Tangisan seorang wanita yang kini meringkuk sendiri di ranjang pengantin tanpa pasangan terdengar menyayat hati. Dialah Stella. Wanita yang baru saja melaksankan kewajibannya sebagai seorang istri, namun ketidakpercayaan sang suami menghancurkan hatinya. Bukan hanya hatinya, kini wanita ini juga merasa dirinya hina, sangat-sangat hina. Stella tak tahu di mana letak kesalahannya hingga dia dihakimi seperti seorang penjahat.
Stella sudah memohon, meminta pada sang suami agar memikirkan lagi keputusannya. Sayangnya permintaannya tersebut tak dihiraukan oleh Zein.
Sampai pagi menjelang, Zein masih belum kembali ke kamar pengantin mereka.
Dengan sisa tenaga yang ia milikki, Stella memutuskan merapikan barang-barangnya. Karena sebentar lagi mereka harus cek out. Seharusnya, hari ini ia dan Zein dijadwalkan berangkat ke Jepang untuk bulan madu. namun sayang, bulan madu impian yang Stella nanti tak bisa menjadi kenyataan dan wanita ayu ini tak bisa berbuat apa-apa.
Stella bukan wanita yang tak bertanggung jawab. Meskipun secara agama ia sudah bukan lagi istri Zein namun secara hukum masih. Ia pun merapikan semua barang-barang milik pria yang sangat ia cintai. Agar tak ada yang tertinggal ketika mereka keluar hotel.
Ketika ia melipat baju bekas pakai Zein, entah mengapa hatinya tergerak untuk mencium baju itu. Entah ini adalah salam perpisahan atau apa, Stella tak tahu. Yang jelas, wanita ini tahu bahwa ia pasti akan merindukan aroma ini. Terlepas dari sudah berakhirnya hubungan mereka. Karena sampai talak itu terucap, hati Stella masih utuh menjadi milik Zein.
Sayangnya masalah kembali muncul ketika tanpa mengentuk pintu Zein masuk ke dalam kamar. "Ngapain kamu menyentuh barang-barangku. Sudah kubilang kamu tak berhak lagi menyentuh barang-barangku!" ucap Zein dari belakang tubuh Stella. Tanpa menjawab sepatah kata pun Stella meletakkan baju Zein di atas koper yang terbuka.
"Rapikan barang-barangmu, aku akan mengantarmu pulang!" ucap Zein lagi. Stella sudah menduga ini, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. JIka ini memang pilihan Zein, apa hendak dikata.
"Pengacaraku akan melaporkan pembatalan pernikahan kita, tidak akan ada sidang karena kita telah sepakat. Setelah aku mengembalikanmu pada orang tuamu, aku harap jangan pernah mengusik kehidupanku lagi. kamu mengerti Stella," ucap Zein.
Rasanya, otak Stella sudah penuh. Tak mampu lagi menerima ucapan atau apapun. Ia hanya bisa diam dan diam. Tak sanggup rasanya ia berpikir untuk menguraikan kata. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah mengikuti keinginan Zein. Menuruti keinginan pria ini. Percuma ia melawan. Percuma ia berusaha membela diri. Yang ada hanya akan memperpanjang masalah. Yang terjadi biarlah terjadi. Jika ia dan Zein tak berjodoh, mau ia menangis sampai air matanya kering pun tak akan bisa bersama. Lagian, Stella juga tak bisa hidup dengan pria yang tak mempercayainya.
Stella mengambil tas tangannya dan juga koper miliknya. Sebelum melangkah keluar dari kamar, tak lupa Stella melepaskan cincin kawin dan juga buku nikah miliknya. Meletakkannya di nakas tanpa berani melihat ke arah pria yang tak mampu ia benci. Stella berusaha keras menjaga pandangannya. Ia tak ingin sekalipun menatap wajah Zein. Wajah pria yang tak mampu ia milikki. Perpisahan yang sangat menyakitkan. Sangat-sangat menyakitkan. Bagaimana tidak? hari ini harusnya menjadi hari bahagia buat mereka. Namun takdir berkata lain, hari ini malah menjadi hari duka baginya. Perpisahan yang tak pernah hadir dalam bayangannya, tapi malah hadir dalam kehidupan nyata. Kurang hancur bagaimana hati wanita malang ini.
"Aku tidak mengambil kembali barang yang sudah kuberikan," ucap Zein ketika tahu Stella melepaskan cincin kawin mereka. Zein tahu jika Stella mau mengembalikan barang tersebut.
Stella dilema. Sebab ia sendiri pun tak bisa menyimpan benda ini. Stella takut tak mampu melupakan Zein. Takut tak bisa mengubur kenangan bahagia bersama Zein. Stella takut tak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak menemui Zein. Namun, ia juga tak ingin menyulut emosi pria yang pernah mengukir cinta di hatinya. Akhirnya Stella pun mengambil kembali cincin itu dan memasukkannya ke dalam tas tangannya. Setelahnya ia pun menarik kopernya keluar kamar. Disusul Zein.
