Delisa yang sibuk menulis surat membuat ibunya menatap aneh.
"Itu surat buat apa sayang.Emang delisa mau kirim ke mana?"tanya ibunya dengan lembut.
"hehmmm delisa mau kirim ke Ayah bu.Oh ya bu,delisa pengen es cream.Bisa ibu belikan untuk delisa?"
"Delisa tunggu di sini.Bu mau beli es cream dulu di sana.Jangan ke mana mana ya!"tegas ibunya.
"iyya bu".
Jannah membawakan es cream untuk anaknya.Dia memandang anaknya yang asik meniup balon dan menerbangkannya di atas langit.
"Lho balon nya kenapa di terbangkan"ucap ibunya yang penasaran.
"Delisa sengaja bu.Delisa berharap ayah membaca surat delisa.Delisa rindu kehangatan seorang ayah.Coba bu lihat anak anak itu bermain dengan ayah dan ibunya.Sementara delisa tidak pernah!bahkan nama dan wajahnya delisa tidak tahu sembari menatap wajah ibunya."
"Maafkan ibu sayang.Ibu juga bingung harus menjawab apa!ibu sendiri juga tidak tahu siapa ayahmu"ucapnya dalam hati.Jannah membelai rambut anaknya dan mendekapkan dalam pelukannya."Ibu yakin suatu saat nanti delisa pasti bertemu dengan ayah.Balonnya saja sudah tinggi insya allah ayah membacanya."
"Benarkah ibu?"Melepas dekapan dan memandang ibunya dengan tersenyum.
"Insya allah sayang" sembari mencubit tipis dagu anaknya."hahh!gitu dong senyum ibukan jadi senang,kalau gitu kita pulang ya,ini sudah mau magrib."
"Baik bu."
#######
"Delisa bangun sayang,hari sudah pagi sebaiknya mandi".
"iyya bu.Oh ya bu kata temanku andin dia mau mengajak ku bermain di rumahnya.Boleh ya bu..delisa mohon" dengan senyum imutnya.
"Baiklah ibu izinkan.Tapi ingat jangan nakal di rumah orang."
Usai mengantar anaknye kesekolah Jannah berangkat menuju tempatnya bekerja.Di bahagia kini anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar.
Air matanya membasahi mengingat anaknya selalu bertanya tentang Ayah.
"Heiii Jannah!melamun mulu.Air di westafel sampai bocor canda vivi."
"Maaf bu Vivi,saya lupa "sembari menggaruk kepalanya.
"Kamu kenapa Jannah,seperti punya masalah.Apa Delisa sakit atau kamu gak punya uang."
"Saya bingung mau jawab apa?"Keinginan hati ingin bercerita tapi tak tahu harus mulai dari mana.
"Cobalah cerita mungkin saja saya bisa bantu,lagi pula kamu sudah saya anggap anak saya sendiri.Tak usah sungkan,percayalahh".
"Saya sedih bu.Delisa sekarang sudah mempertanyakan di mana ayahnya.Ibu kan tahu saya juga tidak tahu di mana ayahnya"mengusap air matanya yang kini menetes di pipi putihnya."Andai saya tahu mungkin saya cari meski di ujung dunia demi buah hati saya".
"Kamu yang sabar ya nak"mengusap kepala Jannah dengan lembut.Saya yakin Delisa anak yang pintar.Lambat laun dia akan mengerti".
"Ibuuu panggil Delisa pelan"suara yang serak perlahan terdengar di telinga ibunya."
"Kamu habis menangis ya?"
"iyya bu.Delisa sedih teman teman mengejek Delisa Anak Pungut" menarik narik ujung baju ibunya."Di mana Ayah bu ? Delisa ingin menunjuk kan kepada mereka bahwa Delisa punya Ayah."
Ibunya duduk berjongkok menghadap Delisa dan mengusap air mata putri yang ia sayangi.
"Delisaaa putri bu,bu mohon mengertilah posisi ibu.Ibu belum bisa mencari ayah untukmu sembari memeluknya."Percayalah suatu saat nanti pasti ketemu Ayah.Berdoalah kepada Allah.Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu."
Bu Vivi ikut terharu melihat keduanya.Tanpa terasa air matanya jatuhh.
"Janji ya bu."
"Insya allah saya".
#####
Hari ini Delisa pergi ke rumah Andin yang kemarin tertunda.Dia tampak senang dengan tas kelincinya berjalan melompat kecil bersama ibunya.
"Delisa jangan lari-lari sayang.Tiba-tiba ia melihat di taman berkerumunan orang.Orang berpakaian loreng lengkap dengan senjatanya.Delisa memandangnya dengan tatapan senang dan berlari menuju ke arah keramaian itu.Dia penasaran apa yang terjadi di sana.
Delisa yang kini berumur 7 tahun sangat menyukai adegan cerita perang.Kebetulan Ayah Andin seorang Angkatan juga.Jadi dia sering menghabiskan waktu bersama andin saat ibunya bekerja.
