BAB_04 | Terkenang Masa Lalu

Sebuah mobil taksi warna biru berhenti tepat di depan rumah sederhana, tak lama setelahnya keluarlah Alya dan Selena dari pintu belakang.

Kedua wanita itu membuka bagasi dan mengambil koper-kopernya, di bantu oleh supir taksi.

Setelah mengucapkan terima kasih, Selena dan Alya segera jalan masuk ke halaman rumahnya yang kecil.

Begitu Tiba di teras, Alya nampak merogoh ranselnya untuk mencari kunci rumah. Namun aksinya itu terhenti kala mendengar suara pintu terbuka, di susul dengan teriakan yang menyebut namanya dan seketika membuatnya terkejut.

Ceklek!

“ALYA!!!...” teriak arina dan Jessica serempak.

Bukan hanya dia saja yang terkejut, tapi Selena juga tak kalah terkejut. Namun sedetik kemudian wanita itu tertawa kecil saat melihat dua sahabat adiknya berlari menghambur memeluk Alya, bahkan mereka membuat adiknya itu berputar-putar sambil jingkrak-jingkrak layaknya Teletubbies.

Untungnya suasana malam itu sudah sepi, karena jam sudah mengarah ke angka 10. Hanya saja ada beberapa kendaraan yang kebetulan lewat, kalau masih ramai mungkin mereka bakal jadi tontonan warga sekitar karena saking hebohnya.

Awalnya Alya terkejut dan sempat bertanya-tanya kenapa kedua sahabatnya itu sudah ada di dalam rumahnya, dan dari mana mereka tahu tentang kepulangannya. tapi pada akhirnya dia paham setelah Selena memberi kode dengan mengangkat tangannya dan menggoyang-goyangkan ponselnya, dia pun membalas pelukan mereka.

Setelah puas, arina dan Jessica melepaskan pelukannya. Dengan hebohnya mereka membawa Alya dan Selena untuk masuk ke dalam rumah, dan duduk di sofa yang ada diruang tamu.

Rumah Alya hanya bergaya minimalis, namun terlihat luas. Dirumah itu terdapat ada 3 kamar pribadi, 2 kamar di lantai bawah dan satu kamar di lantai atas.

di lantai atas, tepatnya sebelah kanan paling pojok kamar mendiang orang tuanya. ada ruangan kosong yang dulunya adalah tempat kerja ayah mereka, namun sekarang sudah dijadikan gudang.

sementara di lantai bawah ada dua kamar pribadi milik selena yang letaknya di sebelah kiri dekat tangga, dan kamar Alya berada di sebelah kanan yang berarah langsung ke Ruang tamu.

Jarak dari 5 meter dari ruang tamu, ada ruang makan yang menyatu dengan dapur. Sementara itu Di samping dapurnya, terdapat ada pintu yang mengarah langsung ke taman yang cukup luas dan sudah di penuhi bunga-bunga dengan bermacam jenis dan warna.

di ruang tamu itu terdengar begitu berisik karena suara Arina dan Jessica yang sedang menginterogasi Alya, dan gadis itu menjawabnya dengan sabar dan apa adanya.

Selama alya tinggal di Korea, komunikasi mereka memang sedikit renggang. Jadi saat gadis itu sudah kembali, maka mereka akan menjadi wartawan dadakan yang terus-terusan melemparkan pertanyaan.

sedangkan Selena terlihat sedang menelusuri seluruh sudut rumahnya dengan penuh teliti, tak ada yang berubah dengan rumah itu. semuanya terlihat sama, karena baik Selena maupun Alya tak ingin merubahnya.

Alasannya simple, mereka berdua ingin suasana rumah itu tetap sama. Seperti halnya waktu kedua orang tuanya masih hidup.

sudut bibir selena berkedut saat matanya tak sengaja melihat bingkai foto dirinya waktu remaja bersama kedua orang tuanya, di dalam foto itu ibunya sedang hamil besar dan terlihat duduk di sebuah kursi kayu sambil tersenyum bahagia. begitu pun dengan ayahnya, yang berdiri di belakang juga ikutan tersenyum.

Seketika itu pula sekelebatan bayangan masa lalu kembali terbayang, ucapan ibunya yang memberi amanah padanya untuk menjaga adiknya.

Pada saat itu Selena mengira ibunya berkata seperti itu untuk menjaga pertumbuhan adiknya nanti setelah lahir, karena memang waktu itu ia sangat menginginkan adik agar ada temannya di saat orang tuanya pergi bekerja.

Namun ternyata perkiraannya salah, ucapan ibunya adalah sebuah wasiat yang harus dia jalani hingga akhir hidupnya. Di tambah dengan ucapan papa-nya, untuk jangan menceritakan apapun pada Alya tentang silsilah keluarga besar ayahnya.

Selena yang kala itu berusia 14 tahun belum terlalu paham dengan masalah orang dewasa, tapi dia tahu jika dirinya dan sang adik harus menjauhi orang tua dari ayahnya tersebut.

...💐💐💐...

“Gue seneng Akhirnya Lo mau pulang juga Al, Gue pikir itu cuma hoax doang.” ucap Arina, gadis imut berambut sebahu itu memeluk lengan Alya erat sambil menatapnya.

Mendengar itu Alya hanya tersenyum. Jujur sebenarnya dia juga senang karena bisa kembali ke negara asalnya, apalagi bisa berkumpul dengan kedua sahabatnya.

“Gue kan udah bilang kalau itu beneran, Lo nya aja yang gak percaya.” Jessica membalas ucapan Arina.

“Bukannya gue gak percaya, tapi Lo kan suka bohong.” sahut arina.

“Kapan Gue bohong? Jangan Ngadi Ngadi Lo ya.”

“Tiap hari.”

“enak aja, gak ya!”

“iya!”

“Gak!”

Alya menghela nafas panjang mendengar perdebatan dua sahabatnya itu, dari dulu arina dan Jessica memang selalu tak pernah akur. selalu ada saja yang di debatkan, namun terkadang kompak juga.

“Sudah.. sudah kalian jangan berantem, ini udah malam! malu sama tetangga.” ucap Alya, berusaha melerai.

seketika Jessica dan arina terdiam, namun tidak dengan tatapan mereka yang masih saling beragumen.

“kalian mau nginep, apa pulang?” tanyanya kemudian.

“tentu saja nginep dong!” jawab mereka secara serempak.

Alya yang mendengar itu geleng-geleng kepala.

“ya udah Gue mau bersih-bersih dulu!”

“eh tunggu!” Jessica menahan tangan Alya.

“Lo dan kak Lena pasti belum makan malam kan?”

“belum.”

“bagus! tadi sore gue udah suruh pelayan buat masak banyak makanan, nanti kita makan bareng ya!”

“oke, gue mau mandi dulu.”

setelah mengatakan itu, Alya bangun dari posisinya dan berlalu begitu saja sambil menarik kopernya menuju kamarnya.

tak lama setelah kepergian Alya, selena datang menghampiri mereka.

“alya kemana?” tanyanya.

“ke kamar, katanya mau bersih-bersih.” sahut Arina.

“oh, ya udah deh Kakak juga mau mandi.”

“gak mau makan dulu kak?” tanya Jessica.

“kalian duluan aja, nanti kakak menyusul.”

“gak deh, kita makan bareng aja kak.”

“takutnya lama loh, apalagi kalian tahu Alya itu suka merenung di kamar mandi.”

Mendengar kaya terakhir Selena membuat kedua gadis muda di depannya itu tertawa, mereka tentu tahu sejak dulu Alya kalau mandi suka lama. Karena gadis itu selalu berendam dulu, sebelum mandi.

“gak apa-apa kita bisa nunggu, iya kan Rin?”

“iya kak, lebih baik kita makan bersama-sama aja sekalian melepas rindu.”

“ya udah terserah kalian saja, kakak tinggal ke kamar dulu.”

“oke.”

...💐💐💐...

Alya membuka pintu kamarnya, berjalan masuk lalu kembali menutup pintu. Ia berjalan ke arah ranjang dan duduk disana, matanya menelisik ke seluruh penjuru kamarnya yang masih terlihat sama seperti terakhir kali dia tinggalkan 2 tahun lalu.

Matanya melirik ke arah meja nakas, dan dia terkejut. Bagaimana tidak, ia terlihat disana terdapat ada sebuah bingkai foto wanita dan pria memakai seragam sekolah menengah sambil tersenyum bahagia. Seingatnya foto itu ia simpan di laci, kenapa sekarang ada di meja nakas?

‘siapa yang menaruhnya disini? apa Jessica? ah, tidak mungkin. dia kan gak tahu apa-apa soal ini, atau.. mungkin arina? tapi.. kenapa?’

Alya terus bertanya-tanya dalam batinnya, tentang siapa yang sengaja menaruh foto itu disana. Namun gadis itu memilih untuk tak terlalu memikirkannya, kemudian Di raihlah benda itu dan di usapnya pelan, seketika wajahnya menjadi suram.

“bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau baik-baik saja? aku sangat berharap kamu baik-baik saja.” Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Alya memejamkan matanya sejenak, saat bayangan kenangan masa lalunya muncul di ingatannya.

“aku pikir kamu berbeda, namun ternyata kamu adalah wanita terjahat yang pernah aku temui.”

Alya langsung membuka matanya begitu mengingat kata-kata yang terdengar pelan namun tersirat akan kekecewaan, di tambah dengan bayangan wajah dingin seorang pria yang menatapnya tajam.

“tak terasa 2 tahun telah berlalu sejak aku memutuskan pergi, tapi kenapa rasanya masih saja sama?” lirihnya lagi.

Tok.. Tok.. Tok..

“Al! Gue masuk ya.”

Mendengar itu dengan cepat Alya langsung menormalkan wajah dan penampilannya agar terlihat baik-baik saja, tak lupa juga dia menyembunyikan foto itu di bawah bantal.

Setelah selesai dia menoleh ke arah pintu yang sudah sedikit terbuka, terlihat Jessica memasuki kamarnya sambil membawa nampan berisi makanan.

“Gue bawain makanan kesukaan Lo, di makan yah.” ucapnya sambil berjalan ke arahnya.

Alya menerimanya, dan menaruhnya di meja samping ranjang.

“harusnya Lo gak perlu bawa ke kamar segala, nanti juga gue turun kok.”

“gak apa-apa sekali-kali, lagipula gue tau Lo lagi capek kan habis perjalanan jauh.”

Alya mengangguk.

“Thanks Jes, Lo memang peka walaupun jarang.”

Jessica terlihat cemberut, sementara Alya terkekeh.

“Oh iya, Arina mana?” tanya Alya.

“Lagi di bawah, bantuin bi Sumi siapkan makanan.”

“Lo sendiri gak makan malah datang kesini, bawa makanan pula. inget, Lo itu punya riwayat maag akut!”

“iya habis ini gue makan kok, lagian gue juga lagi nungguin kak Selena selesai mandi.”

“oh gitu.”

Hening sejenak, mata sipit Jessica menatap alya yang sedang menyicipkan makanan yang ia bawa tadi.

“Al..” panggilnya

“hm?”

“Gue mau nanya sesuatu sama Lo.”

“Apa itu?”

“Emang bener ya, Lo mau lanjut kuliah disini?”

Seketika itu pula Alya diam, gerakan mulutnya yang tengah mengunyah pun ikutan diam. Ia pun melirik ke arah sang sahabat.

“Lo pasti denger dari kak Lena ya?”

Jessica mengangguk antusias. “Iya.”

“Lo udah tahu, tapi kenapa nanya lagi?”

kedua mata Jessica seketika membola, walaupun dia sudah di beri tahu Selena namun tetap saja dia merasa tak percaya.

“Serius?”

“Kalau gak serius, gak mungkin gue ada disini sekarang.”

“benar juga sih, Tapi Bukannya Lo bil--”

“Setiap orang bisa berubah kan?” potong alya yang penuh Dusta.

Alya sendiri bingung harus jawab apa, karena dia sendiri juga tidak tahu apa alasan utama kakaknya menyuruhnya untuk kuliah disini. padahal di Korea juga dia kuliah, bahkan sudah memasuki semester 3.

Jessica kembali diam, sambil terus memperhatikan Alya.

“Tapi bukannya Lo pernah cerita kalau Lo betah kuliah di Seoul, bahkan disana gak ada membully Lo. Sementara di kampus yang sekarang sebagian besar teman SMA Lo juga kuliah disana, apa nantinya gak apa-apa?”

Masih teringat dengan jelas di ingatannya saat dirinya pertama kali melihat adegan perundungan yang biasanya dia hanya lihat di drama-drama yang sering dia tonton, kini dia bisa melihatnya dengan langsung.

Kampus yang Selena pilih adalah kampus favorit, hampir semuanya yang kuliah disana adalah anak orang kaya. Sama halnya dengan Arina, Alya juga dulu bisa masuk kesana karena mendapat beasiswa.

“Gak apa-apa Jes, gue udah biasa kok. Dan kenapa alasan gue pengen pindah, karena gue udah gak nyaman disana.”

“Kenapa? Bukannya enak ya kuliah disana, Lo bisa melihat oppa oppa Korea tiap hari? Pasti disana banyak yang ganteng dan tinggi tinggi! Kan kan.” Ucap Jessica sambil kedua alisnya naik turun.

