok, mereka juga ikut dalam misi pengawalan Kaisar Kuru yang hendak berkunjung ke Bei. Sedangkan Ming Lian mempercayakan semua rencana kepada Ketua Sekte Taman Langit dan Ketua Sekte Sungai Merah yang sudah dirinya sewa.
"Tuan Putri Kelima... hamba yakin Sekte Mawar Hitam akan terlibat kembali dengan penyerangan yang dimaksud oleh Tuan Putri." Ketua dari Sekte Taman Langit yang bernama Lin Kin jongkok bersujud pada Ming Lian, dia mengutarakan perasaan yang membuat dirinya resah, karena Lin Kin telah mendengar dari Shingen tentang wilayah Bei yang disusupi oleh Sekte Mawar Hitam.
"Berkat kerja sama yang dijalin Tuan Putri Kelima dengan Sekte Sungai Merah, kami tidak akan membiarkan pendekar dari Sekte Aliran Hitam berbuat seenaknya di wilayah Bei." Ketua dari Sekte Sungai Merah yang bernama Zhang Bingjie juga jongkok bersujud dengan sikap loyalitasnya yang dirinya tunjukkan pada Ming Lian patut diapresiasi.
"Pokoknya aku tidak ingin ayah terbunuh karena serangan pendekar dari aliran hitam." Ming Lian cemas karena jika perkataan malaikat kecilnya menjadi kenyataan, maka akan membuat wilayah Bei menjadi medan pertempuran jika Kaisar Kuru terbunuh dalam perjalanan menuju Bei.
"Biar hamba dan saudara Lin yang menjalankan rencana ini, Tuan Putri tidak perlu khawatir." ucap Zhang Bingjie karena dia memahami perasaan cemas Ming Lian, kemudian dirinya izin pamit untuk mengatur rencana pengawalan Kaisar Kuru ketika masuk ke dalam wilayah Bei.
Lin Kin hanya diam kemudian mengikuti Zhang Bingjie keluar Istana Pinyin dan bergerak ke tempat yang telah ditetapkan.
"Saudara Lin, penyerangan yang dimaksud Tuan Putri Kelima... apakah Lima Ketua Mawar Hitam akan ikut terlibat juga?" Zhang Bingjie mengerutkan dahinya karena menurut dirinya jika salah satu dari Lima Ketua Sekte Mawar Hitam ikut dalam penyerangan, maka mereka berdua bukan tandingannya tetapi lain cerita jika Zhang Bingjie dan Lin Kin siap mengorbankan hidup mereka, untuk membunuh salah satu Ketua dari Sekte Mawar Hitam dengan nyawa mereka berdua sebagai taruhannya.
"Saudara Zhang, situasi didunia persilatan sedang tidak stabil... dalam beberapa tahun terakhir banyak pendekar muda berbakat dari aliran hitam... sedangkan aliran putih juga banyak melahirkan generasi muda berbakat walau jumlahnya masih jauh dari aliran hitam." Lin Kin memijat keningnya karena dirinya tidak menyangka akan berhadapan dengan salah satu dari sepuluh sekte aliran hitam terbesar di Kuru.
"Kita sebagai pendekar hanya harus berusaha mengerahkan seluruh kekuatan kita untuk mencegah pembunuhan ini." Lin Kin tersenyum pada Zhang Bingjie, mereka berdua adalah teman masa kecil dan keduanya juga telah menjadi Ketua Sekte masing - masing. Walau dulu mereka selalu bersaing dan tidak akrab satu sama lain namun setelah bertambah tua mereka menjadi seperti sahabat.
"Seperti biasa kau selalu seperti itu." Zhang Bingjie tersenyum tipis kemudian mengajak pendekar dari sektenya menuju lokasi yang sudah dibagi menjadi dua dan salah satunya adalah tempat dimana dia dan anggotanya berjaga.
Lin Kin tersenyum tipis melihat Zhang Bingjie yang sudah pergi bersama dengan anggota dari Sekte Sungai Merah, dia melihat Zhang Bingjie berlari menggunakan ilmu meringankan tubuh sehingga mereka bisa berlari dengan cepat.
