Pagi yang cerah dengan sinar mentari terang yang seolah memaksa membangunkan salah satu gadis cantik yang kini tengah susah payah membuka matanya karena menahan kantuk setelah hampir tak tidur semalaman.
"Erggmm" Erangnya sembari merentangkan kedua tangan dan kainya hingga memenuhi kasur.
"Pagi!!!" Sapanya pada sebuah boneka doraemon besar yang setiap malam menemani tidurnya itu.
Tak mendapatkan jawaban dari sang boneka membuat gadis itu mendengus dan memilih membuka selimutnya dan turun dari kasur.
Kini terpampanglah tampang kusutnya,stelan piyama dengan motif doraemon,bando doraemon dab sepasang sendal doraemon yang menandakan seberapa maniaknya gadis satu ini dengan salah satu tokoh kartun Jepang tersebut.
Lalu siapakah gadis ini??
Tentu kalian mengenalnya,dia adalah Azellea William Michelle. Sosok gadis dingin yang semalam bertengkar dengan sang ayah karena minggat dari rumah dan pulang larut malam.
Saat ini sosok dingin tersebut tengah menjelma menjadi gadis imut nan menggemaskan,setidaknya untuk beberapa saat sampai ia keluar dari kamarnya nanti.
"Tok...tok...tok..."
Nah ketukan di pintu itu adalah awal dari siklus perubahan di mulai.
"15 menit lagi saya akan menyusul turun."
Tampang imutnya tadi pagi sudah kembali ke bentuk datarnya tepat ketika membuka pintu kamar di mana ada satu orang pelayan yang di tugaskan untuk membangunkannya barusan.
"Baik nona muda,kalau begitu saya permisi dulu. Maaf jika menganggu nona."
"Hmm"
Zee menutup kembali pintu kamarnya dan bergegas ke kamar mandi. Pagi ini ia akan kuliah seperti biasanya jadi karena itu ia harus bersiap-siap,dan tanpa sepengatahuannya di bawah sang papa sudah merencanakan sesuatu yang mungkin akan membuat hidupnya berubah 180° dari saat ini.
♡♡♡
"Selamat pagi nona muda."
"Pagi nona muda."
"Pagi nona."
Begitulah beberapa sapaan yang terdengar dari mulut beberapa pelayan ketika sosok Zee berjalan menuju ruang makan.
Sesampainya di sana salah satu pelayan dengan sigap menarik kursi untuk nona mudanya dan tak lupa mereka menata makanan lengkap dengan segelas minuman sebagai pelengkap sarapannya pagi ini.
"Terimakasih." Ucap Zee singkat,ya walaupun terkenal dingin dan cuek Zee adalah sosok yang cukup sopan pada orang-orang yang menurutnya pantas untuk di sopani.
Jadi di sinilah ia saat ini,duduk di antara orang asing yang di beri label keluarga,kenal tapi saling sapa. Eaaaa....quotess.
Di hadapannya ada sang papa dan sang ibu tiri Melissa Bellvara yang tampak sudah menikmati sarapan tanpa melihat ke arahnya padahal jelas-jelas mereka duduk di berhadapan.
Lalu di ujung meja sebelah kanan ada Davian Ardana William sang abang yang katanya adalah abang kandungnya,entahlah ia tak tau apakah fakta tersebut benar atau tidak karena di lihat dari sudut manapun mereka tak mirip kecuali warna bola mata yang sama-sama biru. Keturunan papa katanya.
Lalu di ujung meja sebelah kiri ada seorang gadis cantik yang wajahnya bak seorang artis papan atas tapi tentu masih cantik diriku. Begitulah pikir Zee. Dia adalah Sassya Bellvara.
Konon katanya gadis itu adalah adik tiri dari Zee. Entahlah,benar atau tidak Zee pun tidak tau. Bukan,bukan, lebih tepatnya tidak peduli tentang siapa saja manusia yang ada di antaranya saat ini.
Setelah selesai mengedarkan pandangannya pada sosok-sosok kasat mata yang menyebalkan tersebut Zee akhirnya memutuskan untuk melakukan kegiatan sarapannya.
Pagi ini sepertinya ia agak beruntung karena sang papa tak memarahinya akibat telat turun selama hampir 20 menit."Tumben". Begitulah yang ada di benak Zee.
Namun,ada namunnya permisah ketenangan yang di rasakan Zee di meja makan beberapa saat lalu nyatanya hanya bertahan beberapa detik karena setelahnya ia tersedak potongan sandwich akibat ucapan antimainstream yang baru saja keluar dari mulut papanya.
"Bisa di ulangi??" Tanya Zee masih dengan raut wajah kagetnya.
William mengangguk."Papa sudah urus surat pindah kamu,jadi mulai hari ini kamu sudah resmi menjadi mahasiswa di Universitas Vripagold. Pagi ini kamu juga bisa berangkat bersama Sassya dan Davian kalau-kalau kamu tidak tahu alamat kampusnya."