Di dalam lift, Stella masih tak bisa mengeluarkan suara. Masih sama dengan keadaanya ketika ia mendengar talak yang Zein berikan padanya. Kosong, seperti tak bernyawa.
Bukan hanya Stella, Zein pun sama. ia hanya bicara seperlunya. Mereka sama-sama diam. Sebaba zein sangat muak dengan wanita yang kini ada di sampingnya. Baginya kebohongan Stella tak bisa di maafkan. Namun, Zein bukanlah pria yang tak bertanggung jawab. Ia meminta Stella baik-baik maka ia pun bermaksud mengembalikan wanita ini dengan baik-baik pula. Zein hanya berharap, setelah ini tak ada masalah lagi antara mereka termasuk keluarga.
Zein tak mengizinkan asistennya mengantarkan mereka. Kali ini ia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. Tak ingin ada seorang pun ikut campur.
Masih tak ada perbincangan di antara mereka. Diam hanya diam sampai mobil yang Zein kendarai masuk ke halaman rumah Stella. Zein memarkirkan mobilnya dengan sempurna kemudian ia pun membuka kasar pintu mobil dan membantingnya dengan kasar.
Waktu terburuk dalam hidup Stella telah datang. Dengan kasar Zein pun meraih tangan Stella. menari tangan wanita ini hingga ia hampir jatuh. Namun tetap tak ada suara keluar dari mulut wanita ini, ia pasrah meskipun ia mati hati ini.
Zein mengetuk pintu. Tak lama seseorang pun membukakan pintu untuknya dan Stella. Sang ibu yang menyambut mereka. Dengan senyum ramah ia pun membuka pintu rumahnya.
"Eee, pengantin baru. Loh, kok pulang? Ada yang ketinggalan?" tanya Bu Anti menyapa menantu dan putri kesayangannya.
Zein dan Stella tak menjawab. Namun Zein langsung masuk dan menarik tangan Stella, serta mendorong tubuh wanita ini hingga ia hampir terjatuh.
"Jawab pertanyaan ibumu, kenapa kita tak jadi berangkat!" suruh Zein kasar.
Melihat sang putri diperlakukan tak manusiawi, Bu Anti pun kembali bertanya," Ada apa Ste?" Bu Anti mendekati sang puti. Ditatapnya wajah sang putri yang pucat seakan tak bernyawa.
"Katakan putriku, jangan takut!" desak Ibu Anti. Ia sangat paham dengan sikap Stella yang selalu diam di kala ia tertekan.
"Aahhh lama!" bentak Zein. Pria ini kembali tak bisa mengendalikan amarahnya.
Suara Zein terdengar sampai kamar di mana ayah Stella berada. Dengan cepat pria paruh baya ini pun menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" tanya Pak Jovan, ayah Stella.
"Maaf Om, saya ingin membatalkan pernikahan saya dengan putri anda. Karena putri anda adalah seorang pembohong. Dia sudah tak suci lagi, entah dengan siapa ia melakukannya. Yang jelas bukan dengan saya dan itu sebabnya saya kembalikan dia pada anda. Saya tak sudi punya seorang istri yang tak bisa menjaga martabatnya. Maafkan saya Om" ucap Zein tanpa ragu.
Mendengar ucapan Zein. Kedua orang tua Stella shock. Terutama Pak Jovan, tentu saja ia merasa Stella memberikan kotoran ke wajahnya. Pria paruh baya ini langsung naik pitam. Ia langsung mendekati Stella dan mencengkeram lengan wanita rapuh ini. "Katakan! Siapa yang melakukannya?" tanya Pak Jovan
Stella tak bisa berucap, hanya air mata yang tiba-tiba mengalir tanpa sanggup ia cegah lagi.
"Katakan pada Ayah, Ste. Siapa yang melakukannya?!" teriak Pak Jovan
Stella masih tak bisa menjawab. Darah Pak Jovan semakin mendidih, ia pun menarik tangan sang putri dan membawanya ke sebuah ruangan.
Zein tersenyum dalam hati. Namun tidak dengan Bu Anti, sebab wanita ini tahu apa yang bakalan terjadi pada Stella. Putrinya ini pasti akan mendapatkan siksaan yang teramat sangat pedih. Bu Anti tahu betul bagaimana kejamnya sang suami. Ia tak akan mengampuni siapapun yang berani menginjak harga dirinya. Termasuk dirinya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Amalia Khaer
jahatnya. seenaknya menghakimi sndiri. tanpa harus tau alasan yg sbenarnya. pdhal dia seorg Ayah loh. knpa tdk beri waktu untk Stella menenangkn diri?? apa mereka buta tdk melihat betapa tertekannya Stella. bener2 mantan mantu dan mantan mertua cuma bisa mengandlkan emosi sja. semoga cpt bahagia Stell. keluar gih dri keluarga toxicmu itu.
2023-05-23
1
Nana
tunggu karma mu Zain. saat waktu itu tiba aq yg akan bertepuk tangan paling keras
2022-10-28
0
Fhebrie
pengen aku cakar tuh si zein tega banget
2022-07-17
0