Keesokan paginya Alya bangun dengan keadaan badan lemas dan kepalanya sedikit pusing, itu di karenakan efek kelelahan akibat perjalanan jauh antara Korea-Indonesia. Ditambah, semalam ia juga di ajak begadang oleh kedua sahabatnya untuk menonton film.
dia menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya mengumpulkan nyawa, setelahnya ia pun melirik ke samping. disana kedua sahabatnya masih tertidur pulas, kemudian menoleh ke jam dinding yang sudah menunjukkan jam 7 pagi.
Hari ini adalah hari pertamanya masuk kampus, semalam Selena sudah menjelaskan bahwa besok pagi mungkin dia akan langsung menjalani pelajaran.
Maka dari itu Alya bangun pagi kali ini, karena menurut jadwal yang dia terima pelajarannya akan mulai jam 8 nanti. Dan akan selesai ketika jam makan siang, itu pun dia jalani dengan dua kelas dengan mata pelajaran yang berbeda.
Walaupun alya sendiri masih merasa lelah dan pengen istirahat seharian, namun ia tetap memaksakannya. Rencananya setelah urusan kuliah selesai, dia akan langsung pulang dan tidur sampai malam.
Gadis itu pun bangkit dari pembaringannya, berjalan menuju kamar mandi yang sudah ada di dalam kamarnya.
Sekitar 30 menit kemudian Alya kembali keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya sampai ke batas dada, rambutnya dia Cepol atas sehingga memperlihatkan leher dan bahu putih mulusnya. kemudian berjalan menuju lemari, dan mulai berpakaian.
di sela-sela alya sedang berganti pakaian, arina bangun. gadis itu menatap sekeliling yang terasa asing baginya, sambil tangannya menggaruk-garuk kepalanya. wajarlah, nyawanya masih setengah.
“udah bangun Lo, ada kuliah gak hari ini?” tanya Alya, begitu menyadari salah satu sahabatnya sudah bangun.
Ia jalan mendekati ranjang, dan sudah berpakaian lengkap dengan gaya sederhana. Celana jeans panjang warna hitam dan kaos polos warna coklat tua, di padukan dengan sweater rajut warna pink.
seakan tersadar, arina menjawabnya dengan suara seraknya.
“gak ada, tapi gue harus pergi kerja.”
“oh ya udah cepetan sana mandi, masuknya jam berapa?”
“emm.. jam sembilan.”
“terus Jessica?”
“gak tahu! Lo tanya aja sama dia, gue mau mandi.” Arina bangun dari kasur dan masuk kamar mandi, setelah sebelumnya merebut handuk yang tadi Alya pakai.
“gimana mau nanya, orang anaknya aja masih tepar!” gerutu Alya pelan, matanya menatap Jessica yang masih tertidur pulas.
Sambil menunggu sahabat satunya bangun, Alya memilih untuk berdandan. Merias rambut panjangnya sesederhana mungkin, begitu pun dengan riasan makeup wajahnya.
Alya memang tak suka dandan yang terlalu mencolok, apalagi sampai menor. gaya pakaiannya selama ini pun tak pernah berubah, selalu memakai baju simple dan oversize.
makanya dia selalu di anggap gadis cupu dan ketinggalan jaman oleh para teman sekolahnya, ditambah dengan sifatnya yang agak pemalu.
Padahal jika Alya sudah berdandan optimal dan memakai pakaian modis, tentu saja aura kecantikannya akan mengalahkan wanita di luaran sana.
Namun sayangnya Alya tak pernah melakukan itu, dia akan berdandan jika di haruskan datang ke suatu acara penting. Selebihnya, dia akan terlihat biasa saja.
Dirasa sudah cukup, Alya jalan ke arah meja belajar dan meraih tas dan beberapa buku tebal yang entah apa saja. kemudian berlalu keluar kamar.
Namun sedetik kemudian dia kembali masuk kamar, berjalan ke arah ranjang dan membangunkan Jessica. namun gadis itu hanya menggeliat, dan kembali tertidur.
Alya tak menyerah, dia mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya itu. tapi tetap saja gadis itu lagi-lagi hanya bergeliat, dan kembali tidur.
‘dasar kebo!’
Alya melirik jam tangannya, sudah setengah delapan.
Ia terpekik!
Gawat, Dia hampir telat!
Ia pun jalan cepat menuju kamar mandi, menggedornya dengan cukup keras dan meneriaki nama arina. memberi pesan agar nanti membangunkan Jessica, dan langsung di iyakan oleh sang sahabat.
