Wali Kelas Adalah Tetangga Baru Kami

Anak-anak berkelarian keluar kelas setelah terdengar bel panjang berbunyi. Mereka berhamburan sambil berebut tangan wali kelas. Varsha Zanita tampak senang saat anak-anak berpamitan dan menciumi punggung tangannya. Setelah semua anak-anak meninggalkan ruangan, barulah Varsha mengambil tasnya di ruang guru dan hendak pulang. Ini adalah hari pertamanya, walaupun agak melelahkan karena kebanyakan dari anak-anak itu tidak mau mendengar dan memperhatikannya.

Namanya juga anak-anak. Batinnya. Jadi ia harus ekstra bersabar.

Dia dapati Ardika Hirawan sedang duduk di atas mejanya sambil memainkan pesawat kertas. Varsha hanya terkekeh melihat rekan kerjanya itu. Sementara Ardi yang tidak menyadari keberadaan Varsha di sekitarnya masih asyik menerbangkan pesawat mainannya. Tapi saat pesawat itu jatuh di atas meja Varsha, barulah lelaki itu sadar kalau Varsha sudah berada di belakangnya. Ardi hanya tersenyum malu dan pelan-pelan mengambil pesawat kertasnya.

“Kau belum pulang?” Tanya Varsha sembari memasukkan beberapa barang dan mengatur buku-buku pegangannya di atas meja kerja.

“Aku mau pulang koq. Sampai jumpa,” katanya mengambil tas dan keluar meninggalkan Varsha yang sendirian di ruang guru.

***

“Ayahmu belum datang?”

Arsa Dipta sedang duduk di pos ronda yang ada di depan sekolah saat seseorang menegurnya. Wali kelasnya baru saja tiba dan mengambil tempat di sebelahnya. Wali kelasnya sangat baik dan juga cantik.

“Ayahmu belum datang juga, ya?” Suara wali kelasnya menyadarkannya dari lamunan.

Arsa mengangguk.

Sebenarnya mereka -dia dan wali kelasnya- bisa pulang bersama kalaupun ayahnya tidak datang juga hari ini. Mungkin ayahnya sedang sibuk.

Saat di dalam kelas, dia terkejut dan hampir mengatakan dengan keras, bahwa ia mengenal orang yang ada di dalam kelasnya itu. Nyatanya, tidak mungkin juga Arsa bersuara saat semua orang sedang duduk diam mendengarkan kepala sekolah di dalam kelas.

“Jangan khawatir, aku akan menemanimu sampai ayahmu datang. Um, tapi kalau kau mau aku juga bisa mengantarmu pulang. Maksudku, kita bisa pulang bersama-sama,” kata wali kelasnya mengakrabkan diri.

“Kau mirip sekali dengan bibi yang baru saja pindah di samping rumahku. Apakah mungkin rumah kita bersebelahan?” Tanya Arsa.

“Kau juga mirip dengan tetangga baruku. Dia kelihatan sangat baik dan anak yang ceria. Mungkin saja itu dirimu,” kata Varsha terkekeh. “Apakah kau yakin kau tidak mengingatku?” Tanya Varsha yang langsung membuat mata Arsa bersinar.

“Benar. Ternyata itu dirimu. Kau tetangga baru itu ya, terakhir aku melihatmu saat bermain di luar dan ada seorang nenek-nenek yang memberikanku es krim. Ternyata itu kau, iya, kan,” teriak Arsa dengan bahagia seolah dia baru saja mendapatkan hadiah setoples permen.

“Aku senang kita bertetangga. Kapan-kapan kau harus--,” suara klakson mobil mengalihkan perhatian mereka berdua.

“Itu ayahku sudah datang,” seru Arsa, mereka berdua langsung berdiri saat mengetahui seseorang keluar dari dalam mobil.

Arsa berlari ke ayahnya dan langsung memeluk kaki jenjang Raka. Lelaki dewasa itu duduk di hadapannya dan langsung merangkul anak semata wayangnya itu.

“Apakah kau sudah lama menunggu?” Tanya Raka dengan lembut padanya. Dia hanya menggeleng lalu menunjuk ke arah Varsha yang masih berdiri di depan pos ronda.