"Sebaiknya aku juga bergegas." Lin Kin kemudian beranjak pergi diikuti anggota pendekar dari Sekte Taman Langit.
Di sisi lain 22 samurai pengikut Shingen, kelompok pertama yang dipimpin Fujin sedang bergerak menuju perbatasan timur wilayah Bei. Sedangkan kelompok kedua yang dipimpin oleh Kamejiro bergerak ke arah barat.
Di Istana Pinyin Ming Lian sedang menjaga Ming Fengying ditemani Tao Lulu yang sedang memberi makan burung beo.
"Ying'er... " gumam Ming Lian yang sedang menggendong malaikat kecilnya dengan lembut dan penuh kasih sayang, Ming Fengying bisa merasakan bahwa Ming Lian sangat cemas, khawatir dan takut, semua bercampur aduk menjadi satu dalam perasaan Ming Lian.
Ming Fengying memeluk tubuh ibunya dengan tangan munglinya, karena dirinya juga tidak ingin kebahagiaan yang diberikan padanya dikesempatan kedua dalam hidupnya direnggut begitu saja.
"Di kehidupan ini aku ingin bunda tetap hidup... bagaimanapun caranya aku harus menjaga senyum bunda." batin Ming Fengying menatap wajah Ming Lian dengan mata yang berkaca - kaca dari mata lucunya.
Tao Lulu yang melihat sosok Ming Lian sedang cemas sambil menggendong malaikat kecilnya, berharap dirinya juga bisa membantu mencegah rencana jahat pangeran kedua.
"Bunga Citra adalah tumbuhan yang sangat berharga dan sangat langka... setelah aku berpikir selama beberapa terakhir ini... aku percaya bahwa semua yang dikatakan oleh Ying'er itu benar, karena suatu saat wilayah Bei akan hancur oleh Sekte Alirah Hitam yang ingin menguasai Bunga Citra untuk kepentingan mereka sendiri yang ada di hutan impian." batin Tao Lulu mengingat semua yang dikatakan oleh bayi mungil yang masih berumur lima bulan selama beberapa hari terakhir tentang masa depan wilayah Bei.
"Mmma ... mmmma." melihat Ming Lian yang murung, Ming Fingyeng sengaja bersuara lucu dan menggemaskan agar ibunya dapat tersenyum kembali.
Ming Lian tersenyum lembut mendengar suara lucu Ming Fengying, kemudian dia tersenyum karena perempuan tersebut sadar hanya malaikat kecilnya yang dapat menenangkan suasana hatinya yang sedang gundah dan cemas.
"Ying'er... kamu jangan khawatir... bunda tidak akan murung dihadapanmu lagi." Ming Lian mencium pipi mungil Ming Fengying yang menggemaskan.
Ming Fengying tertawa kecil melihat Ming Lian kembali tersenyum, terdengar suara bayi yang menggemaskan ketika Ming Fengying tertawa kecil.
Ming Lian tersenyum lembut diiringi suara tawanya yang terdengar merdu, melihat orang yang menjadi majikannya kembali bersikap seperti biasanya Tao Lulu turut berbahagia.
"Aku tidak menyangka akan bereinkarnasi menjadi bayi yang dapat berbicara... dengan orang tua yang masih sama... aku berharap Harumin juga masih mempunyai perasaan yang sama kepadaku." Ming Fengying yang sedang melihat Ming Lian tertawa menjadi mengingat kekasihnya di kehidupan lamanya, sesosok perempuan yang selalu tersenyum dan tertawa sangat mirip dengan ibunya di kehidupan sekarang, membuat Ming Fengying menikmati suasana saat ini dengan penuh kehangatan dan kebahagiaan.
"Aku akan menjaga senyuman bunda." batin Ming Fengying yang bersumpah kepada dirinya sendiri akan menjaga senyuman ibunya yang telah melahirkannya, karena menurut dirinya tanpa ibunya dirinya juga tidak akan diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan dan penyesalan di kehidupan lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yana
keren
2020-06-21
0
Aya Aya
😉😉😉
2020-05-29
0
spartack padang
kita akan main solo vs squad lgi ya gaes
2020-04-25
1