Dua hari telah berlalu sejak ditemukannya penyusup dari Sekte Mawar Hitam di Rumah Harimau Bei. Kondisi di wilayah Bei telah kondusif seperti biasanya. Karena Ming Lian menyewa beberapa pendekar dari Sekte Taman Langit dan Sekte Sungai Merah yang dimana kediaman dari kedua sekte menengah tersebut dekat dengan wilayah Bei. Selain dapat mempererat hubungan kerja sama dengan sekte dari aliran putih, Ming Lian ingin orang - orang yang tinggal di Bei dari Yamato cepat diterima oleh para penduduk asli dari Kuru yang menetap di Bei.
"Sayang... beberapa hari lagi kakakku ingin berkunjung kesini." ucap Ming Lian terlihat begitu antusias ingin menyambut kedatangan kakak kandungnya yang tak lain adalah pangeran kedua.
Ming Fengying yang sedang dalam keranjang ayunan bayi hanya mendengarkan dan mengamati situasi sambil menikmati ayunan yang bergerak naik turun itu.
"Kedatangan pangeran kedua pasti karena mata - matanya yang menyusup di Bei tidak ada yang kembali hidup - hidup." batin Ming Fengying mungil sambil memejamkan matanya mengingat kejadian yang terjadi di Bei dalam kehidupan sebelumnya.
"Kudengar saat itu Kaisar Kuru yang sekarang tewas dalam perjalanan ke Bei karena ingin menjenguk bunda." hati Ming Fengying menatap Ming Lian dari matanya yang terlihat lucu dan menggemaskan itu.
'Kakek seharusnya masih belum terlalu tua, jadi ini alasannya saat itu wilayah Bei diratakan, karena mereka menganggap para samurai yang telah membunuh Kaisar Kuru.' Ming Fengying mencoba terus mengingat kejadian besar di kehidupannya yang sebelumnya, walau banyak yang dia lupa karena mengingat dirinya menghabiskan puluhan tahun hanya untuk galau dan menyendiri di Hutan Kumalawyuha. Dan, itu juga merupakan penyesalannya, sehingga dia ingin di kesempatan kedua ini. Menjalani hidup tanpa penyesalan sedikitpun.
Ketika Ming Lian menghampiri dirinya, Ming Fengying yang mungil berniat memberitahukan sesuatu kepada ibunya. Dia ingin ibunya menyuruh pendekar yang telah disewa oleh Ming Lian dari Sekte Taman Langit dan Sekte Sungai Merah, memberikan tugas pada mereka untuk menjaga dan menyambut kedatangan Kaisar Kuru.
"Aku takut jika bunda mendengar suaraku." batin Ming Fengying cemas karena dipikir berapa kalipun sangat tidak wajar jika bayi bisa berbicara apalagi yang dibicarakan menyangkut masa depan.
"Bunda?" ucap Ming Fengying terlanjur berbicara hingga ibunya mendengar suara bayi mungil yang menggemaskan sedang memanggilnya.
"Ini suara dari Ying'er... mmmm... jadi Ying'er beneran bisa berbicara?" gumam Ming Lian menghampiri Ming Fengying yang sedang diranjang ayunan, kemudian dia menatapnya dengan mata yang dipenuhi keheranan karena dirinya mendengar malaikat kecilnya memanggilnya.
"Ying'er... kamu bisa berbicara... ada apa nak, ini bunda." sahut Ming Lian mencoba untuk berbicara dengan Ming Fengying.
"Eh? Apa aku yang terlalu khawatir tentang hal ini... baik ayah maupun bundaku tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun." hati Ming Fengying pura - pura memejamkan matanya ketika Ming Lian sedang menatap dan berbicara padanya, sesekali Ming Fengying mengintip dari balik matanya agar bisa melihat reaksi wajah Ming Lian.