“Tidak terasa lama karena dia menemaniku. Dia adalah wali kelasku, lalu yang paling keren adalah karena dia tetangga baru kita. Ayah tahu, aku akan sering bertemu dengan nyonya Varsha tiap hari di sekolah. Aku juga akan sering berjumpa dengannya saat berada di rumah,” celoteh Arsa yang membuat ayah dan wali kelasnya tertawa.

“Benarkah? Aku senang mendengarnya. Kami berencana akan mengunjungimu,” kata Raka. “Kau baru pindah beberapa hari ini, ya? Ah, sebelumnya aku Raka, ayah Arsa,” tambah Raka.

Raka mengulurkan tangannya dan Varsha langsung menyambut dengan baik. “Varsha Zanita. Senang berkenalan dengan anda. Kalau begitu, saya permisi ya,” kata Varsha.

Varsha baru saja hendak melangkah meninggalkan mereka, kakinya terhenti saat Raka mengatakan, “Kalau kau mau kau bisa ikut pulang bersama kami. Bukankah jalur rumah kita searah?”

Varsha memperhatikan raut Arsa yang seperti memohon agar Varsha mau masuk ke mobil mereka. Setelah beberapa detik berpikir, dia langsung mengangguk setuju. Mumpung ada yang gratis, kenapa tidak? Dia bisa meminimalisir pengeluarannya untuk keperluan lain.

“Yeay,” girang Arsa.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil. Arsa duduk di depan bersama Raka sementara Varsha duduk di kursi penumpang belakang. Arsa tidak bersuara, dia tidak mengajak ayahnya mengobrol juga tidak wali kelasnya. Padahal saat mereka sedang berdua, anak laki-laki itu sangat suka berbicara, dia cerewet. Tapi kali ini, mungkin karena dia mengantuk, akhirnya dia tertidur.

***

Mereka tetangga. Raka tidak ikut keluar karena dia harus pulang dan segera menidurkan anaknya.

“Terima kasih,” kata Varsha saat wanita itu baru saja keluar dari mobil.

Raka membuka setengah kaca mobil, lalu katanya, “Selamat beristirahat.” Raka membawa mobilnya meninggalkan depan rumah Varsha.

***

Varsha memperhatikan lelaki itu masuk ke dalam rumah sembari membopong anaknya. Setelah dia selesai memantau kedua orang itu, dia langsung masuk ke dalam rumah, membersihkan diri lalu rebahan di atas sofa ruang tamu.

Suasana lengang. Hanya ada suara percikan air kran yang jatuh di wastafel. Rauly Wara pasti sangat sibuk sehingga lelaki itu tidak sempat mengunjunginya hari ini. Diam-diam Varsha merindukan kebersamaan dengan keluarganya sebelum dia pindah ke rumah barunya.

Tidak.

Varsha Zanita tidak boleh menyesali keputusannya yang meninggalkan rumah orang tua hanya agar ia ingin mandiri. Meski tanpa suami. Ini sudah sesuai keinginannya, bahwa dia tidak mau menyusahkan orang tuanya.

Jangan ada penyesalan sekali lagi, Sha. Batinnya.

***

Seperti yang sudah direncanakan Arsa saat berada di dalam mobil perjalanan pulang, dia akan bermain ke rumah tetangga baru atau wali kelasnya itu. Wali kelasnya itu adalah tetangga yang baik, buktinya dia mau menemani Arsa mengobrol sembari menunggui ayahnya yang hendak menjemput.

Dia sudah berdiri di depan pintu rumah tetangganya dengan sekotak kue pie. Sudah dua menit berlalu, tapi dia belum juga memencet bel pintu rumah yang ada di depannya, sementara dari jarak beberapa meter, Raka sudah memberikan aba-aba agar dia segera menyentuh bel pintu itu. Tapi Arsa tidak menggerakkan tangannya, malah dia menyuruh ayahnya agar datang dan menemaninya bertamu.

“Kenapa kau tidak langsung memencet belnya? Apa susahnya, bukankah kalian akan lebih sering bertemu di sekolah?”

Raka yang sudah tiba di depan anaknya. Mereka berdua kini berada di depan pintu rumah tetangga barunya itu.

“Kalau dia tidak ada bagaimana? Sepertinya ibu guru jarang berada di rumah,” kata Arsa mengingat rumah itu selalu kelihatan sepi dan kosong.

