Happy reading 🤗😉
-----------------------------------☆--------------------------------------
"Kakak sayang, kau tak rindu aku?" tanyanya sambil memeluk kakaknya erat, seakan tak ingin melepaskannya. Riana, dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya, merapatkan pelukannya pada Alex, kakaknya yang tampan.
Aroma parfum maskulin Alex yang familiar menenangkan hatinya. Ia begitu merindukan kakaknya setelah sekian lama tak bertemu.
"Kakak ... Apa kakak ...?" pikir Yummi dalam hati, kaget dan bingung. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencerna kenyataan yang baru saja ia sadari. Lelaki yang ia benci, lelaki yang telah dia tampar di depan umum, ternyata adalah kakak dari sahabatnya sendiri. Darah seakan berhenti mengalir di tubuhnya.
Bagaimana mungkin takdir mempermainkannya seperti ini? Ia merasa terjebak dalam situasi yang rumit dan tak nyaman. Wajahnya memucat, nafasnya tercekat di tenggorokan. Ia tak tahu harus berbuat apa.
Sementara itu, Alex masih terdiam dengan rahang mengeras, matanya menatap tajam ke arah Yummi. Ingatan tentang kejadian memalukan itu kembali berputar di kepalanya. Saat Yummi, gadis yang tak dikenalnya, dengan berani menamparnya di depan banyak orang. Rasa malu dan marah bercampur aduk dalam dirinya. Ia tak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Egonya terluka parah. Ia masih menyimpan dendam pada gadis itu.
"Kak, kenalin, ini Yummi, sahabatku sejak SMA. Dan Yummi, ini kakak kesayanganku, Alex," ucap Riana riang, tanpa melepas pelukannya pada Alex. Ia tak menyadari ketegangan yang terjadi di antara kakak dan sahabatnya. Riana begitu bersemangat memperkenalkan dua orang yang ia sayangi. Ia berharap mereka bisa akrab dan menjadi teman baik.
Mereka berdua, Yummi dan Alex, kompak terdiam membisu. Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir mereka. Hanya tatapan tajam dan penuh arti yang saling beradu. Suasana menjadi canggung dan menegangkan. Riana, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, masih asyik bercerita tentang masa SMA mereka.
Tak berapa lama, Nyonya Orlando, ibu Alex dan Riana, meminta semuanya untuk makan siang. Awalnya, Yummi hendak menolak dengan sopan, dengan alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia merasa tak nyaman berada di satu meja makan dengan Alex. Namun, Riana dengan tegas menahannya.
"Mimi, katanya kamu kangen aku ayoklah kita makan siang bareng kapan lagi coba please ya." ucap Riana dengan nada manja.Ia sudah lama merencanakan untuk menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu.
"Tapi, Na ..." Yummi bingung. Ia tak tahu harus bagaimana menjelaskan situasinya pada Riana.
"Aku tak butuh penolakan," tegas Riana, menunjukkan bahwa ia tak akan menerima penolakan dari Yummi.
"Oke, demi kamu," jawab Yummi pasrah. Ia tahu bahwa Riana tak bisa ditolak. Ia hanya bisa berharap makan siang ini berjalan lancar tanpa ada masalah.
Mereka makan dengan diiringi dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring. Suasana hening mencerminkan makan siang yang hikmat, namun di balik keheningan itu, tersimpan ketegangan yang tak terucapkan antara Yummi dan Alex. Sesekali, tatapan mereka bertemu, namun segera dialihkan. Setelah 30 menit, mereka selesai makan.
Yummi berdiri untuk membantu membersihkan piring kotor, sikap yang tertanam sejak kecil. Namun, niat baiknya dihentikan oleh Maminya Alex.
"Jangan, ini tugas asisten rumah tangga," katanya dengan halus dan ramah. Ia tak ingin Yummi repot-repot membersihkan piring.
"Ah ... tapi, Nyonya ..." Ucapan Yummi terpotong oleh Alex yang tiba-tiba menyela..
"Jiwa pembantu," jawabnya pelan, namun masih terdengar oleh Yummi dan ibunya. Kata-kata sinis itu seperti tamparan keras bagi Yummi. Ia merasa direndahkan oleh Alex.
"Alex! Kamu tidak sopan sekali!" bentak Maminya tegas, namun tetap lembut. Ia tak suka dengan sikap putranya yang kasar terhadap Yummi.
"Sudahlah, Nyonya, tidak apa-apa. Terima kasih untuk makan siangnya," ucap Yummi dengan sopan, mencoba mengabaikan perkataan Alex. Ia tak ingin memperpanjang masalah.
"Sama-sama, Sayang. Kamu panggil Tante atau Mami saja, jangan Nyonya, ya," jawab Mami lembut. Ia merasa nyaman dengan Yummi.
"Ah ... iya, Nyon– eh, Tante," jawab Yummi sedikit gugup. Ia masih terkejut dengan kejadian tadi.
Setelah makan, Riana pergi beristirahat, begitu juga dengan Alex. Tinggallah ibu Alex dan Yummi di ruang makan. Mereka mengobrol sebentar sebelum Yummi pamit pulang. Ibu Alex terkesan dengan kesopanan dan kebaikan hati Yummi. Ia merasa Yummi berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah ia temui.
Sementara itu, di kamarnya, Alex masih memikirkan kejadian di meja makan tadi. Ia merasa bersalah telah bersikap kasar terhadap Yummi. Namun, ia juga masih kesal dengan kejadian di masa lalu. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.
Di kamar kedap suara, Alex mengamuk, melempar barang dan memecahkan vas bunga karena marah pada Yummi. Napasnya memburu, ia mengumpat penuh amarah, membanting lampu meja, merasa dikhianati. Lelah, Alex menelpon seseorang untuk mencari informasi tentang Yummi, teman wanita Riana, mengancam akan membalas dendam. Ia berjalan, merencanakan balas dendam, bertekad menghancurkan hidup Yummi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Awi Ciwy
jgn blng bnci lex ntar dbkin cnta am author
2020-10-31
0
Erna Wati
lanjut
2020-10-01
0
henny barutressy
Alex kok ganass gt,....
2020-08-20
0