Chapter 4

Bianca merebahkan tubuhnya sehabis mengantar Brian ke bandara. Alex pamit padanya menemui Salsa setelah mengantarkan dirinya sampai ke rumah. Dan hal itu sukses membuat mood Bianca berantakan.

"Kenapa harus ngomong mau jalan sama Salsa, kan bisa lah bohong dikit buat jaga perasaan aku" Bianca menggerutu pada foto Alex yang ada di ponsel nya, lebih tepatnya yang terpajang pada Instagram Alex. Bianca tak bernyali menyimpan foto pria itu di ponselnya, takut sewaktu-waktu Brian memeriksa.

Bi, ke pantai yuk? aku jemput ya

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, tertera nama Andre kakak tingkat yang selalu mengejarnya. Andre sudah tak menutupi ketertarikan nya sejak pertama kali bertemu ketika Andre menjadi panitia ospek ketika Bianca menjadi mahasiswa baru.

Bianca nampak berfikir biasanya ia memiliki seribu alasan untuk menolak Andre ketika pria itu mengajak jalan dirinya, namun sepertinya kali ini tak ada salahnya menolak ajakan itu. Sudah saat nya ia membuka hati untuk pria lain mengingat Alex semakin jauh dari jangkauan nya.

Andre pria yang tampan dengan segudang prestasi, namun hati Bianca terlanjur dipenuhi bayangan Alex hingga menutupi pesona Andre di matanya.

Oke kak, aku siap-siap

Balasan Bianca begitu cepat berubah biru. Sepertinya Andre sangat bersemangat menantikan balasan darinya.

Iya Bi, satu jam lagi kakak ke rumah kamu

Bianca membaca pesan itu dan meletakkan ponsel nya sembarangan. Ia tak berniat membalasnya melainkan langsung memilih pakaian nya.

Pilihan Bianca jatuh pada sebuah floral dress navy dengan tali spagetti berbahan ringan yang panjang nya 3 jari di atas lutut. Ia terlihat seksi menampilkan bagian tubuh mulusnya. Rambut cokelat bergelombang sepanjang pinggang ia biarkan tergerai namun ia hiasi dengan bando kain berwarna senada dengan dress yang ia kenakan.

Ia mengenakan sandal dengan tali model T-strap flat berwarna putih sebagai alas kaki.

Bianca memandangi dirinya di cermin, polesan make up natural di wajah nya membuat ia tampil semakin mempesona.

"Aku merasa sudah begitu cantik, tapi kenapa Bang Alex sedikitpun tidak menatap ku" Lagi-lagi sosok Alex terlintas di benak nya. Ia menghela nafas putus asa.

Bunyi ponsel mengalihkan perhatian Bianca, Andre menelfon nya.

"Ya kak?" Ucap Bianca setelah telfon nya tersambung.

"Kakak sudah ada di halaman rumah kamu Bi"

"Iya Bian segera keluar kak" Bianca mematikan sambungan telefon nya, ia bergegas menuju halaman untuk menemui Andre. Bianca meraih tas cangklong dan memasuk kan semua keperluan yang ia butuhkan di sana.

Andre selalu terpana melihat tampilan manis dan seksi dari Bianca yang telah satu tahun ini mencuri hatinya. Ia selalu betah memandangi gadis itu.

Bianca tak menampik Andre terlihat keren dan tampan meski hanya memakai kaos polos putih yang dilapisi bomber warna hitam yang dipadukan dengan Celana pendek berwarna putih senada kaos yang ia kenakan dilengkapi dengan sneaker dan topi yang juga berwarna hitam

"Cantik banget bi" Ucap Andre dengan tersenyum.

"Kak Andre juga ganteng" Balas Bianca.

"Bisa dong jadi pacar kamu kalo gitu?" Goda Andre meski di dalam hati ia berharap Bianca akan menerima nya.

"Nggak boleh pacar-pacaran" Jawab Bianca sekenanya.

"Langsung nikah? hayuk kakak mah mau banget Bi" Timpal Andre sembari terkekeh.

"Kuliah sama kerja dulu kak, dan jangan lupa berbakti sama orang tua juga"

"Iya deh iya" Ucap Andre, ia membuka pintu mobilnya untuk Bianca.

