Well, aku berlutut dan mencium perutnya, mengitari pusarnya dengan lidahku. Lalu, dengan ibu jari menempel pada pinggulnya, aku mulai menurunkan dan melepas kain penutupnya yang terakhir.
Sekarang tiba gilirannya. Dia *enelanjangiku dengan cepat, sigap, dan sensual. Aku dengan tubuh kekar dan berotot berdiri di depannya.
Untuk beberapa saat kami tidak bergerak. Saling menatap, meresapi detail masing-masing.
Hmm? Apa lagi yang lebih nikmat dari ini?
Tiba-tiba Rhea tertawa. Ia mendorongku dengan main-main, aku pun terlentang di ranjang.
Rhea menjangkau kopernya yang terbuka dan mengambil sabuk hitam dan merentangkannya dengan kencang.
Plak!
"Nah, apa katamu tadi soal mengikat orang?" ia bertanya.
Aku merebut sabuknya, menyergap tubuh mungilnya dengan cepat dan menindihnya dengan tubuhku yang kekar. "Kamu memang perlu diikat." Dan tak perlu waktu lama, aku berhasil dan tangannya sudah terikat. "You are mine, Baby."
"Baiklah. Lakukanlah sepuasmu, tapi setelah ini -- izinkan aku pergi, oke? Aku mohon...?"
Aku pura-pura tuli dan sama sekali tidak merespons kata-katanya. Kurenggangkan kaki istriku itu dan menakalinya dengan bibir dan lidahku. Aku pun masuk dengan gagah, menikmati surga milikku -- hanya milikku, hingga puas....
Yap. Ada kepuasan tersendiri di dalam diriku setiap kali berhasil membuatnya mengeran* penuh kenikmatan, seolah aku sosok suami terhebat dan benar-benar membuatnya menjadi wanita paling beruntung di dunia -- karena dicintai oleh lelaki sepertiku -- lelaki yang mencintainya dengan segala kesempurnaan.
Sesempurna baku hantam terus berlanjut hingga tiga puluh menit kemudian sampai kami sama-sama terkapar dengan napas terengah. Dalam pertempuran panas itu aku sengaja meninggalkan jejak-jejak merah di sekujur leher dan dadanya, stempel kepemilikan yang tak pernah lupa kujejakkan, supaya setiap kali dia jauh, dia akan teringat padaku, merindukanku dan ingin cepat-cepat pulang ke pelukanku. Yeah, Rhea Sanjaya, satu-satunya wanita yang membuatku tergila-gila.
"Puas?"
Aku mengangguk sekali. "Yeah. Tapi tetap saja aku tidak rela kalau kamu pergi. Please, jangan pergi, ya?"
"Sebelum kita menikah kamu sudah berjanji akan bersikap sebagai suami yang baik, tidak akan posesif dan memperlakukanku sebagai tawanan cinta."
Aku angkat tangan. Salahku dulu aku berjanji seperti itu, tapi kalau tidak berjanji, sudah pasti Rhea tidak akan pernah mau menerima lamaranku.
"Oke, baiklah. Jangan molor. Kamu harus pulang tepat waktu. Begitu urusanmu selesai, langsung beli tiket pulang, ya?"
Rhea tersenyum dan melingkarkan ibu jari dan telunjuknya, sebuah tanda oke. "Kamu berkata seperti itu seolah aku ini pernah pulang terlambat."
"Memang tidak. Kamu istri terbaik. Aku benar-benar mencintaimu."
Rhea menatap mata cokelatku. "Aku juga mencintaimu."
Aku balas menatap matanya dengan tatapan memelas. "Jangan pergi, ya?" pintaku, mencoba membujuknya lagi.
"Hei... ayolah, aku susah payah meniti karirku sejak dulu. Jangan jadikan pernikahan kita sebagai penghalang untukku, ya? Please?"
Lagi. Aku mengangkat kedua telapak tangan. "Baiklah." Kuraih dan kugenggam tangannya. "Aku akan merindukanmu."
"Aku juga."
Kami pun berpelukan dan berciuman. Tapi tidak lama kemudian kemesraan itu disela bunyi klakson dari arah jalan masuk. Layanan antar jemput Rhea telah tiba. Dia cepat-cepat melesat ke kamar mandi untuk bersih-bersih, lalu berpakaian dan merapikan diri. Begitu juga aku yang langsung mengenakan kembali celana dan kausku. Waktunya berpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
bundA&M
selingkuh g ya
2022-02-03
1
Ist Rahma
lanjut dong
2022-01-27
0
Juliana Shadi
Rhea Rhesmi Yunita = itu nama satu orang dalam dunia nyata.
2022-01-06
0