"Bunda... suruh pendekar yang bunda sewa untuk menjaga kedatangan kakek." suara Ming Fengying yang terdengar begitu lucu dan menggemaskan menggema di telinga Ming Lian, mendengar itu membuat Ming Lian mengangkat tubuh Ming Fengying dan menempelkan pipinya ke pipi malaikat kecilnya tersebut.
"Mmmm... aku mendengar Ying'er berbicara." gumam Ming Lian larut dalam kesenangannya karena mendengar suara lucu malaikat kecilnya.
"Eh? Kakek? Jadi ayah akan berkunjung kesini?" ucap Ming Lian menatap Ming Fengying mungil dengan penuh keheranan.
"Ying'er bisa melihat masa depan... mmmmm." Ming Lian kini semakin kegirangan memeluk tubuh Ming Fengying, dia memeluk malaikat kecilnya dengan pelukan yang lembut. Tetapi hal itu membuat Ming Fengying merasa gerah dan tangan mungilnya mencubit pipi ibunya yang sedang larut dalam kesenangannya sendiri.
"Hmm... ada apa Ying'er?" ujar Ming Lian menyentuh tangan mungil Ming Fengying yang mencubit pipinya walau cubitan itu tidak terasa sama sekali baginya.
"Saking senangnya bunda sudah lupa apa yang aku katakan barusan." gumam Ming Fengying pelan sambil kedua tangannya mencoba menyentuh pipi ibunya tersebut.
"Imutnya anakku Ying'er." sahut Ming Lian mengecup pipi Ming Fengying mungil yang menggemaskan.
"Heeh... sifat bunda ternyata seperti ini." batin Ming Fengying mungil sambil terus menahan geli ketika rambut panjnag Ming Lian menyentuh badan dan lehernya.
"Nanti ibu sampaikan kepada mereka, Ying'er." Ming Lian kemudian menatap Ming Fengying mungil dengan tatapan berkaca - kaca.
"Aku bersyukur kamu terlahir dengan penuh keberkahan, bisa berbicara setelah lahir saja sudah membuat bunda sangat bersyukur mempunyai anak seperti kamu Ying'er." ungkap Ming Lian menatap malaikat kecilnya dengan penuh makna.
"Bunda..." gumam Ming Fengying mungil menangis pelan mendengar perkataan ibunya sendiri, perkataan itu sangat menyentuh hatinya.
"Ying'er... " balas Ming Lian tersenyum hangat mendengar malaikat kecilnya kembali memanggilnya dengan suara yang imut dan menggemaskan.
"Bunda jangan lupa ya... " Ming Fengying berpesan kepada Ming Lian untuk memberitahukan pengawalan Kaisar Kuru pada pendekar yang telah Ming Lian sewa.
"Ying'er bunda tinggal sebentar ya." Ming Lian menaruh malaikat kecil ke ranjang bayi ayunan yang biasa Ming Fengying sukai, karena ketika berada ditempat itu Ming Fengying terlihat menikmati setiap ayunan ranjang bayi tersebut.
'Aku telah mencoba mengolah pernapasan tetapi cukup sulit dengan tubuh mungil ini.' Ming Fengying mungil melihat kedua tangannya yang kecil dan mungil.
Pada kehidupan sebelumnya Ming Fengying yang bernama Feng Huang mencapai tingkatan Pendekar Putih dan membuka gerbang pemandangan pada umur 94 tahun, karena saat itu dirinya hanya menghabiskan waktu untuk menyendiri karena dikucilkan oleh masyarakat, jika dirinya terus mempelajari Kitab Bintang Di Surga maka dirinya sudah pasti telah mencapai Pendekar Padi dengan ilmu yang tinggi diantara pendekar lainnya saat itu.
"Aku harus mempelajari ilmu topeng... kalau tidak salah saat itu di bagian topeng kebenaran." Ming Fengying mencoba mengingat kembali memori kehidupan sebelumnya.
