"Sel.... bentar... tapi kakak penasaran,"
"Penasaran sama apa sih? Kalau Kakak maunya gitu, ya udah, suka-suka kakak mau gimana!" menghempaskan tanganku dengan begitu kasar.
Sela pergi meninggalkanku begitu saja yang masih terpana. Entah ada apa denganku malam ini? Seperti tersihir dan mematung ditempat tanpa bisa berpikir logis. Aku masih terbengong dengan mata terbuka lebar dan mulut menganga. Seketika bayangan itupun muncul lagi.
Seeettt
Sekilas bayangan hitam pekat itu melintas lagi dan lagi ketika adikku yang pergi meninggalkanku itu pun berbalik menoleh ke arahku. Dan segara menyadarkan aku. Aku tersentak kaget dan ikut berlari menuju kamar adikku, Sela.
"Kakak duduk di sini. Jangan kemana-mana. Sela mau ambilin air putih untuk kakak. Sebentar!" perintah adikku.
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Sungguh tiba-tiba aku seperti mayat hidup yang hanya bisa memandang lurus ke arah depan.
Ceklek
Kriiieetttt
Suara pintu yang dibuka dari luar dan menampakkan sosok adikku yang membawakan nampan dan segelas air putih. Aku hanya bisa tersenyum getir.
'Jangan bilang kebiasaannya mulai lagi,' batin Sela.
"Kakak" panggil Sela lembut yang duduk ditepi ranjang bersamaku.
Aku hanya tertunduk dengan wajah yang pucat pasi, terdiam. Seluruh badanku mematung tak bisa bergerak. Seakan Sela sudah tahu itu bukanlah sosok kakaknya, tetapi sosok sekelebat yang melintas tanpa permisi.
"Hihihi...." aku tertawa seketika dan menyerupai tawa kuntilanak.
"Mulai deh, kakak suka ya pergi-pergi tanpa pamit. Sekarang malah si nenek tua yang menggantikan," gumam Sela. Seketika Sela berdiri dan menjauh.
"Nenek mau ngapain ke sini? Udah jelek, suka ganggu. Jangan suka ganggu warga sini. Apalagi kami. Suka banget takut-takutin orang sekitar sini," omel adikku.
"Hihihi.... Jangan panggil aku nenek. Aku bukan nenek kamu," ucap sosok itu yang menggantikan jiwaku.
"Ya udah panggil apa? Nona? Kecakepan banget, igh.." sanggah Sela.
"Panggil aku Nyi."
Spontan Sela ingin tertawa dengan apa yang baru saja didengarnya. 'Dih udah tua, gak ngaca pula, masih mau dipanggil NYI. Udah bau. Gak pernah mandi. Emang ya, makhluk kek gini amat ya...iughhh,' batinnya mengumpat.
"Dih, pakai nego. Ini bukan ajang beli rumah atau tanah. Udah nenek pergi sana. Keluar dari tubuh kakakku," ucap Sela mengusir nenek itu.
"Gak mau. Aku mau anak kecil yang dibawa kakakmu tadi. Aku mau ajak dia pulang," ucap nenek itu menjelaskan.
"Emang rumah nenek di mana? Anak kecil mana?" tanya Sela.
"Hihihi.... aku kesepian dan aku mau cari cucu buat ku bermain denganku. Kamu gak perlu tau rumahku di mana," lirihnya.
"Rumah nenek di pohon tua itu kan? Yang tepat di simpangan jalan? Fix ini suka ganggu orang kalau warga suka lewat," tebak Sela. Dan itu benar karena setiap warga melintasi simpangan jalan, ada saja rintangan entah itu ada ular melintas lah, dan lain sebagainya. Meresahkan warga.
"Hihihi.... mana anak kecil itu?" tanyanya lagi tanpa ingin menjawab pertanyaan dari Sela.
"Aku minta nenek pergi. Karena aku sudah baik-baik minta nenek pergi dari tubuh kakak aku," pinta Sela kembali dengan nada lembut.
Dengan berat hati, nenek itu pun keluar dari tubuhku dan begitu dia keluar, aku lah yang memasuki tubuhku sendiri. Dan aku tidak menyangka melihat sosok nyi itu yang belum beranjak dari kamarku. Adikku pun marah dan segera mengusirnya.
Sosok yang menjijikan bagiku. Dengan wajah yang gosong, baju yang usang, rambut seperti rambut singa jantan, dan argh bau. Untung saja aku tidak muntah. Nyi Songget begitulah sosok itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
pxtrq_
NYI!!! Lo kalau mau anak kecil carinya di pantai asuhan goblok.. gak ush masuk ke badan org
2021-12-30
0
pxtrq_
trus Lo ngapain masuk ke tubuhnya dasar nenek tolol.. udh setan gak tau diri lagi,
2021-12-30
0
pxtrq_
njirr bengekk😭😭😭😂😂
2021-12-30
0