"Aku telah terlahir kembali dengan nama yang baru dan sebuah kehidupan yang baru." batin Ming Fengying yang sedang melihat tangan mungilnya. Dia begitu menikmati suasana yang nyaman ini, dia sendiri juga tidak menyangka akan bereinkarnasi menjai bayi.
"Ying'er sayang... oh... Ying'er sayang... kalau tidak tidur, dicium bunda... mmmm." nyanyian merdu Ming Lian yang sedang menggendong malaikat kecilnya yang telah berumur lima bulan itu terdengar di ruangan kamar yang megah di Istana Pinyin, Ming Fengying tertawa ketika ibunya mencium pipinya. Rambut panjang ibunya yang menyentuh tubuhnya membuatnya geli hingga dirinya tertawa terbahak - bahak. Tetapi Ming Lian tidak menyadari hal tersebut dan menganggap malaikat kecilnya menyukai suaranya.
Melihat malaikat kecilnya yang sehat dan selalu tenang, Ming Lian bangga karena malaikat kecilnya yang bernama Ming Fengying terlahir dengan sebuah karunia dari tuhan, ketika malam bola mata Ming Fengying berwarna merah sedangkan ketika pagi hingga sore bola mata Ming Fengying seperti manusia pada biasanya berwarna hitam.
Shingen yang mengetahui bahwa anaknya merupakan jelmaan dewa bulan membuat dirinya ingin merahasiakan hal tersebut kepada istrinya, tetapi Shingen tidak tega jika dia melihat Ming Lian sedang menggendong dan menangkan Ming Fengying di kedua tangannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Istri itu mempunyai naluri sebagai seorang ibu, dia dapat dengan mudah menenangkan Ming Fengying yang menangis dan membuatnya tertawa kembali.
"Mmm... Ying'er kusayang." gumam Ming Lian pelan, terkadang dia berpikir bahwa sedikit pekerjaannya yang menjaga buah hatinya dan membesarkannya adalah pekerjaan yang terkadang membuatnya lelah, tetapi ketika melihat wajah Ming Fengying yang menggemaskan dia langsung luluh dan merasa semua beban maupun rasa letih terangkat dari pundaknya.
Shingen sudah memberitahukan tentang tubuh Ming Fengying anak mereka berdua kepada Ming Lian. Dan, istrinya itu menerimanya dengan cepat tanpa bertanya lebih banyak lagi. Bahkan Ming Lian menganggap itu adalah karunia dari sang pencipta yang diberikan kepada malaikat kecilnya.
"Aku tidak akan membiarkan orang itu mengetahui hal ini." gumam Shingen kemudian dia keluar kamar dan bergegas menemui pengikut 22 samurainya yang berada wilayah Bei.
Ming Fengying mencoba mengingat apa yang terjadi pada wilayah Bei di kehidupan sebelumnya. Menurutnya penyebab kehancuran wilayah Bei adalah keberadaan ibunya sendiri, Ming Lian saat itu dibunuh kakaknya sendiri yang bernama Ming She yang bekerja sama dengan Sekte Aliran Hitam.
"Pada saat itu aku hanya mendengar cerita tentang seorang samurai... " batin Ming Fengying menatap wajah ibunya, ketika Ming Fengying mengingat kejadian detail tentang kehancuran wilayah Bei dirinya sangat terkejut karena dia bisa melupakannya.
"Ketika umurku enam bulan, Sekte Aliran Hitam akan menyerbu tempat ini." batin Ming Fengying yang telah mengingat alasan mengapa wilayah Bei dihancurkan. Keberadaan ibunya dan sumber daya yang hanya ditemukan di wilayah Bei yaitu Jahe Emas dan tumbuhan langka yang sudah punah bernama Bunga Citra yang berada di Hutan Impian. Kedua alasan itu akan membuat Bei hancur.
Hutan impian adalah tempat para penduduk Bei melepaskan hewan peternakan mereka untuk memakan rumput liar yang tumbuh dengan bebas disana, julukan hutan impian sangat cocok dengan tempat itu karena Hutan Impian adalah surga tempat makanan yang ada di Bei. Dan, disana terdapat banyak pohon buah dan hewan yang menghuni hutan tersebut.
"Aku harus menghentikan penyerangan itu, aku harus membuat wilayah Bei tetap ada di Kekaisaran Kuru." yakin Ming Fengying membulatkan tekadnya tetapi dirinya juga bingung karena umurnya yang baru lima bulan ini membuatnya sulit untuk bertarung, bagaimana caranya agar dia menghentikan penyerangan tersebut. Ketika Ming Fengying berpikir seorang bayi yang bisa berlari cepat dan memegang pedang, dia tertawa terbahak - bahak karena menurutnya semua itu sangat lucu.
"Tetapi apakah hanya sekte aliran hitam yang menyerang Bei, jika kuingat kembali tempat ini langsung berbatasan dengan Kekaisaran Shi yang ada diutara." batin Ming Fengying khawatir jika semua yang telah ia perkirakan ternyata salah. Di kehidupannya yang sebelumnya. Ming Fengying tumbuh besar di permukiman yang kumuh sebelum dijual sebagai budak, satu hal yang dirinya takutkan ketika mengingat kehidupan lamanya. Dia mendengar banyak orang yang bilang bahwa wilayah Bei adalah tempat bertapa dari seekor naga yang mengerikan.
