Kunjungan

Pagi ini, halte bus mulai ramai karena orang-orang sudah mulai berdatangan. Ada orang yang berjalan sendirian, ada yang berpasang-pasangan, bahkan ada pula yang berkelompok-kelompok. Seperti empat siswa SMA yang sedang berdiri di halte itu.

Varsha Zanita hanya memperhatikan gelagat ke empat gadis-gadis muda itu. Tawa mereka mencuri perhatiannya, seharusnya dia sebahagia itu sekarang. Seharusnya dia sudah tertawa bahagia bersama keluarganya. Iya, setidaknya bersama sebuah keluarga kecilnya. Aih, kenapa sepagi ini para gadis SMA itu menyulut kesedihan di hatinya? Padahal ini adalah hari pertama dia bekerja, pertama kali dia bertemu dengan anak-anak kecil yang ramai dan orang-orang yang juga belum dikenalnya.

Bus sudah datang, Varsha mengambil langkah buru-buru dan masuk ke dalam bus. Hidupnya sudah berubah. Saat ini tidak ada yang mengikatnya, tentang apapun. Dia sudah tidak terikat lagi dengan pernikahan dan apapun lainnya. Ponselnya berbunyi pas saat dia merogoh kantung kemeja formalnya. Avanti Lavani, nama yang tertera di layar ponselnya membuat Varsha hanya menghela pelan. Senang juga, karena sepagi ini sudah ada yang menghubunginya.

‘Hei... Ah, aku baik-baik saja... Apa? Kau akan berkunjung?... Apakah Wara belum memberitahumu kalau aku tidak bisa dikunjungi setiap pagi kecuali hari minggu dan hari libur nasional?’ suaranya memang terdengar bercanda. Dia ikut tersenyum saat seseorang yang ada diseberang itu tertawa.

‘Ada apa kau menghubungiku? Sungguh? Kau bisa berkunjung nanti sore jika kau mau.. Baiklah, sampai jumpa..’ Varsha mengakhiri pembicaraan di ponselnya.

Bus sudah berhenti di lampu merah saat matanya jatuh pada segerombolan anak-anak yang sedang menaiki sepeda dan mengenakan seragam sekolah. Pagi ini juga, Varsha akan menjumpai anak-anak kecil di sekolahnya. Bus kembali berjalan mendahului gerombolan anak-anak kecil itu, lalu dia turun di halte yang ada di depan sekolah tempatnya mengajar.

Matanya tidak berhenti memperhatikan sosok anak kecil yang sedang bercengkerama dengan lelaki dewasa itu, hubungan yang harmonis. Hubungan antara anak dan ayah. Seharusnya dia sudah memberikan keturunan untuk suaminya, seharusnya dia bisa melihat keluarga kecilnya sedang bermain, seharusnya dia bisa melihat hubungan antara ayah dan anak di rumahnya. Tapi itu seharusnya, dan sekarang dia hanya menyaksikan keluarga orang lain, anak-anak orang lain, dan suami orang lain. Varsha Zanita hanya tersenyum miris, kondisinya yang sekarang tidak memungkinkan dirinya untuk mempunyai keluarga kecil yang bahagia seperti orang lain.

“Apakah kau guru baru yang dibicarakan itu? Selamat bergabung ya,” seorang lelaki yang mengenakan seragam olahraga sudah menyambutnya saat Jana baru saja tiba di ruang guru. Beberapa guru yang lainnya sudah datang, dan satu per-satu mengajaknya berkenalan.

“Biasanya anak-anak sering nakal dan bertengkar, tapi kau harus bersabar dan maklum, karena mereka masih anak-anak. Mereka tidak tahu apa-apa. Ah, iya, namaku Ardika Hirawan. Salam kenal ya,” kata lelaki yang sejak tadi mengekor di belakangnya itu. Meja lelaki itu berada di sebelahnya.

“Varsha Zanita, kau bisa memanggilku Varsha,” katanya sambil menaruh tas di atas meja kerjanya.

Pagi ini dia akan memperkenalkan diri di depan para murid-muridnya, tapi sebelum itu dia harus menemui kepala sekolah. Ardika Hirawan sudah berjanji akan menemaninya menemui kepala sekolah, tapi sebelum itu dia akan menunggui Ardi yang harus berjaga di depan gerbang, mengawasi anak-anak yang berdatangan.

