"Tuan Lu, saya akan memeriksa keadaan Anda sekarang."
"Apa kita berdua sudah pernah bertemu sebelumnya?" tanya Rey memastikan. Jessica mencoba mengingat-ingat kemudian menggeleng.
"Saya rasa belum. Memangnya ada apa, Tuan Lu, bertanya seperti itu?" tanya Jessica penasaran.
"Bukan apa-apa. Hanya saja suaramu tidak terdengar asing di telingaku. Aku pikir pernah bertemu denganmu sebelumnya, tapi sepertinya itu hanya perasaanku saja."
"Bibi cantik, kapan Papa Laurent bisa pulang?" Lalu tatapan Jessica bergulir pada Laurent.
"Mungkin minggu depan. Luka-luka Papa Laurent lumayan parah dan membutuhkan perawatan yang intensif, apalagi cidera pada mata kirinya. Jadi, Laurent harus lebih bersabar lagi, ya."
Laurent langsung menekuk wajah sedihnya setelah mendengar penjelasan Jessica. "Itu artinya Laurent harus tinggal dengan Mama saja. Laurent tidak mau, Laurent tidak ingin ditindas lagi olehnya. Mama sangat mengerikan." Kedua mata Laurent kembali berkaca-kaca dan siap menetes.
Melihat hal itu membuat hati Jessica seperti diremas. Wanita itu menghampiri Laurent kemudian berlutut di depannya. "Atau begini saja, selama Papa Laurent masih dirawat di rumah sakit, bagaimana jika Laurent tinggal bersama Bibi dan Kevin? Bibi tidak merasa keberatan. Bagaimana?"
"Apa Papa mengijinkannya? Laurent, tidak mau jika Papa tidak mengijinkan." Lalu pandangan Laurent bergulir pada Rey yang juga menatapnya.
"Tuan Lu, saya harap Anda bisa mengijinkan Laurent untuk tinggal bersama saya sementara, setidaknya sampai Anda keluar dari sini." Jessica mencoba membujuk Rey agar dia mengizinkan putrinya tinggal bersamanya sementara waktu.
"Apa tidak terlalu merepotkan, Dokter? Aku takut jika bocah ini sampai membuat masalah dan membuatmu kerepotan." Rey merasa tidak enak.
"Tidak, Pa. Laurent janji tidak akan nakal apalagi membuat Bibi cantik sampai kerepotan. Boleh ya, Papa? Ijinkan Laurent tinggal bersama Bibi cantik, ya. Bibi cantik sangat baik dan hangat dan Laurent sangat menyukainya. Papa... Laurent mohon." Laurent mulai menangis, memohon agar Rey mengijinkannya.
Rey mendesah berat, sepertinya dirinya memang tidak memiliki pilihan selain mengiyakannya.
"Baiklah, Papa izinkan, tapi dengan satu syarat. Laurent tidak boleh nakal apalagi membuat repot Bibi Dokter." Laurent mengangguk dengan antusias, dia terlihat begitu bahagia karena Rey mengizinkannya.
Rey tidak pernah melihat Laurent bersikap seperti ini sebelumnya. Dia paling tidak bisa dekat dengan wanita manapun, termasuk Tiffany yang notabene adalah ibu kandungnya. Tapi anehnya, Laurent menunjukkan sikap yang berbeda sejak pertama kali bertemu dengan Jessica.
Rey benar-benar merasa aneh, tapi dia juga tidak ingin berpikir macam-macam. Mungkin saja hal itu terjadi karena kehausan Laurent akan kasih sayang dan pelukan seorang ibu yang tidak pernah dia dapatkan dari Tiffany.
"Aku akan meminta seseorang untuk mengantarkan semua kebutuhan Laurent ke rumahmu, seperti pakaian dan kebutuhan lainnya," ucap Rey yang segera dibalas anggukan oleh Jessica.
BRAKKK...!!
"Boss!" Dobrakan pada pintu dan teriakan keras seseorang membuat semua orang di dalam ruangan itu nyaris terkena serangan jantung dadakan. Terlihat Chan menghampiri Rey dengan raut panik penuh kecemasan.
"Bo-Boss, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Memangnya siapa yang berani melakukan hal ini padamu? Katakan padaku, aku pasti akan menghajar orang itu untukmu!" tanyanya penasaran.