Setelah itu ia benar-benar berlalu keluar kamar, berjalan menuju dapur untuk sarapan.
Sesampainya disana Alya melihat kakaknya sudah duduk di meja makan, sedang menikmati sarapannya sambil bermain ponsel.
“Pagi kak.” sapanya pada sang kakak, kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi tepat di depan Selena.
“Pagi juga.” balasnya sambil tersenyum, Di letakkannya benda pipih itu di samping piringnya, lalu menatap sang Adik.
“dimana teman-temanmu?” tanyanya.
“arina lagi mandi, kalo Jessica masih tidur!”
Selena manggut-manggut.
“Hari ini kakak hanya bisa anterin kamu aja yah, soalnya nanti siang kakak ada janji ketemu sama orang dan mungkin sampai malam. tapi kamu tenang aja, kakak udah telpon dekan kalau hari ini kamu bisa masuk. gak apa-apa kan?”
Alya mengangguk. “iya kak, Gak apa-apa.”
“terus nanti pulangnya kakak akan usahakan jemput, nanti kamu kabarin aja.”
“gak usah kak, nanti aku naik kendaraan umum aja.”
“oh, ya sudah. Saldonya masih ada kan?”
Alya mengangguk. “masih kak, aman.”
Setelah itu tidak ada percakapan lagi, mereka sarapan dengan tenang. Begitu selesai, mereka pun berlalu keluar rumah kemudian masuk mobil taksi yang sudah Selena pesan.
...💐💐💐...
1 jam berlalu, kini Selena dan Alya sudah berada di depan gerbang kampus. Dengan segera Alya keluar dari mobil, setelah sebelumnya berpamitan pada Selena.
Alya mulai berjalan memasuki area kampus dengan perasaan tenang. awalnya tak ada aneh, namun saat sudah masuk lorong banyak mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan terkejut dan tak percaya.
Mungkin mereka heran Setelah dua tahun menghilang tanpa kabar, kini dia tiba-tiba kembali muncul.
Ada beberapa mahasiswa yang menatapnya dengan penuh benci, jijik, bahkan ada yang dengan berani mencibirnya.
Namun Alya tak perduli dan tetap berjalan menuju ruang dekan, niatnya datang hanya ingin belajar. Bukan ingin mencari musuh, ataupun cari ribut.
Tidak sama sekali!
namun, tiba-tiba dia mendengar namanya di panggil seseorang..
“ALYA!!”
terdengar suara laki-laki yang membuat langkahnya terhenti, dengan segera dia pun menoleh ke arah suara dan melihat sosok pria tinggi, tampan, berkulit eksotis dan bermata tajam bak elang tengah menatapnya tanpa kedip.
Pria itu berjalan perlahan menghampirinya, dengan ekspresi seperti orang terkejut.
“Lo, beneran Alya kan?”
“I--iya.”
Seketika wajah pria itu langsung berubah, dia pun memeluk Alya sebentar. Yang mana itu membuat si empu mengerjap kaget, pasalnya mereka masih berada di lorong yang ramai oleh mahasiswa lain.
Tentunya kejadian itu membuat semua mata yang memandang di buat shock, terutama bagi kaum wanita yang langsung histeris.
Tentu saja!
Karena pria yang memeluknya adalah salah satu pria famous, dan banyak digilai cewek di kampus tersebut.
“Astaga, Lo kemana aja Al?!” ucap pria itu, yang ternyata adalah dimas.
Dimas baru saja keluar dari ruang laboratorium dan tak sengaja melihat wanita yang mirip dengan Alya melintasi ruangan itu, awalnya Dimas ragu takutnya salah orang tapi untuk memastikan dia pun mengejarnya. Siapa sangka, gadis itu memanglah Alya.
“Ah..” Alya tersenyum kikuk.
“iya selama 2 tahun ini aku tinggal di Korea, ikut kak Lena.”
Dimas mengangguk paham.
“oh begitu, btw Kapan sampainya? Dan Disini sama siapa?”
Dimas akan berubah menjadi cerewet seperti ini hanya pada orang yang dia kenal, salah satunya adalah Alya.
“Tadi malam, emm.. aku datang sama kak lena.” Di akhir kalimatnya suara Alya memelan.
