Yap, Rhea tidak pernah mau menginap di hotel milik kami, katanya itu terkesan tidak menghargai fasilitas dari kantor. Sedangkan dia melarangku untuk bekerjasama dengan kantornya perihal penginapan bagi karyawan yang ditugaskan dinas ke luar kota. Kalau aku nekat, kejadian seperti dulu akan terulang kembali: Rhea memilih keluar dari kantor tempatnya bekerja dan mencari tempat kerja yang baru. Waktu itu aku menyesal, dan berniat menawarkan ia pekerjaan di perusahaan temanku, tapi Rhea menolak. Untung saja dia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mendesain bangunan, jadi tidaklah sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang baru. Itu pilihannya, dan karena cintaku yang terlalu besar kepadanya, aku memilih untuk tidak lagi merecoki pekerjaannya.
Kurang dari satu jam, Billy sudah memberikan semua informasi dan semua hal yang kubutuhkan dalam perjalan ini. Sore harinya ia langsung menjemputku dan kami segera bergegas menuju bandara, dan begitu sampai kami langsung menarik tangkai koper masing-masing, menyeretnya -- melewati antrean yang luar biasa panjang. Bersama tiap langkahku, aku merasakan perasaan sukacita untuk segera melepas rindu pada istri yang baru sehari membiarkan aku kesepian, berteman dengan kesendirian.
Setelah lepas landas yang lancar dan pesawat menanjak ke ketinggian jelajah, secara tidak sengaja dan tanpa terduga -- ada seorang gadis yang mungkin sedang mual karena mabuk perjalanan terjerembab dan muntah di pangkuanku.
"Oh, God! Kesialan macam apa ini?" gerutuku, tanpa peduli pada gadis sialan itu dan permintaan maafnya yang tidak berguna. Gadis yang membuatku marah dan sangat jengkel.
Begitu gadis itu berdiri, aku segera pergi ke toilet untuk membersihkan diri, kutanggalkan jasku dan membuangnya. Untung saja celanaku tidak ikut kotor. Kalau tidak... apa yang akan terjadi? Menahan diri dengan celana kotor di sepanjang perjalanan, atau...
Sumpah! Ini perjalanan yang menyebalkan. Jangan sampai kesialan ini berlanjut.
Dan, untung saja tidak -- setidaknya untuk sementara, tidak selama di dalam pesawat, dan, tidak juga di sisa perjalanan kami hingga sampai ke kota tujuan.
Kami tiba di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali -- di saat langit sudah gelap. Berdasarkan kebiasaan Rhea selama ini, aku tahu benar, dia pasti belum tidur dan masih sibuk dengan laptop, ponsel, atau dengan alat-alat tulisnya. Lagipula waktu menunjukkan baru menjelang jam delapan malam. Dengan hati berbunga-bunga, aku pun langsung menyambangi Rhea ke kamar hotel ternama yang berada di sekitar Kuta.
Setibanya aku di sana, pintu kamar itu terbuka. Mungkin dia ingin keluar, untung aku keburu sampai, pikirku. Aku pun berniat masuk dengan mengendap-endap -- ingin memeluk tubuh istriku itu diam-diam hingga dia kaget dan kehadiranku menjadi kejutan yang sangat menyenangkan baginya.
Yeah, begitulah bayangan dan harapanku.
Harapan...
Yang ternyata sangat tidak sesuai dengan kenyataan.
"Kamu cantik, selalu cantik. Dari dulu tidak pernah berubah, tidak berkurang sedikit pun," suara berat lelaki terdengar dari dalam ruang kamar itu.
Siapa? Apa aku salah kamar? Tapi rasanya tidak mungkin, Billy tidak mungkin memberikan iformasi yang salah. Dia tidak pernah lalai dalam mengerjakan tugasnya.
Aku ragu, dan berpikir sejenak. Tapi pada akhirnya kuputuskan untuk mencari tahu. Aku pun masuk -- diam-diam -- mengintip karena penasaran. Kusingkirkan segala logika yang coba menghalangiku.
Yap, nekat. Aku memasuki kamar itu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Rifa Endro
dan...?
2023-05-27
1
Amiek' Cheche
keren thor
2022-03-20
1
bundA&M
lanjut thor
2022-02-03
0