🍁🍁🍁

Hati Bianca sangat tenang menikmati pemandangan debur ombak, cuaca begitu cerah hari ini.

"Kamu suka bi?" Andre menghampiri Bianca yang duduk santai di kursi pantai membawakan 2 buah kelapa muda.

"Suka kak, makasih ya uda ajak Bian jalan-jalan" Bianca menerima kelapa muda yang disodorkan Andre padanya.

"Sudah berapa kali kakak ajak kamu jalan bi, kamunya aja yang nggak pernah mau" Ucap Andre dengan senyum miringnya. Ucapan pria itu membuat Bianca merasa tak enak hati

"Salah sendiri selalu mengajak diwaktu yang tidak tepat" Elak Bianca.

"Waktunya yang nggak tepat atau kamu nya yang selalu cari alasa untuk menolak?" Bianca tersenyum kecut, namun ia tak berniat menjawab nya.

"Mau berenang bi?" Tawar Andre kemudian.

"Nggak kak, Bian ga bawa baju ganti. Main pasir aja yuk kak, bikin istana pasir" Usul Bianca dengan begitu antusias. Ia tersenyum lebar pertanda ia merasa sangat bersemangat.

"Oke ayok" Andre meletakkan kelapa muda yang sudah ia sesap airnya ke atas meja, Bianca mengikuti apa yang Andre lakukan. Selanjut nya Andre meraih tangan Bianca dan menggenggam nya, menuntun gadis itu mendekat ke bibir pantai. Bianca hanya menurut membiarkan tangan nya bertaut pada pria itu.

Sungguh Bianca begitu ingin membuka hatinya untuk Andre dan melupakan Alex. Ia yakin Andre tulus menyayanginya. Andai saja pemilik hati mampu menentukan ke mana ia harus melabuhkan cintanya, mungkin Bianca tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk menunggu Alex selama ini.

Bianca dan Andre begitu asyik dengan aktivitas mereka, tak jarang mereka selingi dengan candaan yang mengundang tawa. Yah Bianca akui ia bahagia dan begitu menikmati hari ini.

Mentari sudah mulai beranjak, Andre mengajak Bianca untuk pulang meski sebenarnya ia enggan untuk berpisah dari gadis itu.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat mereka tiba di rumah Bianca. Andre menghentikan mobilnya dan kini menoleh pada Bianca.

"Semoga ini bukan yg pertama dan terakhir kita jalan berdua bi" ucap Andre dengan senyum yang tak surut. Bianca hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Makasih untuk hari ini ya kak"

"Kakak yang berterimakasih padamu bi" Andre mengusap rambut Bianca dengan lembut

"Sama-sama kak. Bian masuk ya kak" Pamit gadis itu.

"Iya selamat malam, mimpi indah ya bi" Ucap Andre yang dijawab dengan anggukan oleh Bianca.

Gadis itu masuk ke dalam rumah, ia mendapati sosok Alex yang sedang berada di ruang tamu dengan tatapan tajam. Kening Bianca berkerut mendapati ekspresi tak biasa dari sahabat kakak nya itu.

"Dari mana, kenapa baru pulang jam segini?" Nada bicara Alex terkesan dingin membuat Bianca bergidik.

"Bian abis jalan-jalan sama kak Andre senior Bian di kampus" Ucap Bianca jujur.

Sorot mata Alex terlihat menyala tak suka.

"Sampai malam begini? kenapa ponsel kamu nggak aktif? Jadi mentang-mentang nggak ada Brian kamu jadi liar iya?!" Alex membentak gadis itu, air mata tak mampu Bianca tahan saat Alex membentak nya. Brian tidak pernah menunjukkan emosi padanya selama ini, Ia tak pernah berucap kasar padanya.

Alex menghembuskan nafas nya perlahan, berusaha mengontrol emosinya.

"Maaf bi, nggak seharusnya abang bentak kamu. Abang cuma khawatir kamu nggak pulang-pulang, dari sore abang nungguin kamu ditambah ponsel kamu nggak aktif." Tanpa Bianca duga Alex menarik dan memeluk tubuh nya. Ia mengusap punggung Bianca diiringi ucapan nya yang terdengar begitu lembut. Bianca kelabakan, ia takut Alex mampu merasakan jantungnya yang bertalu kencang.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***