Mendengar nama Selena di sebutkan membuat kedua mata Dimas melebar, pria itu terlihat terkejut. Namun sedetik kemudian dia kembali normal, Dimas tahu betul Alya tak ingin orang lain tahu kalau dirinya adalah adik dari seorang artis.
“Terus disini Lo mau ngapain, kuliah?”
Alya mengangguk.
“Iya, hari ini pertama aku masuk.”
“Berarti Lo bakal stay lama disini?”
“emm.. Sepertinya begitu. Ya udah aku duluan yah, mau ketemu dekan dulu, bye..”
Setelah mengatakan itu Alya langsung berlalu pergi tanpa menunggu jawaban Dimas, pria itu terus menatap kepergian Alya.
Seketika Senyuman khasnya terbit, Hal langka bagi seorang Dimas yang selama ini terkenal dengan wajah datarnya kini menampakkan senyum manisnya dan itu hanya dia berikan pada Alya.
Bahkan saat sedang bersama kekasihnya pun, Dimas hanya memamerkan senyum tipis. Beda halnya saat sudah berhadapan dengan Alya, gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
Tanpa sadar dari arah belakang terlihat Rangga sedang berjalan ke arahnya, matanya menatap Dimas aneh.
“Napa Lo senyum-senyum sendiri, stres?” celetuknya ketika sudah dekat.
Seketika senyuman dimas redup dan di gantikan dengan wajah datarnya, ia menatap Rangga dengan sebal dan tanpa berkata apapun lagi langsung pergi meninggalkannya.
“Lah, gue kok malah ditinggal sih! Kampret bener tuh anak. Woy dim tungguin!” Ujar Rangga, kemudian berlari kecil menyusul Dimas.
tak jauh dari posisi mereka, di balik tembok ada sepasang mata tengah memperhatikan mereka.
“Dia kembali? Hem.. Kayaknya bakalan seru nih kalau Tiara tahu dia udah balik.” ucapnya sambil tersenyum smirk, Kemudian dia berbalik badan dan berlalu pergi dari sana.
...💐💐💐...
Sementara itu di kediaman utama keluarga dirgantara Kevin sedang bersiap-siap pergi, niatnya hari ini akan pergi ke kampus. Ada beberapa jadwal pelajaran yang harus ia ikuti, dan kelasnya di mulai jam 8 nanti.
Setelah semuanya dirasa sudah lengkap, Kevin bergegas keluar dari kamarnya. Menuruni anak tangga dan berjalan ke ruang makan, ia meraih segelas susu putih dan meneguknya hingga setengah. Lalu ia mengambil satu telur rebus, yang memang biasa pelayan siapkan untuknya.
Kevin tipekal orang yang jarang sarapan, biasanya jika di pagi hari dia akan minum susu yang rendah gula dan makan roti atau telur rebus.
“mau rotinya juga den?” tawar salah satu pelayan, dan di jawab Kevin dengan gelengan.
Kevin memakan telur rebus itu dengan sekali suap, dan hal itu membuat kedua pipinya mengembung. Pelan-pelan ia Mengunyahnya dan berakhir kembali meminum susunya kembali hingga habis.
Selepas itu ia berlalu keluar rumah menuju mobilnya, sambil bermain ponselnya.
Tak lama setelah kepergian Kevin, Rafael dan Dylan turun. Kedua pria itu datang ke ruang makan dan duduk di kursi masing-masing.
“dimana Kevin, apa dia belum turun?” tanya Rafael sambil celingukan mencari sosok adik bungsunya.
“tuan muda Kevin sudah turun tadi, dan baru aja pergi.” jawab salah satu pelayan.
“kemana?” tanya Rafael lagi sambil mengernyit.
“ke kampusnya lah, kemana lagi. Nanti siang Lo datang ke kantor aja, biasanya setelah selesai kuliah dia suka datang.” kali ini Dylan yang menjawab.
Rafael yang mendengar itu manggut-manggut, dia pun mulai sarapan.
...💐💐💐...
Kevin jalan cepat ke arah mobilnya yang sudah berada di samping teras, menekan kunci mobilnya hingga terdengar suara klakson dan begitu dekat dia pun langsung masuk.
Drrttt..
Namun saat ingin menyalakan mesin, ada satu pesan masuk ke ponselnya. Kevin melihatnya, disana tak ada nama kontaknya. Hanya ada deretan nomor tak dikenal dengan foto profil gambar tengkorak kepala manusia.