Alya mendengus sebal mendengar ucapan Jessica.

“Dasar Lo ya, udah ah gue mau mandi dulu.”

Setelah itu Alya berlalu pergi menuju kamar mandi, menghiraukan sahabatnya yang masih ingin bicara.

Saat Jessica ingin pergi, tak sengaja matanya melihat sesuatu di bawah bantal. Dengan penasaran dia mengambilnya, namun aksinya terhenti begitu ponselnya berdering. Dia menatap layarnya, tertera ada nama id mama.

Segera dia pun mengangkat teleponnya, sambil berlalu keluar kamar.

“iya ma, haloo..”

...💐💐💐...

Sementara itu di dalam kamar Selena sedang video call dengan seorang pria, dirinya masih memakai handuk dengan rambut panjangnya yang terlihat basah dibiarkan terurai.

(Sayang, malam ini kamu seksi sekali. Aku jadi pengen makan kamu..) ucap sang pria.

dari layar datar itu terlihat sosok pria tampan yang tengah duduk di sebuah kursi, dan di belakangnya terdapat ada rak berisi buku-buku besar dan tebal.

Selena tersenyum.

“Benarkah? Lebih seksi mana? Aku atau wanita yang ada dirumahmu?”

(Tentu kamulah..)

“Bohong banget.”

(Serius sayang.)

“Sayang, Besok kita jadi kan ketemu, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”

(Emm.. kalau Besok gak bisa sayang, aku ada rapat pagi. Memangnya mau bicara apa sih?)

“Ini masalah sangat penting yang gak bisa dibicarakan lewat telpon, hanya sebentar saja kok.”

(Em.. ya udah besok kita ketemu jam 10 pagi di hotel hendricks ya. Kebetulan aku ngadain rapatnya disitu, jadi ketemunya disana aja gimana? Sekalian melepas rindu.)

Mendengar itu Selena terkekeh.

“Baiklah, aku akan kesana. Ya udah sayang aku matiin ya teleponnya, takut nanti Alya nyariin.”

(Oke sayang, see you.. i love you.)

“Love you to.”

Selena pun mengakhiri acara video call dengan pria itu yang tak lain adalah kekasihnya yang bernama, Chandra.

Chandra sendiri adalah seorang CEO dari Danendra Corp. Mereka berpacaran sudah sejak kuliah, namun hingga saat ini Chandra belum ada niatan untuk menikahinya.

Bukan karena tak mau, tapi ada beberapa hal yang membuatnya harus berpikir dua kali untuk melakukan itu.

Chandra bukanlah pria lajang, melainkan dia sudah punya istri dan anak. meskipun begitu chandra tidak bisa melepaskan Selena begitu saja, karena dia memang masih mencintainya.

Selama ini mereka menjalin hubungan secara diam-diam, baik keluarga, teman maupun media tak ada yang tahu.

...💐💐💐...

Mobil yang ditumpangi Kevin dan Rafael mulai memasuki pekarangan rumah yang sangat luas dan megah, di depannya terdapat ada taman mini yang dipenuhi dengan bermacam-macam bunga dan taman hias lainnya. Di lengkapi dengan ayunan besi dan ada tempat istirahat untuk sekedar duduk-duduk saja, Tak jauh dari itu ada juga kolam mini dengan dihiasi pancuran air.

Kevin memberhentikan mobilnya saat sudah berada di depan teras rumah, tak lama setelah itu datang dua orang pengawal jalan cepat ke arah mobil kevin, lalu membuka masing-masing pintu.

Kevin langsung pergi begitu saja dan masuk ke dalam rumah, sementara pengawal tadi bergantian masuk ke mobil Kevin bertujuan untuk memasukkannya ke bagasi.

“kau bawakan koperku langsung ke kamarku aja ya.” titah Rafael pada salah satu pengawal.

“baik, tuan muda.” jawabnya seraya mengangguk.

Selepas itu ia bergegas jalan masuk dalam rumah, yang pintunya sudah terbuka satu. Saat sudah masuk, Rafael di sambut dengan beberapa pelayan yang berdiri berbaris sambil menunduk. Mereka sedang menyambut kedatangannya dirumah tersebut.

wajar saja, karena sudah lama sekali Rafael tak pulang kesana. Mungkin lebih tepatnya sejak kematian ibu kandungnya, ia memutuskan untuk tinggal di Korea dan melanjutkan studinya di sana.

Sekalinya bisa pulang, itu pun ketika ada acara yang mengharuskannya untuk hadir. Dan saat ingin istirahat, dia tidak akan pulang ke rumah. melainkan menyewa kamar hotel.

Rafael melakukan itu bukan semata-mata tak suka, tapi dia hanya sedang menghindar. Entah kenapa setiap mengingat rumah itu, bayangan sosok ibunya semasa hidup terus muncul dan itu membuat perasaan pria tampan berusia 28 tahun itu merasa sesak.

Bukan karena ada masalah dengan sang ibu, tapi ada kenangan pahit yang Rafael sendiri tak ingin mengingatnya dan itu juga berkaitan dengan ayahnya. Itulah kenapa Rafael selalu menolak jika di suruh pulang ke rumah, dan sekarang untuk pertama kalinya setelah kematian sang ibu Rafael kembali menginjakkan kakinya ke rumah tersebut.

Rafael memberi kode lewat tangannya pada semua pelayan untuk bubar, dan mereka pun menurut.

Setelah itu ia jalan melangkah ke arah sofa yang ada diruang tamu dan duduk disana, sebelah kakinya bertumpu di kaki satunya sambil mata sipitnya liar memperhatikan semua isi rumahnya yang sedikit berubah.

Sementara itu dari arah tangga ada sosok pria tinggi, berparas tampan dan berpakaian santai tengah jalan menuruni anak tangga. Ia melangkah menuju ruang tamu.

“Udah datang Lo bang.” ucapnya setelah sudah berada diruang tamu, ia mendudukkan dirinya di sofa seberang.

Rafael meliriknya dan mengangguk.

“baru saja.” sahutnya, kemudian menegakkan tubuh.

“oh ya, Apa benar Lo yang nyuruh Kevin buat jemput gue bandara?” tanyanya kemudian.

Saat di perjalanan pulang tadi Rafael memang sempat bertanya pada kevin, bagaimana bisa ia bisa tahu jika hari itu ia pulang padahal yang tahu kepulangannya hanya orang yang sedang duduk di depannya itu. Tak lain dan tak bukan adalah Dylan, adik keduanya.

Mendengar itu Dylan menggeleng, dengan bibir sedikit maju.

“enggak bang. Bahkan seharian ini tuh anak gak bisa dihubungi, padahal ada investor yang pengen ketemu dia.” jawabnya.

“tapi kata dia Lo yang nyuruh, karena pak madi lagi gak bisa masuk.” ucap Rafael dengan kening berkerut.

“emang sih pak madi gak masuk karena hari ini istrinya mau melahirkan tapi seriusan deh, gue enggak ada nyuruh dia.”

“terus tahu darimana dia?”

Dylan tak bersuara, pria itu hanya menggeleng.

“sekarang anaknya mana?” tanya Rafael lagi.

“di kamar, katanya mau tidur. Dan pas gue lihat tadi juga wajahnya kayak emang lagi capek gitu.”

Senyap sejenak.

“udahlah lupakan aja, mungkin dia gak sengaja datang kesana buat ketemu orang lain terus liat Lo. Atau mungkin ada temannya yang lihat Lo, terus Kevin dikasih tahu deh.”

Mendengar itu Rafael manggut-manggut, cukup masuk akal juga tapi tetap saja ia merasa heran.

“jadi gimana, Lo tetap mau memaksanya?” tanya Dylan, membuyarkan lamunan Rafael.

“tentu.”

“kalo dia tetap nolak gimana? Secara Lo kan tahu gimana dia, gue hanya khawatir penyakitnya bakal kambuh.”

Sebelum menjawab Rafael nampak menghela nafas berat, ia sebenarnya tak mau tapi keadaan yang memaksa.

“tak ada salahnya mencoba.”

Kali ini Dylan yang menghela nafas berat, wajah tampannya terlihat lesu. Andai saja waktu bisa terulang, mungkin dia akan mencegah itu semua. Karena pada dasarnya titik permasalahan ini berawal darinya, terutama soal penyakit yang di derita Kevin.

Terpopuler

Comments

melati bjs

melati bjs

lanjut terus thour

2021-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 BAB_01 | Pengganggu
2 BAB_02 | Usulan Rendy
3 BAB_03 | Bertemu Rafael
4 BAB_04 | Terkenang Masa Lalu
5 BAB_05 | Kembali
6 BAB_06 | Hendrick's Hotel
7 BAB_07 | Kehamilan Selena
8 BAB_08 | Hampir
9 BAB_09 | Sang Penolong
10 BAB_10 | Penyesalan
11 BAB_11 | Undangan Pernikahan
12 BAB_12 | Kedatangan Rafael
13 BAB_13 | Simbiosis Mutualisme
14 BAB_14 | Calon Suami
15 BAB_15 | Ajakan Balapan
16 BAB_16 | Permintaan
17 BAB_17 | Pilihan Sulit
18 BAB_18 | Heboh
19 BAB_19 | Viral
20 BAB_20 | Tumpahan Kopi
21 BAB_21 | Di Serbu Wartawan
22 BAB_22 | Konperensi Pers
23 BAB_23 | Setuju
24 BAB_24 | Kecerdikan Kevin
25 BAB_25 | Memberitahu Dylan
26 BAB_26 | Ziarah Bersama
27 BAB_27 | Menikah
28 BAB_28 | Kecupan Pertama
29 BAB_29 | TimbulnyaTrauma
30 BAB_30 | Jangan Sentuh Istriku!
31 BAB_31 | Video Syur
32 BAB_32 | Go Publik
33 BAB_33 | Ceraikan Saja!
34 BAB_34 | Ancaman Kevin
35 BAB_35 | Kekalutan Alya
36 BAB_36 | Keterkejutan Mingyu
37 BAB_37 | Rencana Gila Mayra
38 BAB_38 | Bertemu Andreas
39 BAB_39 | Gumpalan Lemak Lucu
40 BAB_40 | Gagal
41 BAB_41 | SAH!
42 BAB_42 | Tidak Peka
43 BAB_43 | Hati Yang Patah
44 BAB_44 | Kevin Cemburu?
45 BAB_45 | Pergi Ke Kantor
46 BAB_46 | Jabatan Baru
47 BAB_47 | Permintaan Marissa
48 BAB_48 | Penyesalan Mingyu
49 BAB_49 | Rahasia Kelam
50 BAB_50 | Obsesi
51 BAB_51 | Kruk Bekas?
52 BAB_52 | Kehangatan Keluarga
53 BAB_53 | Ancaman Bahaya
54 BAB_54 | Titik Terang
55 BAB_55 | Terpesona
56 BAB_56 | Belum Terbiasa
57 BAB_57 | Bagai Cinderella
58 BAB_58 | Petunjuk
59 BAB_59 | Mulai Mencari Tahu
60 BAB_60 | Story Love Old
61 BAB_61 | Kevin Gay?
62 BAB_62 | Saling Mengendus
63 BAB_63 | Hukuman
64 BAB_64 | Salah Paham
65 BAB_65 | Ledekan Duo Sahabat
66 BAB_66 | Meminta Bantuan
67 BAB_67 | Emosi Tak Beralasan
68 BAB_68 | Rasa Yang Tak Biasa
69 BAB_69 | Rencana Selena
70 BAB_70 | Balas Dendam
71 BAB_71 | Bercak Darah
72 BAB_72 | Curahan Hati Jessica
73 BAB_73 | Kebodohan Kevin
74 BAB_74 | Pernikahan Kontrak
