"Ampun Ayah!" teriak Stella ketika sang ayah mendorongnya masuk ke dalam ruangan. Tanpa ampun, Pak Jovan langsung melepaskan ikat pinggangnya dan mulai meluapkan emosinya pada Stella.
Jovan seakan tuli, ia terus memukul, menampar bahkan menendang sang putri tanpa ampun.
"Katakan dengan siapa kamu tidur?"
Berapa banyak pria yang menidurimu?" Jovan mencengkeram pipi Stella.
Bagaimana menjawab, Stella tak sekalipun diberi kesempatan untuk mengeluarkan suaranya. Jovan terus saja menamparnya. Melampiaskan kekesalannya. Menuangkan amarahnya. Tanpa peduli apakah sang putri bersalah atau tidak. Jovan sungguh egois.
Jeritan kesakitan Stella seakan tak sampai di telinga pria ini. Ia terus saja memukul, menampar bahkan tak segan menendang Stella. Kini wanita malang ini terkapar. Sabetan ikat pinggang seakan sudah tak berasa. Yang ia rasakan saat ini hanya sakit hati. Sakit hati pada orang-orang yang mengintimidasinya tanpa mau mendengar penjelasannya.
Bayangan ia pernah diperlakukan seperti ini di masa lalu tiba-tiba melintas. Pengalaman masa kecil, ketika ia pernah menggores mobil sang ayah terulang. Disiksa tanpa belas kasih. Kedua tangannya dihajar menggunakan rotan tanpa ampun. Kejadian sebelas tahun yang lalu kini terulang, tetapi lebih parah. Sangat-sangat parah. Tanpa seorang pun menolongnya.
Stella tak mampu lagi menggerakkan tubuhnya. Yang ia rasakan saat ini hanya sakit dan sakit. Namun tak bisa bergerak. Stella lemas tak berdaya.
***
Di depan pintu tempat Stella diintimidasi oleh sang ayah, ada sang ibu yang terus saja menangis. memohon agar sang suami menghentikan siksaannya. Membiarkan Stella memulihkan mentalnya. Bu Anti yakin, jika Stella sudah bisa menerima dan memahami keadaannya, ia pasti bisa menjelaskan semuanya sendiri. Tampa perlu disiksa. Percuma, mau disiksa sampai matipun kalau dia belum bisa menguasai diri, pasti akan tetap diam.
"Sudah, Yah jangan pukul lagi!" teriak Ibu Anti sambil menggedor pintu ruangan itu.
Tak lama berselang, Pak Jovan membuka pintu ruangan itu dan menarik paksa tangan Stella. Keadaan Stella sungguh memprihatinkan. Wajahnya penuh dengan luka, lengan dan kakinya merah semua. Bu Anti yakin jika sang suami pasti memukuli Stella menggunakan ikat pinggang.
"Brengsek! kamu apakan putriku!" teriak Bu Anti ketika tahu tubuh Stella digeret tanpa belas kasih.
Pak Jovan tak peduli, ia terus saja menarik tangan Stella tanpa ampun. Sedangkan Stella terlihat setengah sadar. Antara ingin melawan namun tak mampu. Seperti mati rasa,melayang seperti tak memiliki raga. Tak lama berselang Stella pun pingsan.
"Kamu bukan manusia, Jovan!" teriak Ibu Anti.
"Putri jalangmu ini memang pantas mati, kau tahu," jawab Pak Jovan tanpa dosa.
"Dia ini putri kandungmu, Jovan. Kamu keterlaluan. Harusnya kita cari tahu kebenarannya, bukan menghakiminya tanpa bukti. Kamu jahat Jovan! Jahat! Dasar iblis!" teriak Bu Anti sembari memangku Stella dan berusaha membuat wanita malang ini sadar.
"Heh, bukti apa lagi. Kami pria tahu mana yang masih orisinil dan bekas pakai. Aku tak akan peduli pada siapapun yang berani menginjak harga diriku termasuk putri jalangmu ini. Awas minggir!" Pak Jovan mendorong tubuh sang istri dan membopong tubuh kurus Stella. Membawanya keluar dan memasukkannya ke dalam mobil. Bu Anti segera bangkit, dan berlari mrncrgah sang suami membawa putrinya. Sebab, ia tahu pria tak berperasaan itu pasti akan menghabisi Stella.
"Jovan! Jovan! Kamu mau membawanya kemana brengsek!" teriak Bu Anti sambil menggedor kaca mobil di mana sang putri berada. Namu sayang, Jovan tak mendengarkannya. Tanpa berpikir lagi, pria paruh baya ini langsung melajukan kendaraannya ke tempat yang ia inginkan.
Di sisi lain, Bu Anti langsung mencari kunci mobilnya dan berniat mengejar pria itu, tentu saja ia tak ingin kehilangan sang putri. Baginya cukup sampai disini batas kesabarannya menghadapi sikap semena-mena Jovan. Ia hanya ingin putrinya. Hanya putrinya.
Setelah mendapatkan mobil, Anti langsung berusaha mengejar sang suami. namun sayang ia kehilangan jejak.
***
Apa yang dipikirkan Anti benar, bahwa Jovan memang membuang Stella. Pria tak punya hati ini meninggalkan Stella di pinggir jalanan yang jarang dilewati orang. Baginya hukuman ini memang pantas untuk wanita yang tak bisa menjaga harga dirinya.
Stella membuka matanya ketika mendengar mobil sang ayah melaju. Air mata kehancurannya keluar begitu saja tanpa ia minta. Stella ingin bangun, namun seluruh tubuhnya terasa lemas. Tulang-tulangnya serasa tak berfungsi.
Wanita malang ini tersenyum dalam tangisnya. Akhirnya ia bebas dari orang-orang bodoh yang mengingkarinya. Stella berjanji dalam hati, tak akan pernah lagi menginjakkan kakinya pulang ke rumah orang tuanya. Meskipun mereka memohon. Hati Stella telah hancur. Ia tak menyangka, orang tuanya sendiri tak mempercayainya. Malah memeprlakukan dirinya lebih parah dari Zein. Pria yang membakar nasibnya hingga menjadi abu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Amalia Khaer
benar2 bukan Manusia
2023-05-23
0
Dewi Soraya
itu bkn ayah tp iblis jgj pernh anggap itu ayahmu lg
2022-11-06
0
Nana
sabar ya Ste
2022-10-28
0