“Kita tidak akan tahu, apa dia berada di rumah atau tidak kalau tidak memencet bel nya sejak tadi,” kata Raka sembari memencet bel rumah tetangga barunya itu.

Arsa diam di sampingnya, tetap menjaga kotak pie agar tidak jatuh dari tangannya. Raka dan Arsa saling pandang karena sudah dua kali bel itu di pencet tapi tidak ada sahutan dan pintu belum juga dibuka.

“Sudah kubilang ibu guru tidak ada,” kata Arsa.

Ketiga kalinya mereka membunyikan bel pintu, suara langkah kaki terdengar buru-buru mendekat, serta sebuah suara yang pastinya milik wali kelas Arsa.

“Tunggu sebentar.” Kedua ayah dan anak itu saling pandang satu sama lain sembari tersenyum riang.

***

Sore itu Varsha baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya di dalam kamar. Sambil mendengarkan La Rosa Bella dari kotak musik yang dibelikan oleh Wara beberapa hari sebelum kepindahannya itu. Untung saja, ada benda itu yang menemani kesendiriannya di dalam rumah.

Dia mematut diri di depan cermin. Diumurnya yang hampir mendekati tiga puluh tahun itu, dia masih kelihatan cantik, dia tidak sekurus dua tahun lalu saat bercerai dengan mantan suaminya. Pipi tirusnya sudah kelihatan tembam dan matanya lebar. Dia sudah bisa merawat diri kembali, sesekali ia rambut panjangnya berwarna hitam lebat.

Sebelum perceraian itu, tubuhnya lebih besar karena tengah mengandung. Saat-saat itu, rasa sayang suaminya lebih besar terhadapnya. Bahkan mereka kelihatan seperti keluarga kebanyakan, bahagia.

Bel rumahnya berbunyi. Apakah mungkin Avanti? Tapi sahabatnya itu tidak mengatakan apa-apa soal kunjungan ke rumahnya sore ini. Jadi siapa? Apakah mungkin tetangganya? Apakah tetangganya yang tadi siang mengantarnya itu datang berkunjung ke rumah? Ya Tuhan, Dia buru-buru mengganti pakaian mandinya dengan kaos cokelat pendek dan celana polosan panjang, dan mematikan kotak musik, “Tunggu sebentar,” teriaknya, lalu bergegas keluar.

“Hei ...” sapanya saat baru saja membukakan pintu.

Kedua orang itu sudah berdiri sambil menyungging senyum padanya. “Maaf karena kami datang tiba-tiba dan tidak memberitahumu sebelumnya,” kata lelaki yang tak lain adalah ayah dari muridnya itu. Anak kecil yang ada di sebelahnya langsung mengangkat kotak kue pie dan memberikan padanya.

“Terima kasih. Kenapa kalian repot-repot membawakan ini untukku?” katanya mengambil kotak kue pie yang disodorkan oleh Arsa.

Dia sembari mempersilahkan kedua orang itu masuk.

“Aku harus segera kembali,” kata Raka, “Karena banyak sekali pelanggan yang datang. Arsa mau bermain di sini,” tambah Raka sejenak melirik ke arah Arsa.

“Boleh.”

“Jangan nakal ya,” kata Raka sambil mengacak-acak kepala Arsa. Bocah itu langsung mengangguk patuh.

“Baiklah, sampai jumpa.” Raka pamit meninggalkan mereka.

Arsa dan Varsha masuk ke dalam rumah setelah memastikan Raka sudah sampai di depan pintu kafenya.

“Seharusnya aku yang berkunjung. Maaf, berantakan. Aku belum selesai beres-beres,” kata Varsha saat Arsa sudah berada di dalam.

Varsha yang tinggal sendiri merasa senang karena ada teman. Apalagi temannya sekarang adalah seorang anak kecil yang masih berumur delapan tahun. Dia meninggalkan Arsa ke dapur dan membuka kotak pie yang dibawakan oleh anak laki-laki itu, lalu mereka memakannya bersama-sama.

Terpopuler

Comments

Sasa (fb. Sasa Sungkar)

Sasa (fb. Sasa Sungkar)

hi thor..
cerita nya baguuus..
aq mampir bawa boomlike, komen dan rate5..

feedback ke cerita ku yaa..
ditunggu.. 🤗

2020-06-05

1

Rabaniyasa

Rabaniyasa

jejak dulu y thor..

2020-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!