"Ketemu." Ming Fengying telah mengingat walau dirinya menghabiskan diri untuk menyendiri selama puluhan tahun, tetapi Ming Fengying mengisi waktu luang dengan membaca kitab - kitab yang telah dia kumpulkan di Hutan Kumalawyuha. Walaupun dirinya telah bereinkarnasi kembali, Ming Fengying tidak akan mudah lupa.
"Ilmu topeng dapat membuatku melihat mana seorang teman dan mana seorang pengkhianat... karena mata kita bisa melihat aura kebohongan di tubuh orang dan mencium bau busuk jika orang tersebut berbohong atau orang itu adalah seorang pengkhianat." batin Ming Fengying ketika mengingat kembali tentang ilmu topeng yang dia pelajari dikehidupan sebelumnya.
"Ini yang aku butuhkan untuk mencegah kehancuran wilayah Bei." batin Ming Fengying sambil mengikuti apa saja cara mempelajari ilmu topeng yang dirinya ingat.
"Aku mempunyai cukup waktu untuk mempelajari semuanya, pada saat itu aku hanya mempelajari ilmu yang membuatku merasa senang saja, tetapi kali ini akan kupelajari semuanya." gumam Ming Fengying pelan dengan suara yang menggemaskan.
Ming Fengying mencoba mengikuti apa saja yang ia ingat untuk menguasa ilmu topeng, tetapi tiba - tiba tubuhnya terasa nyeri ketika mengolah pernapasan dengan tubuh mungilnya.
"Sakit... aku tidak mengira akan sesakit ini, aku mencoba menghirup udara murni tetapi udara yang lain malah ikut terhirup." batin Ming Fengying, sekarang dirinya menangis karena nyeri yang membuatnya merasa sesak napas. Dengan tubuh mungilnya dia benar - benar telah melakukan sebuah kesalahan mencoba untuk mempelajari ilmu topeng ditempat biasa.
Untuk mempelajari ilmu topeng hal yang kita lakukan pertama kali adalah melakukan olah napas dengan menghirup udara murni. Udara murni adalah udara bersih yang tidak bercampur dengan udara kotor dan jahat yang sering manusia hirup pada umumnya. Udara murni biasanya banyak berada dipuncak pegunungan atau bukit dan hutan asri yang belum tersentuh oleh tangan jahat manusia. Udara kotor dan jahat lahir dari sifat jelek manusia seperti iri, dengki dan sebagainya. Bahkan dikehidupan sebelumnya Ming Fengying yang bernama Feng Huang pernah bertemu dengan pendekar yang terus menghirup udara jahat sehingga membuat kekuatan sesat pendekar tersebut meningkat pesat.
"Ying"er... kamu kenapa nak!" kaget Ming Lian berlari menghampiri Ming Fengying, karena dia mendengar suara tangisan malaikat kecilnya yang kesakitan.
"Cup... cup... cup... Ying'er disini ada bunda jadi jangan menangis lagi."ucap Ming Lian mencoba menenangkan malaikat kecilnya yang menangis.
_
_
_
"**Aku harus mempelajari ilmu topeng, kalau tidak salah saat itu dibagian buka dulu topengmu biar kulihat warnamu." Ming Fengying mencoba mengingat kembali memori kehidupan sebelumnya.
"Ketemu." Ming Fengying mengingatnya.
"Tetapi tubuhku belum kuat untuk mempelajarinya..." gumam Ming Fengying sedih.
"Hanya ada satu cara untuk mempelajarinya..." perintah Ming Fengying kepada kalian yang membaca, klik vote pada bagian depan novel Pena Bulu Merah. Setelah itu klik vote lalu pilih 10,100,1000. Jika kalian membantu vote poin maka Ming Fengying akan berhasil mempelajar ilmu topeng.
Terimakasih kepada teman, sahabat, sedulur yang telah membaca novel ini**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Putrakelana
234 up
2020-11-07
0
Pecinta Gondal Gandul
..
2020-08-01
0
Pecinta Gondal Gandul
.
2020-08-01
0