Jika istriku tidak ada di dalam, aku pun akan keluar diam-diam. Yang penting sekarang aku harus memastikannya dulu. Aku tidak peduli kalau ternyata yang ada di dalam itu adalah orang lain yang berarti aku akan mengganggu privasi tamu hotel yang menempati kamar itu. Masa bodoh, pikirku.
Di dalam kamar, hawa dan suasana kamar itu terasa panas sebab digemahi suara *esahan dan *rangan yang saling berbalas. Ditambah pemandangan lantai dengan berbagai jenis kain: kemeja, celana panjang, blus, rok, bra, dan *elana dalam berserakan. Sedangkan di atas ranjang, seorang wanita dengan tubuh cantik, putih polos tanpa kain -- menggeliat manja di bawah tubuh lelaki yang menjamahnya dengan gagah. Aku melihatnya dengan jelas dari arah belakang. Mereka bermain liar tepat di depan mataku.
"Aku merindukanmu, Sayang. Sangat rindu."
Rhea?
Aku memastikan, sekaligus meyakini bahwa aku tidak salah dengar, meski tidak melihat wajahnya -- aku tahu pasti -- itu suara istriku.
"Aku juga sangat merindukanmu."
"Em, aku senang malam ini kita bersama."
"Yap. Aku juga. Ini malam yang indah."
"Mmm-hmm, sangat indah, bersamamu."
"Trims, kamu sudah meluangkan waktu untukku."
"No, tidak cukup hanya dengan berterima kasih."
"Lalu?"
"Kamu mesti membayarnya dengan ekstra."
"Oh, dengan senang hati, Baby."
Mereka tertawa dan kembali berciuman sambil terus bercinta dengan penuh gairah. Sementara aku masih berdiri dengan emosi yang meluap -- kuakui aku terbakar oleh rasa cemburu. Tidak, bukan lagi. Rasa cemburu itu sudah terganti dengan amarah dan kebencian.
Di saat yang bersamaan dengan gelombang emosiku yang mencuat, si lelaki yang ternyata adalah mantan kekasih Rhea, Biktor -- mencabut diri, dia duduk dan menarik bangkit lawan bercintanya.
Berengsek!
Itu benar-benar istriku, wanita yang kucintai setengan mati. Dengan lincah, Rhea bangkit dari empuknya ranjang dan pindah ke paha Biktor. Dengan lutut terlipat, ia mulai menyusupkan jemarinya di sela-sela rambut Biktor yang hitam lebat sambil mencium lembut kening, kedua pipi, dan akhirnya mulut laki-laki itu.
"Aku mencintaimu," ucap Rhea sambil menatap lurus mata lelaki di depannya. Lalu, dengan mesra, lelaki itu menyangkutkan rambut Rhea ke belakang telinganya -- seperti yang selama ini sering kulakukan pada rambut indahnya yang tergerai.
Sialan! Sulit untuk percaya, tapi lebih sulit lagi untuk tidak percaya. Sebabnya, Rhea tidak pernah berlaku semanis itu terhadapku. Ini gila, Rhea benar-benar masih mencintai mantan pacarnya itu.
Sialan! Kenapa aku tidak pernah sadar kalau selama ini dia berpura-pura di depanku? Selama ini dia menunjukkan seolah dia juga mencintaiku. Keterlaluan! Kamu menipuku, Rhea.
Jujur saja, saat mengenali suaranya pertama kali di dalam kamar itu, aku hendak melangkah dan menghabisi dua binatang yang sedang *irahi itu. Tapi untungnya aku berhasil menguasai diri meski hati dan perasaanku sangat hancur. Aku menyembunyikan diri dan bersandar sejenak ke dinding dengan mengepalkan tangan.
Tahan, Rangga. Bukan begini caranya. Meski kau bukan orang baik, jangan menyentuh mereka dengan tanganmu sendiri! Well, tunggu saja, kalian akan merasakan pembalasanku.
Aku pergi...
Dengan dendam!
《 Bawa dua binatang itu kembali ke Jakarta. Pastikan mereka dalam keadaan hidup."
Balas dendamku dimulai!
Ini salahmu sendiri, Rhea. Aku mencintaimu, tapi kamu malah mengkhianatiku. Tidak ada ampunan untuk seorang pengkhianat! Kalian akan merasakan pembalasanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Afternoon Honey
seru banget nih ceritanya... hareudang...
2023-08-30
0
Rifa Endro
oww... !!! God !!! Pengkhianat kau Rhea !!!
2023-05-27
1
Amiek' Cheche
bijaksana sekali ren
2022-03-20
1