"Tidak ada. Semua yang menimpaku murni kecelakaan. Dan apakah kau sudah bosan hidup, Chan? Jika benar, kau hanya tinggal pilih ingin mati dengan cara apa: ditembak atau dimutilasi? Aku memberimu kebebasan untuk memilih." Ucap Rey dengan nada rendah tapi terdengar begitu berbahaya.
Keringat dingin langsung meluncur di pelipis Chan. "Amit-amit tujuh turunan, aku tidak ingin semuanya. Oya, Boss, siapa nona cantik ini? Apakah dia seorang dokter di rumah sakit ini? Bisa dong kita berkenalan?" Chan mencoba menggoda Jessica yang belum beranjak dari sana. "Perkenalkan, Nona Dokter, nama saya adalah...!"
Plakk...!
Tangan Chan segera ditepis oleh Laurent yang kini berdiri di depan Jessica sambil merentangkan kedua tangannya. "Paman Tiang, kau jangan coba-coba menggoda Bibi cantik karena Bibi cantik sudah Laurent jodohkan dengan Papa, jadi jangan macam-macam!" Ancam Laurent dengan bersungguh-sungguh, dan ucapan polosnya membuat Rey tersedak air putih di dalam mulutnya.
"Pa-Papa, kenapa? Kenapa Papa terus batuk-batuk? Apakah ada yang sakit?" Panik Laurent.
Rey menggeleng, meyakinkan putrinya bahwa dirinya baik-baik saja. Kemudian Rey meminta supaya Jessica membawa gadis kecil itu pergi dari sana sebelum putrinya semakin banyak bicara yang tidak-tidak. Rey sungguh merasa tidak enak pada Jessica karena ucapan putrinya, dan Rey tidak pernah berpikir bahwa Laurent akan mengatakan kalimat seperti itu di depan Jessica.
"Apa yang kau tertawakan, tiang gila?!" sinis Rey.
Buru-buru Chan menggeleng. "Mulai malam ini, Laurent akan tinggal bersama Dokter Jessica selama aku berada di rumah sakit. Pergilah dan antarkan mereka pulang, penuhi semua kebutuhan yang Laurent butuhkan selama dia berada di sana. Aku tidak bisa membiarkan putriku tinggal dengan rubah betina itu selama aku masih di sini."
"Oke, Boss. Bukan perkara yang sulit. Kalau begitu, aku pergi dulu." Dan selanjutnya sosok Chan sudah menghilang di balik pintu, menyisakan Rey seorang diri di dalam ruangan tersebut.
****
Kevin benar-benar merasa tidak habis pikir dengan mamanya. Bagaimana bisa dia membawa pulang anak orang yang jelas-jelas dia masih memiliki keluarga? Bukan apa-apa, hanya saja Kevin merasa keberatan ada orang asing menginjakkan kaki di rumahnya, apalagi sampai numpang tidur.
Jessica mencoba membujuknya tapi tentu itu tidak mudah mengingat bagaimana arogannya sikap Kevin.
"Ma, kenapa kau harus membawa bocah pendek ini ke rumah ini untuk tinggal bersama kita? Bukankah dia masih punya keluarga dan lagi pula dia bukan siapa-siapa kita, dia hanya orang asing jadi sebaiknya usir saja." Pinta Kevin yang secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Laurent.
"Kenapa malah kau yang keberatan aku di sini? Lagi pula Bibi cantik sendiri yang mengajakku pulang ke rumah ini, bahkan dia memohon dan meminta izin pada Papa supaya dia mengizinkannya. Jadi kau tidak akan bisa mengusirku. Aku sangat menyukai Bibi cantik dan aku ingin selalu dekat dengan dia."
"Kenapa kau harus menyukai mamaku?"
"Karena dia cantik, dan orang cantik harus disukai. Seperti aku, aku ini cantik dan imut, jadi kau harus menyukaiku."
Kevin bergidik. "Mengerikan. Aku sedikit heran, jelas-jelas kau dan mamaku tidak memiliki hubungan apapun, tapi bagaimana bisa ada begitu banyak kemiripan di antara kalian berdua? Sangat tidak masuk akal." Kevin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan pergi begitu saja.
Jessica hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap putranya. Semakin lama, mulutnya semakin tajam dan berbisa.