"Ibuuu aku mau ke sana ?" tangannya menunjuk tempat kerumunan orang itu.
"Jangan sayang.Apa kamu tidak lihat mereka itu sedang berlatih."
Delisa yang tidak mendengar ibunya langsung saja menerobos di kerimunan orang tersebut.Jannah yang mengkhawatirkan anaknya bergegas berlari mengejar Delisa.
"Delisaaa teriak Jannah.Kamu di mana sayang?Ibu mengkhawatirkan mu."
Salah satu berpakaian loreng itu mendekati.
"Ibuuu panggil Pria itu.Sebaiknya ibu tidak di sini,situasi di sini sedang tidak aman."
"Apa maksud anda ? "ucap tegas Jannah.
"Ibu tidak lihat semua anggota Brimob di sini sedang mengaman situasi.Di duga di sini ada Bom yang akan meledak.Petugas kami sedang mengatasinya.Kami harap ibu segera pergi dari sini."
"Tapi...anak saya ada di dalam Pak.Saya mohon izinkan saya mencarinya."
"Tidak bisa bu" tegas pria itu dan mengusir Jannah dengan paksa.
Jannah yang terus saja menangis memikirkan anaknya besandar di bawah pepohonan yang tidak jauh dari lokasi itu.
Ya Allah apa yang harus aku lakukan ucapnya dalam hati.
Di tempat lain Delisa melihat situasi dengan sembunyi sembunyi.Tubuhnya mungil membuat ia mudah mengendap endap di balik tembok.
"Seru juga" ucapnya dalam hati.
Delisa membayangkan film yang ia tonton bersama andin dua hari yang lalu.
Semua Anggota Brimob sedang sibuk mencari lokasi letak Bom tersebut.
Delisa yang memiliki insting yang tinggi menuju ke arah toilet.Suara kecil bermain di telinganya membuat dia segera menuju ke lokasi itu.
"Tebak ku benar" ucapnya sembari tersenyum puas.
Dia melihat waktu detik stopwach terus berjalan.
"Sepertinya tinggal 10 menit lagi" ucap Delisa.
Para anggota Brimob mendekat toilet yang terbuka itu.Mereka kaget ternyata Delisa sedang mengotak atik kabelnya dengan jarinya yang begitu cepat.
"Jangan mendekat teriaknya aku sedang fokus untuk membantu kalian.Waktu tidak banyak hanya tersisa 60 detik."
Para anggota hanya memperhatikannya.Begitu juga Nathan.
Akhirnya Delisa mengangkat ke dua tangan ke atas menandakan sudah selesai.Delisa pergi dan meninggalkan para petugas itu.
Nathan menuju ke arah bom tersebut.Ternyata benar bom itu sudah berhenti.Stopwatch nya sudah mati.Dia menatap anak itu yang sudah jauh dari pandangannya.
"Ibuuu ucap Delisa yang suaranya terputus putus."
Jannah menatap dengan haru.Dia memeluk putrinya dan memeriksa seluruh bagian tubuh anaknya.
"Kau tak apa-apa sayang?ibu sangat mengkhawatirkanmu."
"Aku tidak apa-apa ibu dengan senyum imutnya".
Nathan mencari delisa di segala arah.Dia terpandang dengan gadis berjilbab itu yang sedang duduk menikmati es kelapa.
"Sepertinya itu dia" ucap Nathan.Perlahan - lahan menuju ke arah Jannah dan putrinya.
Delisa yang menyadari kedatangan Nathan bersembunyi di belakang ibunya.
"Ibuu aku takut " menunjuk dengan jarinya ke arah Nathan.
"kenapa sayang ?"
"Apa dia anakmu?" tanya Nathan penasaran.
"Iyya dia anak ku.Emangnya kenapa pak?" tanya Jannah menatap wajah Nathan penuh tanya.
"Aku ingin membawanya ke markas karna hari ini dia sudah membuat kriminal" ucap tegas Nathan.
"Apa kau pikir ini lelucon ? anak ku masih kecil mana mungkin ia melakukannya.Menatap wajahmu saja dia takut,apalagi melakukan kriminal.Apa anda sudah gila ? ucap jannah terbawa emosi membela anaknya dan pergi meninggalkan Nathan tanpa permisi.
"Wawwwww ucap Nathan kagum sembari bertepuk tangan.Hebat sekali anakmu memiliki dua karakter,saat bersamamu dia menjadi putri yang manja.Dia juga pandai bersandiwara"mencoba mendekati Delisa yang berlindung di belakang ibunya.
Mendengar ucapan Nathan membuat Jannah semakin kesal.Naluri seorang ibu pasti melindungi putrinya yang sangat ia cintai.
Jannah berjalan menuju ke arah Nathan dengan penuh kesal.Tatapan yang tajam membuat Nathan tak berkedip memandang kecantikan Jannah ketika marah.
"Kenapa kau diam hehhmm dengan nada yang kesal.Apa kau pikir dengan pakaianmu seperti ini aku takut hah!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments