"Gak papa pak satpam, saya juga baru aja nyampai," kata Chacha sambil tersenyum manis.
"Oh ya, nona bos bisa panggil saya dengan panggilan pak Danang saja, karena nama saya Danang, nona bos."
"Oh, iya deh, pak Danang. Makasih banyak ya udah mau bantuin saya."
Sampai depan pintu rumah, pak Danang memanggil seseorang sambil mengetuk pintu rumah itu.
"Bik Maryam. Buka pintunya," kata pak Danang dengan keras.
"Sebentar," ucap seseorang dari dalam rumah.
"Tunggu sebentar ya, Non. Tungguin bik Maryam bukain pintunya," kata pak Danang.
"Iya pak Danang."
Tak lama, pintu rumah itu pun terbuka. Memunculkan seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster longgar.
"Ada apa sih, pak Danang?" tanya wanita itu.
"Dia .... " Wanita itu melihat Chacha dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Dia nona bos. Nona muda, istrinya bos muda kita."
"Oh iya ya, aku kok bisa lupa," kata bik Maryam sambil menepuk jidatnya pelan.
"Maafkan bibi nona bos. Ayo, silahkan masuk," kata bik Maryam lagi.
"Nah, nona bos, tugas saya sudah beres. Sekarang, nona bos ikut dengan bik Maryam untuk melihat-lihat rumah ini," kata pak Danang.
"Iya pak Danang, terima kasih banyak ya."
"Sama-sama, nona bos."
Pak Danang pun meninggalkan Chacha dan bik Maryam di depan pintu. Ia melanjutkan tugasnya kembali.
"Nona bos, ayo ikut bibi. Bibi akan antar kan nona bos ke kamar."
"Iya bik," ucap Chacha sambil mengangkat kopernya.
"Eh, biar bibi yang bawa kopernya nona bos," ucap bik Maryam sambil mengambil koper dari tangan Cahcha.
"Gak perlu sebenarnya, Bik. Chacha bisa bawa sendiri kok kopernya. Ini gak berat," kata Chacha menolak dengan lembut.
'Tuhan. Nona muda yang ini kayaknya sangat lembut. Beda sama calon bos muda yang pertama. Galak, kasar dan juga tidak punya sopan santun,' ucap bik Maryam dalam hati.
"Bik." Chacha melambai-lambaikan tangan kearah wajah bik Maryam.
"Eh, iya non."
"Kok malah bengong sih, Bik?"
"Eh, nggak kok nona bos. Ayo, ikut bibi. Bibi antar ke kamar nona bos."
Chacha tersenyum sambil mengikuti bik Maryam yang berjalan duluan sambil membawa kopernya. Mereka menaiki anak tangga untuk menuju lantai dua.
"Nah, ini kamarnya nona bos," kata bik Maryam saat mereka sampai di depan kamar yang letaknya paling pojok.
Saat pintu terbuka, Chacha bingung melihat isi kamarnya.
"Ini .... "
"Ya, nona bos. Ini adalah kamar bos muda. Bos muda itu sedikit sulit di tebak. Sebanyak-banyak kamar, dia malah memilih kamar pojok ini. Padahal, kamar utama sangat besar dan nyaman untuk di tempati," kata bik Maryam bicara panjang lebar.
"Oh. Apakah Bastian tidak akan keberatan jika aku tinggal di kamar ini?" tanya Chacha.
"Keberatan?" tanya bik Maryam kembali.
"Oh, maksudku, tidakkah Bastian merasa terganggu? Ini kayaknya kamar istimewa buat Bastian. Aku takut jika Bastian merasa tidak nyaman nantinya jika aku tinggal di kamar ini."
"Bibi juga tidak tahu nona bos. Tapi, sebaiknya, nona bos di sini saja dulu. Kalo bos muda tidak suka, nanti tinggal pindah aja."
"Iya, benar juga."
"Ya udah ya nona bos, bibi tinggal dulu. Nona bos silahkan istirahat. Kalo ada perlu apa-apa, nona bos bisa panggil bik Maryam. Bik Maryam di bawah akan selalu datang untuk memenuhi panggilan nona bos."
"Iya deh bik Maryam," ucap Chacha sambil tersenyum manis.
'Tuhan terima kasih. Ternyata aku tidak sendirian di rumah ini,' kata Chacha dalam hati.
Chacha membaringkan tubuhnya di atas kasur. Terasa sangat nayaman di kamar ini. Suasana begitu tenang dan sepi. Yang terdengar hanya suara angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan.
Chacha merasa terpanggil saat mendengarkan angin itu. Ia pun bangun untuk melihat dari jendela kamar.
Chacha membuka jendela. Ternyata, itu adalah belakang dari rumah berlantai dua ini. Ada pohon hijau yang tinggi dan rimbun. Udaranya sangat segar karena di sana tidak ada jalan raya. Belakang itu hanya ada pepohonan dan juga kebun, tapi entah milik siapa.
Chacha melihat ada balkon ternyata di kamar ini. Dengan cepat, ia membuka pintu menuju balkon tersebut.
Ada banyak taman hias di sana. Setiap pot kecil itu di tanami dengan bunga dan kaktus yang beragam. Benar-benar indah karena tertata dengan rapi.
Di balkon juga ada kursi dan meja, pas untuk bersantai menikmati suasana sore yang sejuk. Cahcha menarik napas panjang. Ia benar-benar merasa nyaman di kamar ini.
"Pantas saja Bastian suka kamar ini. Kamar ini begitu indah dan bikin tentram," kata Chacha bicara pada dirinya sendiri.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamarku?" tanya sebuah suara dari depan pintu menuju balkon.
Sontak saja, suara itu membuat Chacha kaget. Ia membalikkan badannya untuk melihat si pemilik suara tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Trisni Syahtianah
bagus
2024-01-21
0
Kurniawan Ardi Wibowo
bagus
2024-01-07
0
HYBE labels❤️
wiihh
2023-07-17
0