"Jangan bilang, Rieyu juga terlibat dalam penyerangan yang membunuh kedua orang tuaku... seharunya orang itu berada di Negeri Yamato sekarang." batin Ming Fengying cemas, dia terlalu memikirkan hal yang rumit hingga tak lama ia tertidur dipelukan ibunya yang sedang menyusuinya.
***
"Aku tidak akan membiarkan Rieyu merenggut keluargaku seperti yang dia lakukan sepuluh tahun yang lalu." batin Shingen pergi ke pusat permukiman Bei. Dia berjalan melewati gemerlap malam yang terang, bisa dibilang permukiman tersebut seperti kota besar karena banyak penduduk yang tinggal disana.
"Selamat sore Tuan Shingen ..."
"Tuan Shingen... mampir ke kedai makan kami."
"Tuan Shingen... apa kita akan minum - minum malam ini."
"Tuan Shingen... ajarkan aku cara menjadi seorang samurai."
Penduduk Bei menunduk dan menyapa Shingen yang lewat di depan mereka, dari anak kecil hingga orang tua semuanya begitu mengenal sosok orang yang menjadi penguasa dari wilayah Bei tersebut.
"Aku sedang sibuk jadi lain kali." balas Shingen tersenyum tipis setelah menjawab singkat sapaan dari beberapa penduduk Bei yang menegurnya.
"Tuan Shingen... ada apakah gerangan? Mengapa anda terlihat begitu terburu - buru." sapa salah satu dari 22 Samurai pengikut Shingen yang datang menghampirinya untuk menyapa dan menegurnya.
"Ichijo... kumpulkan yang lain, aku akan membicarakan hal yang sangat penting." perintah Shingen menyuruh seorang samurai yang menyapa dirinya untuk memanggil 22 samurai pengikutnya yang lain, samurai itu bernama Ichijo.
"Baik... Tuan Shingen... hamba akan memanggil yang lainnya."
"Kalau begitu hamba permisi."
Ichijo menundukkan kepalanya dan bergegas memanggil temannya yang lain untuk berkumpul.
Dua jam setelah Shingen menyuruh Icihjo memanggil 22 samurai yang lainnya, di sebuah tempat aula pertemuan yang bernama Rumah Harimau Bei. Disana terdapat Shingen yang sedang duduk disebuah tempat yang mirip dengan singgasana kecil. Singgasana kecil itu terlihat sederhana dengan ukiran kayu harimau menghiasinya.
"Jadi kalian telah datang semua?" ucap Shingen menatap para pengikutnya yang duduk beralaskan kain di teras kayu yang terbuat dari kayu ulin.
"Teman - temanku yang setia ini." ungkap Shingen ingin menjelaskan kepada para pengikutnya tentang identitas aslinya kepada mereka semua.
"Selamat sore semuanya, sepertinya malam ini, tempat kita Bei tercinta ini akan cerah disinari rembulan." ujar Shingen mengelus dagunya sambil menatap 22 samurai yang bersujud memberi hormat padanya.
"Apakah kita akan tetap melihat langit yang sama? Pertemuan yang diadakan sekali dua bulan ini masih dengan anggota yang sama... aku sangat bersyukur karena kita telah mempertahankan wilayah Bei dari serangan Sekte Aliran Hitam." ungkap Shingen tersenyum bahagia melihat pengikutnya masih dengan anggota yang sama dan mereka semua terlihat baik - baik saja.
"Kami merasa senang melihat Tuan Shingen baik - baik saja, kami doakan semoga Tuan Shingen bersama keluarga selalu diberi kesehatan." sahut salah satu samurai yang membungkuk kepada Shingen mengucapkan salam padanya.
"Terima kasih Sanada." balas Shingen menatap samurai dari ujung sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan.
"Selamat atas kelahiran anak anda yang kini telah berumur lima bulan, kami doakan semoga Tuan Muda Ming Fengying menjadi seorang pria gagah dan pemberani dimasa depan." sahut Chibisuke yang mendoakan Ming Fengying dan memberi ucapan selamat kepada Shingen atas kelahiran anak pertamanya.
"Terimakasih Chibisuke, mengenai anakku yang baru lahir lima bulan yang lalu itu, aku ingin kalian semua menganggap anakku sama sepertiku." pinta Shingen menatap 22 samurai dengan tatapan kepercayaan kepada mereka.
"Maaf Tuan Shingen... walaupun itu adalah anak anda, tetapi aku tidak akan menerima orang yang lebih lemah dariku sebagai tuanku." jawab salah satu dari 22 samurai yang bernama Toramasa menolak permintaan Shingen dengan tegas.
"Aku juga menolak permintaan tersebut... aku menjadi 22 samurai karena sangat mengagumi dan menghormati Tuan Shingen, tetapi lain ceritanya jika aku juga harus menganggap anak dari Tuan Shingen menjadi tuanku." sahut salah satu dari 22 samurai yang berada disamping Toramasa dan orang itu juga menolak permintaan Shingen dengan jelas.
"Jaga mulut kalian! Toramasa! Masakage!" bentak seorang samurai yang bernama Kamejiro menyuruh kedua samurai yang menolak permintaan Shingen untuk menjaga sikap mereka didepan Shingen.
Karena menurut Kamejiro tindakan mereka berdua sama saja dengan membantah perintah Shingen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Pecinta Gondal Gandul
,
2020-07-25
0
Pecinta Gondal Gandul
udhhhh
2020-07-18
0
Pecinta Gondal Gandul
gassss
2020-07-11
0