"Prang...pring...pring..." Suara dentingan sendok dan garpu yang terjatuh ke atas piring seolah menjadi bukti seberapa kagetnya gadis bermata biru satu ini.
"Dad? Are you kidding me?? It's not funny for talk."
"Papa serius Zee."
"Brak!!!" Zee menggebrak meja makan seraya berdiri dari duduknya. Matanya menatap tajam ke arah sang papa.
"Ini benar-benar gak lucu pa. Papa boleh-boleh aja ngelarang aku keluar malam,papa boleh-boleh aja marahin aku setiap hari dab aku masih bisa terima itu. But gak buat yang kali ini pa. Ini hak aku,memang apa yang salah dengan kampus aku saat ini??"
Zee berkata dengan satu tangan di pinggang dan satu tangan lagi ia gunakan untuk menyugar rambut depannya.
William terpaksa menghentikan suapannya sejenak seraya menatap lekat wajah yang sang putri yang tampak memerah karena marah.
"Gak ada yang salah sama kampus kamu,masalahnya justru ada di kamu. Berada di kampus lama kamu itu justru membuat kamu bertambah keras kepala dan suka kabur-kaburan. Papa sudah capek menyuruh-nyuruh orang buat mencari-cari keberadaan kamu yang sering sekali kabur tidak jelas. Jadi papa rasa pindah kampus adalah solusi terbaik."
"Brak!!!"
Zee menggebrak meja sekali lagi membuat semua yang ada di meja makan terpaksa menghentikan aktivitas sarapan mereka. Ya bagaimana mau sarapan kalau setiap mereka mau menyuap piringnya malah melompat karena Zee menggebrak meja dengan sangat kuat.
"Kenapa harus Vripagold sih pa?? Kenapa harus kampus yang ada mereka berdua ini di sana??" Zee menunjuk kedua saudaranya itu secara bergiliran dengan tatapan tak suka.
"Gak ada kampus lain lagi gitu?? Atau fine Zee bakalan pindah kampus tapi bukan Vripagold bisa kan??"
"Lagian kenapa sih kalau lo sekampus sama kita??" Davian yang sedari tadi jengah melihat kelakuan sang adik akhirnya ikut bersuara.
"Kenapa?? Lo tanya kenapa?? Tentu aja karena gue gak sudi dan gue gak mau. Yakin gue di kampus menjijikan satu itu pasti banyak anak-anak orkay yang manjanya mirip kalian berdua."
"Bukan kampus menjijikan itu punya kak Zee ya??" Sassya si adik tiri malah ikut berbicara dengan suara lembut yang membuat Zee hampir buang angin di tempat.
"Diam lo kadal!! Gak usah ikut-ikutan. Intinya aku gak akan pindah ke kampus Vripagold sampai kapanpun. Titik."
Setelah mengatakan itu Zee langsung menggeser kursinya berniat untuk pergi saja dari situ tanpa mempedulikan raut wajah Sassya yang tampak hampir menangis entah karena apa.
"Dasar caper."
"Zee tunggu." Davian berdiri seraya menahan tangan Zee yang akan meninggalkan ruang makan.
"Kenapa lagi sih??"
"Gue dan papa udah cek lokasi cafe,bengkel,dan restoran yang lo diriin beberapa tahun lalu. Setelah gue pikir-pikir lokasi-lokasi bagus kalau di ubah jadi hotel atau mungkin beberapa tempar perbelanjaan. Gimana menurut lo??"
"Sial." Batin Zee.
"Lo ngancem gue??" Tantang Zee sembari menghempas genggaman Davian dari pergelangannya.
Davian menggeleng."Sedikit,karena gue rasa lo gak bakalan tega kan ngebiarin teman-teman di sana kehilangan pekerjaannya?? Oh iya, bukan cuma itu. Lo juga akan bergantung sama papa karena sumber penghasilan lo udah gak ada. Gimana??"
"Benar-benar gila ya kalian semua!!!"
"Azellea jaga mulut kamu!!!"Bentak William yang sudah jengah mendengar kata-kata kasar yang terus keluar dari mulut Zee. Rasanya dulu ia salah mengajari Zee bahasa Indonesia karena buktinya gadis ini sangat toxic sekarang.
"Jadi gimana? Pindah Vripagold atau...??"
"Fine,i not have to choose. Puas lo sekarang?? Papa juga puas kan??"
"Sangat!!" Davian menjawab dengan penuh kemenangan.
"Kamu memang tidak di beri pilihan Zee karena ini adalah perintah yang keputusannya sepihak jadi tidak ada di dalamnya." Ujar William datar karena baru kali ini ia berhasil membuat putri keduanya ini tak berkutik.
"Ini lebih pantas di sebut PEMAKSAAN bukan keputusan." Balas Zee sarkas,setelahnya gadis itu benar-benar keluar dari ruang makan dan langsung berangkat ke kampus barunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Nur
seru bgt
2021-12-04
0
Nur
mantab
2021-12-04
0