75 BAB_75 | Kejujuran Alya
76 BAB_76 | Perketat Penjagaan
77 BAB_77 | Anxiety?
78 BAB_78 | Honeymoon?
79 BAB_79 | Pertemuan Tak Terduga
80 BAB_80 | Mayra Hamil?
81 BAB_81 | Mengungkapkan Rasa
82 BAB_82 | Hasrat Terpendam
83 BAB_83 | Menyusun Rencana
84 BAB_84 | Terpantau
85 BAB_85 | Kekhawatiran Kevin
86 BAB_86 | Tuduhan Tak Berdasar
87 BAB_87 | Sebuah Peringatan
88 BAB_88 | Musuh Dalam Selimut
89 BAB_89 | Isi Hati Kevin
90 BAB_90 | Like Boss Like Assisten!
91 BAB_91 | Menyusul
92 BAB_92 | Salah Mengenali
93 BAB_93 | Villa
94 BAB_94 | Terungkap!
95 BAB_95 | Vanessa Masih Hidup!
96 BAB_96 | Ketekadan Renata
97 BAB_97 | Adik Kembar?
98 BAB_98 | Rencana Penculikan
99 BAB_99 | Tertangkapnya Bobby
100 BAB_100 | Tak Berdaya
101 BAB_101 | Kabar Mengejutkan
102 BAB_102 | Pengkhianatan Kenzo
103 BAB_103 | Sumpah Rafael
104 BAB_104 | Sebuah Pengharapan
105 BAB_105 | Pengakuan Mayra
106 BAB_106 | Hukum Karma
107 BAB_107 | Felling Seorang Istri
108 BAB_108 | Jalan Takdir
109 BAB_109 | Kekuatan Cinta
110 BAB_110 | Calon Adik
111 BAB_111 | Keputusan Final
112 BAB_112 | Sebuah Wasiat
113 BAB_113 | Ayah Mertua
114 BAB_114 | Cerita Kevin
115 BAB_115 | Karma Atau Kutukan?
116 BAB_116 | Tidak Sengaja Menguping
117 BAB_117 | Sisi Lain
118 BAB_118 | Namanya Hesti
119 BAB 119 | Kehamilan Yang Tak Diketahui
120 BAB 120 | Kecemasan Tak Beralasan
121 BAB 121 | Bertahanlah, Sayang.
122 BAB_122 | Ferdi Masih Hidup?
123 BAB_123 | Fakta Mengejutkan
124 BAB_124 | Jalan Takdir
125 BAB_125 | Ungkapan Hati Rafael
126 BAB_126 | Fakta Dan Penyesalan
127 BAB_127 | Bersatu Dalam Vinta
128 BAB_128 | Trauma Yang Meningkat
129 BAB_129 | Kekhawatiran Sang Sahabat
130 BAB_130 | Impian Yang Terwujud
131 BAB_131 | Pulang
132 BAB_132 | Selena-Roni : Si Kembar Identik!
133 BAB_133 | Keinginan Roni
134 BAB_134 | Aksi Gila Selena
135 BAB_135 | Aku Mau Vitaminku
136 BAB_136 | Kembali Ke Jakarta
137 BAB_137 | Kejujuran Andreas
138 BAB_138 | Rencana Menemui Vanessa
139 BAB_139 | Perjalanan
140 BAB_140 | Yang Tahu Segalanya
141 BAB_141 | Mengulik Sejarah
142 BAB_142 | Durhaka Atau Kepuasan?
Episodes