Ibu jarinya menekan notifikasi itu yang langsung mengarah ke aplikasi WhatsApp-nya, dan isi pesannya pun terbuka.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan membuat Kevin langsung menghentikan aktivitasnya yang ingin membaca pesan, dan kini Pandangannya mengarah ke jendela mobilnya. Disana ada Sosok wanita cantik berambut coklat panjang berdiri, sambil kedua jarinya terus mengetuk kaca.
Kevin mendengus sebelum akhirnya membuka kaca mobilnya, dan langsung melayangkan tatapan tajam padanya.
“Apa yang Lo lakukan disini?!” suara Kevin terdengar ketus pada wanita itu setelah kacanya terbuka, Dia sangat terkejut sekaligus kesal dengan kehadiran wanita itu sepagi ini dirumahnya.
“Kamu lupa kalau hari ini kita ada fitting baju?” balas wanita itu dengan pertanyaan.
Kevin memutar bola matanya malas.
“Lo amnesia atau gimana sih, gue kan sering bilang kalau pernikahan ini gagal! Jadi gak ada yang namanya fitting baju!”
“itu menurutmu, menurutku tidak! Pernikahan ini akan tetap terlaksana dengan jadwal yang sudah ditentukan!” ucapnya dengan nada tegas.
Kevin berdecih.
“masa bodoh, gue gak perduli!”
“vin, ak-”
DRUMM!!
Ucapan wanita itu terhenti, begitu mendengar suara derungan mobil Kevin.
“Kamu mau kemana vin?” Tanyanya.
Tanpa menjawab ucapan wanita itu, Kevin langsung menancapkan gas dan keluar dari halaman rumahnya.
Melihat kepergian mobil Kevin, wanita itu langsung berlari ke arah jalanan dan memanggil taksi.
“Tolong ikuti mobil itu pak!” Pintanya pada supir taksi setelah sudah masuk mobil.
“Baik.”
Wanita itu adalah Mayra Herlambang, gadis berparas cantik, tinggi dan memiliki bodygoals. Putri tunggal dari Ryan Herlambang dan Desti.
Kevin dan Mayra memang sudah di jodohkan atas rencana papanya, dan pernikahan mereka akan di laksanakan seminggu lagi.
Namun sayangnya rencana pernikahan itu gagal, karena Kevin sudah mengatakan dengan tegas untuk membatalkannya. Hanya saja keinginannya itu di tolak mentah-mentah oleh papa-nya, apalagi dengan keluarga Mayra yang masih berusaha terus agar rencana pernikahan itu tetap terlaksana.
...💐💐💐...
Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tak dia perdulikan dengan suara klakson pertanda protes dari kendaraan lain karena dia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan.
Ini sudah hal biasa baginya, disaat suasana hatinya sedang buruk dia akan melampiaskannya ke jalanan. Hal yang di lakukannya sekarang memang sangat berbahaya, tapi akan lebih berbahaya lagi jika dia harus berdiam diri di satu tempat.
Sebagai penderita anxiety, Kevin tentu paham dirinya harus melakukan sesuatu agar tidak menyakiti dirinya sendiri dan berakhir di rumah sakit. Maka dengan cara kebut-kebutan di jalanan seperti ini membuat emosinya bisa tersalurkan, meski keduanya sama-sama bahaya.
Kevin terus melajukan mobilnya tanpa arah hingga perlahan dia merendahkan kecepatannya dan berhenti di jalanan sepi, Di samping kirinya terdapat ada sebuah pagar pembatas antara jalanan dan pantai sementara samping kanannya hanya ada tanah kosong yang di penuhi rumput liar yang menjulang tinggi
Di dalam mobilnya Kevin hanya terdiam menatap lurus ke depan, terlihat ada mobil taksi sedang menghadangnya.
Wajah tampannya terlihat tak bersahabat begitu melihat sosok wanita keluar dari mobil itu, berlari kecil menuju mobilnya dan kini dia sedang menggedor-gedor kaca mobilnya sambil berteriak.
“Ngapain sih Lo ikutin gue, hah!!?” Kevin langsung membentak Mayra setelah dia keluar dari mobil.
“Vin maaf, aku hanya khawatir sama kamu soalnya---”
“Jangan sok perhatian sama Gue, Gue tau Lo hanya pura-pura!” potong Kevin, ia menatap Mayra dengan tatapan tajam.
Mayra menggeleng, kedua matanya terlihat berkaca-kaca.
