“Pulang nanti tunggu Bibi jemput ya” ujar Bi Nina menurunkan Mia di depan tempat les.
Mia mengangguk sambil melakukan salim pada tangan Bi Nina.
Bi Nina melajukan motornya meninggalkan tempat les putri majikannya.
Sepuluh menit kemudian, Mia meninggalkan tempat les. Mia melewati gang di samping tempat les yang kebetulan terhubung dengan perumahan warga.
Mia tiba di depan sebuah gedung olahraga yang berada diantara perumahan warga.
“Selamat sore” ujar Mia sambil tersenyum.
“Mari masuk” ujar Wahyu pemilik gedung olahraga.
Mia bergabung bersama empat anak lainnya yang sedang berlatih bulu tangkis dan memulai latihan.
“Mainnya pakai raket, jangan pakai buku” tegur Wahyu pada seorang gadis kecil yang
sedang menepuk-nepuk kock dengan buku tulis yang dilipat.
Wahyu sedang antri membeli gorengan yang berada di samping tempat les Bahasa Inggris Mia. Dia tertarik pada gadis kecil yang bermain sendirian. Gadis kecil itu
sangat senang, saat dia berhasil mempertahankan kock agar terus memantul.
Mia menghentikan mainnya, saat dia mendengar teguran tersebut.Tampak seorang pria paruh baya datang mendekatinya.
“Sini saya ajarkan cara pukul yang benar”
Mia menyerahkan kock dan bukunya pada Wahyu, lalu Wahyu mulai mempraktekan cara memukul kock.
“Kalau kamu gak punya raket, habis les singgah di tempat bapak. Gedung olahraganya gak jauh dari sini” ajak Wahyu pada Mia.
Mia agak sanksi mendengarkan ajakan Wahyu. Ibunya selalu berpesan padanya agar tidak mudah percaya dengan
orang asing.
Mia tidak menanggapi apa yang dikatakan Wahyu, melainkan meminta kembali kock dan buku yang masih dipegang wahyu.
Pada jadwal les berikutnya, Wahyu datang membawa raket, karena Mia tidak muncul di gedung olahraganya dan mengajari Mia bermain bulu tangkis.
“Pak Wahyu, hari Rabu dan Jumat aku les bahasa Inggris di sini” ujar Mia memberitahukan jadwal lesnya pada Wahyu di pertemuan mereka yang kesekian.
“Mama gak izinin aku main badminton, jadi aku gak bisa ke tempat pak Wahyu”
“Kamu suka Badminton?” tanya Wahyu
“Iya. Tapi mama bilang gak boleh”
“Papa kamu bolehin?” tanya Wahyu lagi.
“Gak punya papa. Kata mama papa ada di tempat yang jauh”
Wahyu tertawa. Dia menduga ibu gadis ini pasti berbohong. Bagaimana mungkin seseorang yang mengatakan tidak punya, lalu mengatakan ada di tempat yang jauh.
“Habis les kamu ke tempat saya, banyak yang latihan di sana”
Sepulang les, Wahyu memenuhi janjinya menjemput Mia dan berlatih digedung olahraganya.
Mia yang awalanya Cuma berlatih sebentar, merasa waktu berlatihnya tidak cukup.
Karena itu Mia kabur dari les Bahasa Inggris dan ikut berlatih di gedung olahraga milik Wahyu.
Wahyu tentu saja tidak menyangka bahwa jadwal les gadis itu telah berubah. Dia tidak curiga sedikit pun saat Mia selalu datang tepat waktu di jam latihan.
“Service kamu masih salah. Belajar service dulu baru nyusul yang lain” ujar Wahyu saat melihat Mia mencoba pukulan service.
Wahyu memperhatikan perkembangan Mia. Anak itu termasuk yang paling lambat menangkap penjelasan, dibanding anak seusianya yang berlatih di gedung itu.
Semangat Mia untuk terus belajarlah, yang membuat Wahyu fokus untuk mengembangkan bakat Mia.
Wahyu berpikir mungkin faktor ibu Mia melarangnya bermain badminton, ditambah
lagi Mia hanya berlatih dua minggu sekali, progresnya untuk pindah ke materi
latihan selanjutnya menjadi lebih lama.
“Service itu hal paling dasar yang harus semua pemain badminton tahu. Kalau kamu gagal service kamu tidak akan pernah menang dari lawan-lawanmu”ujar Wahyu mengingatkan Mia.
“Tittt..titt.tiit” alarm jam tangan Mia berbunyi. Sudah waktunya dia dijemput Bi Nina.
Mia segera pamit dan kembali ke tempat les.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
Mia bandel kamu yah, tp apa yg bisa diharapkan dari seorang anak kecil dibilangin jangan juga tetap dilakuinnya😓
2022-03-29
1
Yuko_Arfa
ayah Mia seorang atlet badminton?
2021-11-22
2