'Aku tidak tahu, bibit seperti apa yang tertanam di rahimku sembilan tahun yang lalu, sampai-sampai aku harus melahirkan anak yang bermulut tajam dan memiliki sifat sedingin kutub utara sepertinya?'
Tanpa sepengetahuan Jessica, Kevin pergi ke rumah sakit untuk menemui Rey. Dia akan meminta langsung pada laki-laki bermarga Lu tersebut agar menarik putrinya untuk pulang. Kevin pergi dengan menggunakan taksi dengan ditemani Sunny.
Decitan suara pintu dibuka dari luar mengalihkan perhatian Rey dari layar laptop yang ada di pangkuannya. Mata kanannya memicing melihat kedatangan Kevin di sana.
"Kau putra Dokter Astoria, kan? Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau mencarinya?" tanya Rey tanpa basa-basi.
"Tidak, Mama sudah pulang dan aku ke sini karena ingin meminta satu hal pada paman, dan ini mengenai putrimu yang cerewet itu."
"Memangnya ada apa dengan Laurent? Apa dia membuat masalah selama tinggal bersama kalian?" Kevin menggeleng. "Lantas?"
"Aku langsung saja pada intinya. Bisakah paman membawa putri paman itu pulang? Jujur saja, aku merasa tidak nyaman tinggal satu atap dengan orang asing, dan aku tidak menjamin jika putrimu akan baik-baik saja karena dirawat oleh wanita payah seperti Mama. Mamaku sangat payah dalam segala hal, dia tidak bisa melakukan apapun pekerjaan di rumah apalagi memasak. Jadi bagaimana dia akan memberi makan untuk putrimu itu?"
Rey kembali memicingkan matanya. Melihat sifat Kevin mengingatkan Rey pada dirinya saat berusia delapan tahun. Sifat Kevin 11-12 dengan dirinya pada saat itu. Dan seperti Kevin, Rey paling tidak bisa tinggal satu atap dengan orang asing, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk dirinya bisa terbiasa dan menerima kehadiran orang asing disekitarnya.
"Jadi karena masalah itu kau datang menemuiku malam-malam begini?" tanya Rey, Kevin mengangguk.
Rey memegang bahu Kevin dan mengunci iris matanya. "Dengarkan, Nak! Tidak semua orang yang berada di dekatmu itu buruk. Paman pernah berada di posisimu dan sama sepertimu, Paman menolak semua orang yang ada disekitar Paman karena Paman merasa tidak suka pada mereka. Tapi akhirnya Paman sadar, jika Paman tidak bisa selamanya hidup sendirian dan membutuhkan orang lain agar bisa berdiri dengan tegap."
"Mungkin butuh waktu tapi kau akan terbiasa. Dan masalah makanan selama Laurent tinggal di sana, kau tidak perlu cemas. Aku akan meminta orang rumah agar mengirimkan makanan ke rumah kalian. Sebaiknya sekarang kau pulang, pasti Ibumu sangat mencemaskanmu."
Jika saja saat ini Lee Chan berada di sana dan mendengarkan apa yang Rey katakan, pasti dia akan berteriak histeris mendengar Rey bisa bicara sepanjang itu.
Jika biasanya dia bersikap dingin, angkuh dan arogan, tapi malam ini dia begitu bijak dan penuh kelembutan saat berbicara dengan Kevin meskipun sorot matanya tetap datar.
Kevin mendesah berat. "Baiklah Paman, aku akan pergi sekarang. Aku hargai nasehatmu dan aku tidak akan mengusir putrimu." Kemudian Kevin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan pergi begitu saja.
Rey mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan segera menghubungi seseorang."Susul bocah laki-laki yang baru saja meninggalkan ruangan inapku, dan antarkan dia pulang." Pinta Rey lalu memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.
Rey menekan dada kirinya. Entah kenapa dia merasakan debaran aneh saat menatap mata Kevin, ada sesuatu dalam diri Kevin yang membuat Rey memiliki perasaan sayang padanya sejak pertama kali menatap mata hitamnya.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
guntur 1609
yabialah. darah llebih kental dr pada air
2023-11-30
1
Diana Lestari Purba Dasuha
kapan d persatukan nichh...sikembar tdk ada ikatan batin kah....
2021-10-08
0
Elazmi Puji
kpn Rey tahu kalau Tiffany selama ini udah bohong
2021-09-26
0