“Aku gak pura-pura Vin, seriusan aku khawatir banget sama kamu. Kamu baik-baik aja kan?” nada bicaranya terdengar panik, begitu pun dengan raut wajahnya.
Namun sayangnya Kevin tak semudah itu tertipu oleh tipuan muslihat yang kini Mayra mainkan.
“Seperti yang Lo lihat Gue baik-baik aja, jadi sekarang Lo bisa pergi dan jangan ganggu gue lagi! Dan satu lagi, lupakan tentang perjodohan itu. karena sampai kapanpun, Gue gak akan pernah menerimanya!”
Mayra menggeleng.
“Aku gak mau! Pernikahan kita sudah di atur lama, kamu gak bisa seenaknya batalin gitu aja!”
Kevin menyeringai.
“Siapa bilang gak bisa? Tinggal sodorin uang, maka semuanya akan selesai.”
“Tapi aku gak mau Vin!” pekiknya.
“Itu urusan Lo, Gue gak perduli.”
setelah mengatakan itu, Kevin berbalik dan ingin masuk mobil. namun dengan cepat Mayra menahannya, Dia menarik lengan Kevin dan memutar balikkan tubuhnya, Tanpa ba-bi-bu lagi gadis itu langsung memeluknya.
Kevin terkejut dengan keberanian wanita itu, beraninya dia menyentuh tubuhnya. selama ini tak ada satu wanita pun yang berani menyentuhnya tanpa izin kecuali...
Dia..
“Lepaskan tangan kotor Lo itu dari tubuh Gue!” Desis Kevin, namun Mayra menggeleng, seraya mempererat pelukannya.
Kevin berusaha melepaskan tangan Mayra yang melingkar di pinggangnya, tapi gadis itu memeluknya begitu erat bagaikan ulat bulu dan itu membuatnya sedikit tak nyaman.
“aku cinta sama kamu, Aku sayang sama kamu, tolong terima aku. Gak masalah kalau kamu belum bisa membalasnya, tapi setidaknya beri aku kesempatan.” Mohon Mayra.
Kevin yang mendengar itu mendengus kesal, ini bukan kali pertama gadis itu memohon padanya untuk menerimanya. Sudah kesekian kalinya, bahkan selama ini Mayra selalu berusaha menarik perhatiannya.
namun yang namanya hati tak bisa dipaksakan, Hatinya bagaikan sudah beku.
Mayra mendongakkan wajahnya yang memerah, pipi mulusnya sudah basah karena air mata.
“Please, Vin..”
kevin membisu, dia sedikit menundukkan kepalanya menatap wanita yang ada di hadapannya dengan tatapan tajam serta wajahnya yang terlihat datar.
di tatap seperti itu kevin berpikir mayra akan takut padanya dan tak akan berbuat nekad, namun yang terjadi wanita itu malah tersenyum. bahkan dengan beraninya dia mendekatkan wajahnya ke wajah Kevin, mengikis jarak di antara mereka.
Pandangan wanita itu tertuju ke arah bibir tipis dan merah milik Kevin, berkeinginan besar untuk merasai manisnya bibir tunangannya yang selama ini belum ia sentuh itu.
Tak ada perlawan dari Kevin dan itu membuat Mayra semakin mengiyakan pikirannya dan melanjutkan aksinya tanpa ragu, namun saat bibir keduanya hampir menempel, tiba-tiba dia mendengar suara pistol.
DOR!.. DOR!.. DOR!..
Seketika Mayra memberhentikan aksinya untuk mencium Kevin, jantungnya berdetak tak karuan begitu mendengar suara tembakan. Tubuhnya mematung sambil kedua matanya membola, saat menyadari suatu benda berbahaya itu sudah menempel sempurna di pelipisnya.
“Vin, A-apa yang kamu lakukan?” suara Mayra terdengar gemetar.
Kevin memiringkan sedikit, kepalanya sambil tersenyum iblis.
“Kenapa, Lo takut?”
Wanita itu mengangguk.
“Tolong Vin, jauhkan benda itu dari kepalaku.”
Lagi-lagi senyuman iblis muncul di wajah tampannya, jari telunjuk pria itu bergerak ingin menekan pelatuknya.
“menjauh dari tubuh gue, atau.. peluru ini bakal menembus ke dalam otak bodoh Lo itu!” Ucap Kevin yang penuh ancaman.
wajah Mayra sudah pucat pasi, tak mau ambil resiko. Perlahan wanita itu mulai melepaskan pelukannya, dan memberi jarak.
