Setiap pagi sekali Liuzhen bangun untuk menempa fisik, dirinya berpikir jika fisik kuat maka akan mudah untuk menahan kekuatan musuh.
Liuzhen hanya bisa bertarung dengan serangan dasar yang diajari oleh Sang Kakek. Kakek bilang untuk menjadi pendekar kuat, maka dasar harus diperkuat.
Menjadi pendekar kuat memerlukan biaya besar untuk membantu kultivasi. Sedangkan Liuzhen tidak ingin membebani Sang Kakek, berbeda halnya jika dia menjadi murid sekte Gunung Persik.
Disisi lain sepanjang hari Sang Kakek menghabiskan waktu di rumah, jika senggang dia mencari kayu bakar, atau memancing di belakang rumah. Dia tidak ingin terlibat dalam hal-hal merepotkan dimasa tuanya.
"Heii lihatlahh si sampah berjalan, apakah kakinya tidak berguna lagi sekarang." Ejekan orang-orang ketika melihat Liuzhen berjalan menggunakan telapak tangannya.
"Jika aku adalah dia, mungkin lebih baik menjadi sarjana puisi untuk mempertahankan hidupku," sahut salah satu orang disekitar dengan tawanya.
Liuzhen selalu menanggapi ledekan mereka sebagai cambukan untuk tetap berlatih, di dunia ini sarjana puisi adalah seni bagi para pejabat, hanya saja tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan menjadi sarjana.
Pendidikan sarjana hanya dikhususkan bagi kaum bangsawan dan murid berbakat sekte. Tapi berbeda dengan sarjana puisi, mereka hanya dikhususkan bagi wanita. Puisi digunakan untuk menghibur petinggi-petinggi kerajaan, dan wanitalah yang membacanya dengan lembut.
"Berhenti," ucap Biao yang sekarang tepat berada didepan Liuzhen.
"Bukankah itu tuan muda dari keluarga Biao, sepertinya aku bisa melihat akhir si sampah itu," gumam salah satu orang yang melihat.
Kehadiran Biao Bei mengejutkan orang disekitar, selain berasal dari keluarga bangsawan, dia juga merupakan murid inti dari sekte Gunung Persik. Kemampuan Biao Bei tidak bisa diremehkan, bahkan beberapa senior Gunung Persik hormat padanya.
"Ahhh, maaf sepertinya aku menghalangi jalanmu," ucap Liuzhen sambil menggeser perlahan langkah tangannya.
"Apa kau sedang menghinaku?" tanya Biao pelan.
"Tentu saja tidak, aku hanya sedang melatih kekuatan otot lenganku, sehingga tidak bisa berdiri dengan baik," jawab Liuzhen sambil mempertahankan keseimbangan tangannya.
"Aku mengerti, orang sepertimu memang harus berusaha lebih keras, aku turut prihatin dengan kondisimu tapi ku peringati jangan mendekati Anzhu lagi, jangan menjadi beban bagi dirinya," ucap Biao melukai.
Liuzhen tidak menanggapi hal tersebut, dia langsung berjalan kembali dengan kedua telapak tangan.
Liuzhen selalu berandai-andai, jika dia bisa menjadi lebih kuat akankah mereka berani memperlakukannya seperti sampah, andai dia berasal dari keluarga tinggi akankah mereka berani mengatakan si sampah berjalan.
Liuzhen selalu berharap hidup ini adil, agar tidak membebani dirinya ketika harus membalas ucapan mereka semua.
Liuzhen terus melatih fisik dan memperkuat tubuh, dengan begitu dia bisa mengurangi cidera yang didapatnya dari pertarungan.
"Kakek aku pulang," ucap Liuzhen.
"Ahh, kau sudah kembali," balas Kakek.
"Ada apa? Kenapa wajahmu lesuh begitu, kemana semangatmu," lanjut si kakek.
"Tidak, aku hanya sedikit lelah, sebentar aku akan menyiapkan makan malam segera," balas Liuzhen sambil berjalan menuju dapur.
Sang Kakek yang melihat hal itu hanya tersenyum kecut, dia paham betul apa yang dirasakan cucunya itu.
Liuzhen tidak ingin terlalu mengekspresikannya, tetapi wajahnya begitu mudah ditebak.
Terkadang kakek juga memberikan motivasi bagi Liuzhen, tetapi kata-kata itu tidak bisa selamanya dia yakini.
Liuzhen sadar jika ingin menjadi kuat dia harus lebih ekstra berlatih, dibandingkan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Latihan fisik Liuzhen kurang keras Thor.. 💪💪💪
2022-09-11
0
Lasarus Harmadi
tingkatan pendekar kayak kepangkatan ASN, cuma beda depannya pendekar/ahli muda, Pratama, madya. cemungut Thor trackthor 😁😁😁😁
2022-01-19
0
Manu Mere
melatih fisik semangat semangat 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻💋💋💋💋💋💋💋
2021-08-18
1