Aku berjalan pulang bersama Erik. Dia tetap diam seperti biasa. Oh tuhan apakah temanku ini seorang alien. Mengapa bisa ada orang sedingin ini.
" Rik", kataku memecahkan keheningan.
"Apa" jawabnya.
"Sebentar lagi tahun baru, apa rencanamu." kataku.
" Gak ada, kamu sendiri." jawabnya
" Aku ingin pulang ke Surabaya, Aku merindukan mereka meski mereka tidak merindukanku sekalipun."
Suasana hatiku berubah kembali. Aku mulai mengingat mereka lagi. Dua tahun ini aku tidak pulang ke Surabaya, Karena aku berfikir mungkin mereka yang akan mengunjungiku disiki. Tapi itu hanya harapanku saja, faktanya meraka tidak punya waktu untuk mengunjungiku.
Sekali mereka memberi kabar dengan menelponku, kami pun hanya akan berbicara tidak lebih dari 5 menit saja.
" Berhentilah bersedih dan memikirkan hal hal yang tidak berguna" kata Erik.
Padahal ayahnya juga tidak pernah ada waktu untuknya. Tapi dia tidak peduli sedikitpun.
" Aku akan menemanimu pulang ke Surabaya. Aku takut kamu akan menangis sendirian saat mereka tidak ada waktu lagi." katanya.
" Apa lagi kamu suka berada di atap, aku hanya takut kamu akan melompat dari atap karena bersedih", katanya melanjutkan perkataannya.
" Haha... Rik aku tidak seceroboh itu oke." kataku sambil tertawa.
Dia mencoba untuk membuatku tartawa agar aku tidak bersedih lagi. Sayangnya dia tidak pandai membawa suasana.
"Makasih rik", kataku sambil menatapnya.
" Untuk apa" , jawabnya.
" Makasih karena selama ini kamu selalu ada disaat aku sendirian dan membutuhkan dukungan."
" Gak perlu bilang makasih, bukankah itu tugas seorang sahabat. Selalu ada untuk sahabatnya."
Kata-katanya selalu bisa membuatku tenang. Aku masih ingat, saat itu aku masih berusia 7 tahun dan aku masih berada di sekolah dasar. Setiap kali jam istirahat, aku akan pergi ke halaman belakang sekolah. Tidak banyak orang kesana, karena itu aku lebih nyaman berada di sana.
Saat itu aku duduk di bawah pohon. Siapa sangka akan ada anak yang sedang memanjat pohon tersebut. Anak itu jatuh dari atas pohon. Aku terkejut bagaimana bisa dia memanjat pohon yang lumayan tinggi itu. Padahal dia hanya seorang bocah berusia 7 tahun. Anak itu adalah Erik.
Itu adalah pertemuan pertama kami dan sejak saat itu dia selalu mengikutiku dan akhirnya kami pun berteman. Aku tidak takut sendiri lagi karena aku tahu ada Erik yang selalu bersamaku. Aku beruntung bisa menjadi sahabatnya, tapi sebagai sahabat aku masih belum bisa membuat dia ceria lagi. Aku hanya berharap semoga suatu hari nanti dia bisa ceria kembali.
Akhirnya kami pun sampai. Aku langsung masuk ke rumah setelah berpisah dengan erik. Dan menuju ke kamar untuk segera tidur. Aku tertidur sangat lelap dan ternyata hari sudah malam.
" Non.. non.. bangun non saatnya makan malam."
" Iya bi, bentar lagi saya turun." kataku menjawab bi sumi.
Bi Sumi adalah asisten rumah tanggaku saat aku berada di surabaya. Sejak aku kuliah di Bandung, beliau mengikutiku karena orang tuaku khawati aku tinggal sendirian. Beliau tidak mempunyai keluarga karena itu kami sudah menganggap beliau seperti keluarga kami sendiri. Selama ini beliaulah yang selalu mengurus kebutuhanku.
" Hari ini masak apa bi", tanyaku.
" Hari ini bibi masak ayam goreng,telur dadar, dan ada mie goreng." kata bi sumi.
" Ya udah kita makan yuk bi, duduk bi."
" Tidak usah non, Bibi nanti aja makannya setelah non makan."
" Bi, aku udah anggap bibi seperti keluargaku sendiri. Jadi kita makan bersama ya. Aku mohon bi."
"Baik non."
Kami makan dengan lahap. Setelah selesai makan, aku membantu bi sumi membereskan piring piring kotornya. Beliau tidak pernah ingin aku membantunya, tapi aku tidak tega melihat beliau kelelahan. Ditambah lagi usia beliau yang sudah tua.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sept September
jempollll lagi buat Kakak
2020-07-27
0
Fantasy
Cerita nya bagus kaka..
Semangat trs..
2020-04-04
0