Seketika itu Kevin langsung mengibas-ngibaskan baju dan celananya, seperti mengusir debu. Mayra yang melihatnya tentu saja tersinggung, sentuhannya di anggap sebuah kotoran yang harus segera di singkirkan.
Namun untuk marah pun rasanya percuma, karena Kevin bertingkah seperti ini bukan sekali-dua kali. Setiap mereka di haruskan untuk bersentuhan, Kevin memang selalu begitu.
“Jika sekali lagi Lo berbuat nekad, gue gak segan-segan bunuh Lo. Mengerti?”
Gadis itu mengangguk cepat, tanpa bersuara. melihat reaksi Mayra, Dalam hati Kevin tersenyum penuh kemenangan karena rencananya berhasil membuat wanita itu ketakutan.
Waktu Mayra memeluknya tadi, ingin rasanya dia mendorong wanita itu ke jalanan tapi diurungkannya. Kevin memang membencinya tapi dia tak sejahat itu, dia masih punya hati nurani.
secara diam-diam Kevin mengambil senjata api yang sudah ada di belakang saku celananya, lalu melatukkannya ke udara berharap wanita itu ketakutan dan melepaskan pelukannya.
Dia memang selalu membawa senjata itu kemana-mana hanya untuk berjaga-jaga, Kevin akui meskipun dia tak merasa punya musuh tapi dia terlahir sebagai anak dari Setyo aji yang memiliki beberapa perusahaan besar di Indonesia.
Apalagi ayahnya itu terkenal kejam dan licik pada semua pesaing-pesaing bisnisnya. Bisa saja salah satu dari pesaing itu berencana ingin mencelakainya, Ditambah dirinya adalah pewaris tunggal ZN GROUP. perusahaan terbesar di Asia, yang berdiri dibidang pertambangan.
Meskipun perusahaan itu belum terlalu besar seperti ZEOUS GRUP tapi sudah banyak perusahaan di dalam maupun di luar negeri ingin bekerjasama dengan ZN GROUP, itu dikarenakan mereka sudah mengetahui kemampuan Kevin saat menangani perusahaan pamannya yang hampir kolaps.
...💐💐💐...
Sementara itu..
Di sebuah ruangan yang terlihat luas dan rapi terlihat sosok pria paruh baya berpakaian ala kantoran tengah duduk di kursi kebesarannya, bergulat dengan laptop dan setumpuk kertas-kertas yang menjulang tinggi.
Tok!.. Tok!.. Tok!..
Terdengar suara ketukan pintu, Pria itu menoleh sekilas ke arah pintu lalu berkata.
“Masuk.”
Kreet!
Pintu pun terbuka dan masuklah sosok pria tinggi tegap memakai baju serba hitam.
“Apa ada kabar baru?” Tanyanya tanpa menoleh. Dia seakan sudah tau apa tujuan orang itu datang ke ruangannya.
“Iya, tuan.”
Pria yang di panggil tuan itu pun langsung menghentikan gerakannya. Dia mendongak, menatapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Apa itu?”
Si pria berbaju hitam itu pun jalan mendekat, lalu meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja yang terbuat dari kaca.
“Anda bisa lihat sendiri, itu adalah hasil laporan hari ini.”
Tanpa mengulur waktu tangan kekarnya meraih amplop itu dan membuka isinya, terdapat ada beberapa lembar foto. Seketika sebelah sudut bibirnya terangkat sehingga menampakkan seringaiannya.
“Setelah sekian lama bersembunyi, pada akhirnya dia berani menampakkan diri!” ucapnya pelan.
“apa anak bandel itu sudah mengetahuinya?” tanyanya kemudian.
“sepertinya belum.”
Pria itu diam sejenak, wajahnya berubah serius.
“Segera habisi dia! Dan jangan sampai meninggalkan jejak sedikitpun, aku tidak ingin rencanaku gagal hanya karena bocah ingusan itu, mengerti!” Titahnya.
“Baik, tuan.”
“laksanakan!”
Selepas itu pria berbaju hitam berlalu keluar, sementara pria yang duduk di singgasananya nampak tersenyum smirk, sambil kedua tangannya bertaut di bawah dagunya.
“aku tak akan biarkan tikus kecil sepertimu mengacaukan rencanaku, akan ku pastikan sebelum kalian kembali bertemu aku sudah menyingkirkanmu dan bertemu dengan orang tuamu di alam baka!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
melati bjs
penasaran
2021-07-29
0