Updated 142 Episodes

1
BAB_01 | Pengganggu
2
BAB_02 | Usulan Rendy
3
BAB_03 | Bertemu Rafael
4
BAB_04 | Terkenang Masa Lalu
5
BAB_05 | Kembali
6
BAB_06 | Hendrick's Hotel
7
BAB_07 | Kehamilan Selena
8
BAB_08 | Hampir
9
BAB_09 | Sang Penolong
10
BAB_10 | Penyesalan
11
BAB_11 | Undangan Pernikahan
12
BAB_12 | Kedatangan Rafael
13
BAB_13 | Simbiosis Mutualisme
14
BAB_14 | Calon Suami
15
BAB_15 | Ajakan Balapan
16
BAB_16 | Permintaan
17
BAB_17 | Pilihan Sulit
18
BAB_18 | Heboh
19
BAB_19 | Viral
20
BAB_20 | Tumpahan Kopi
21
BAB_21 | Di Serbu Wartawan
22
BAB_22 | Konperensi Pers
23
BAB_23 | Setuju
24
BAB_24 | Kecerdikan Kevin
25
BAB_25 | Memberitahu Dylan
26
BAB_26 | Ziarah Bersama
27
BAB_27 | Menikah
28
BAB_28 | Kecupan Pertama
29
BAB_29 | TimbulnyaTrauma
30
BAB_30 | Jangan Sentuh Istriku!
31
BAB_31 | Video Syur
32
BAB_32 | Go Publik
33
BAB_33 | Ceraikan Saja!
34
BAB_34 | Ancaman Kevin
35
BAB_35 | Kekalutan Alya
36
BAB_36 | Keterkejutan Mingyu
37
BAB_37 | Rencana Gila Mayra
38
BAB_38 | Bertemu Andreas
39
BAB_39 | Gumpalan Lemak Lucu
40
BAB_40 | Gagal
41
BAB_41 | SAH!
42
BAB_42 | Tidak Peka
43
BAB_43 | Hati Yang Patah
44
BAB_44 | Kevin Cemburu?
45
BAB_45 | Pergi Ke Kantor
46
BAB_46 | Jabatan Baru
47
BAB_47 | Permintaan Marissa
48
BAB_48 | Penyesalan Mingyu
49
BAB_49 | Rahasia Kelam
50
BAB_50 | Obsesi
51
BAB_51 | Kruk Bekas?
52
BAB_52 | Kehangatan Keluarga
53
BAB_53 | Ancaman Bahaya
54
BAB_54 | Titik Terang
55
BAB_55 | Terpesona
56
BAB_56 | Belum Terbiasa
57
BAB_57 | Bagai Cinderella
58
BAB_58 | Petunjuk
59
BAB_59 | Mulai Mencari Tahu
60
BAB_60 | Story Love Old
61
BAB_61 | Kevin Gay?
62
BAB_62 | Saling Mengendus
63
BAB_63 | Hukuman
64
BAB_64 | Salah Paham
65
BAB_65 | Ledekan Duo Sahabat
66
BAB_66 | Meminta Bantuan
67
BAB_67 | Emosi Tak Beralasan
68
BAB_68 | Rasa Yang Tak Biasa
69
BAB_69 | Rencana Selena
70
BAB_70 | Balas Dendam
71
BAB_71 | Bercak Darah
72
BAB_72 | Curahan Hati Jessica
73
BAB_73 | Kebodohan Kevin
74
BAB_74 | Pernikahan Kontrak
75
BAB_75 | Kejujuran Alya
76
BAB_76 | Perketat Penjagaan
77
BAB_77 | Anxiety?
78
BAB_78 | Honeymoon?
79
BAB_79 | Pertemuan Tak Terduga
80
BAB_80 | Mayra Hamil?
81
BAB_81 | Mengungkapkan Rasa
82
BAB_82 | Hasrat Terpendam
83
BAB_83 | Menyusun Rencana
84
BAB_84 | Terpantau
85
BAB_85 | Kekhawatiran Kevin
86
BAB_86 | Tuduhan Tak Berdasar
87
BAB_87 | Sebuah Peringatan
88
BAB_88 | Musuh Dalam Selimut
89
BAB_89 | Isi Hati Kevin
90
BAB_90 | Like Boss Like Assisten!
91
BAB_91 | Menyusul
92
BAB_92 | Salah Mengenali
93
BAB_93 | Villa
94
BAB_94 | Terungkap!
95
BAB_95 | Vanessa Masih Hidup!
96
BAB_96 | Ketekadan Renata
97
BAB_97 | Adik Kembar?
98
BAB_98 | Rencana Penculikan
99
BAB_99 | Tertangkapnya Bobby
100
BAB_100 | Tak Berdaya
101
BAB_101 | Kabar Mengejutkan
102
BAB_102 | Pengkhianatan Kenzo
103
BAB_103 | Sumpah Rafael
104
BAB_104 | Sebuah Pengharapan
105
BAB_105 | Pengakuan Mayra
106
BAB_106 | Hukum Karma
107
BAB_107 | Felling Seorang Istri
108
BAB_108 | Jalan Takdir
109
BAB_109 | Kekuatan Cinta
110
BAB_110 | Calon Adik
111
BAB_111 | Keputusan Final
112
BAB_112 | Sebuah Wasiat
113
BAB_113 | Ayah Mertua
114
BAB_114 | Cerita Kevin
115
BAB_115 | Karma Atau Kutukan?
116
BAB_116 | Tidak Sengaja Menguping
117
BAB_117 | Sisi Lain
118
BAB_118 | Namanya Hesti
119
BAB 119 | Kehamilan Yang Tak Diketahui
120
BAB 120 | Kecemasan Tak Beralasan
121
BAB 121 | Bertahanlah, Sayang.
122
BAB_122 | Ferdi Masih Hidup?
123
BAB_123 | Fakta Mengejutkan
124
BAB_124 | Jalan Takdir
125
BAB_125 | Ungkapan Hati Rafael
126
BAB_126 | Fakta Dan Penyesalan
127
BAB_127 | Bersatu Dalam Vinta
128
BAB_128 | Trauma Yang Meningkat
129
BAB_129 | Kekhawatiran Sang Sahabat
130
BAB_130 | Impian Yang Terwujud
131
BAB_131 | Pulang
132
BAB_132 | Selena-Roni : Si Kembar Identik!
133
BAB_133 | Keinginan Roni
134
BAB_134 | Aksi Gila Selena
135
BAB_135 | Aku Mau Vitaminku
136
BAB_136 | Kembali Ke Jakarta
137
BAB_137 | Kejujuran Andreas
138
BAB_138 | Rencana Menemui Vanessa
139
BAB_139 | Perjalanan
140
BAB_140 | Yang Tahu Segalanya
141
BAB_141 | Mengulik Sejarah
142
BAB_142 | Durhaka Atau Kepuasan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!