***

Caraka Kencana baru saja membuka kafenya saat sedang berjalan ke arahnya. Seorang gadis berjalan di samping Fazwan Kalingga.

Mungkin wanita itu yang dimaksud olehnya. Batin Raka.

Saat mereka sudah dekat, Raka mempersilahkan calon pegawai barunya itu masuk.

“Ini, kau bilang kau mencari seorang pegawai, jadi aku membawanya. Aku mengenalnya,” kata Fazwan. Sementara wanita yang sedang diperkenalkan pada Raka hanya mengulum senyum.

“Laila Anjani. Aku akan bekerja dengan baik,” kata wanita itu mengulurkan tangan, Raka membalas jabatan tangannya.

“Apakah sekarang aku bisa langsung bekerja?” tanya Laila yang langsung disambut dengan anggukkan oleh Raka dan Fazwan.

Setelah mendapatkan izin, Laila meninggalkan keduanya dan mulai bekerja.

“Kau yang akan mengawasinya,” kata Raka saat mereka naik menuju rumah Raka.

“Tentu saja, jangan khawatir. Aku sudah lama mengenalnya. Oh iya, mungkin tiap malam aku tidak bisa menginap lagi, kau tahu sendiri, aku harus mengantarnya pulang,” kata Fazwan.

Rupanya kamu memberikan perhatian lebih pada wanita itu. Batin Raka.

“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti karena sekarang kau sedang menikmati masa-masa jatuh cintamu,” goda Raka, dia mengambil kopi yang sudah dingin sepuluh menit yang lalu.

“Hei, bukan begitu teman. Tapi aku memang harus menjemput dan mengantarnya pulang.”

“ Apa kalian memiliki hubungan yang serius?”

Fazwan terdiam.

“Tidak apa-apa. Asal kalian tidak bermalas-malasan lalu sengaja meninggalkan kafe dan berkencan di luar,” kekeh Raka.

Tidak seperti Caraka Kencana, Fazwan Kalingga belum menikah. Dia masih menikmati masa bujangnya, tapi tidak tahu sekarang, karena saat ini dia sedang dekat dengan seseorang. Fazwan baru saja memperkenalkan orang itu padanya. Caraka Kencana bisa melihat arti tatapan Fazwan Kalingga pada Laila Anjani, wanita yang saat ini di dekati oleh Fazwan.

Raka bertanya-tanya, seberapa dekat, kah mereka?

“Kau harus menikah, Fazwan. Bagaimanapun juga, pernikahan adalah salah satu penyempurna bagi setiap manusia. Kalau kau tidak menikah, kau tidak akan tahu bagaimana menjadi kepala keluarga, juga tidak tahu seperti apa keluarga itu. Jadi, untuk menyempurnakan dirimu sebagai seorang laki-laki, maka kau harus menikah,” saran Raka.

“Ada yang datang,” kata Raka saat melihat dari lantai dua, pagi sekali kafe eudaemonia kedatangan pelanggan.

Seorang laki-laki berkumis tebal dan juga alis tebal yang agak sedikit naik di dahinya. Lelaki itu melihat sekeliling saat memasuki kafe. Laila yang sejak tadi berada di sana langsung ambil alih dan menanyakan pesanan kepada si lelaki tersebut.

“Aku senang bertemu denganmu di sini, Caraka Kencana,” lelaki itu berujar saat Raka dan Fazwan berjalan ke arahnya.

Lelaki itu adalah salah satu teman saat mereka di kemiliteran. Fazwan yang baru saja mengenali pemilik wajah itu langsung menghambur memeluk lelaki berkumis yang berkunjung ke tempat mereka.

“Jenderal, apa kabarmu?” Fazwan Kalingga langsung menghambur ke arah sang jenderal dan memeluk lelaki berkumis itu tanpa pikir panjang.

Rupanya, lelaki yang mirip Lee Scoresby dalam film The Golden Compass adalah salah satu atasan mereka saat berada di kemiliteran. Raka tidak menduga kalau lelaki itu akan mengadakan kunjungan ke kafenya. Dari mana lelaki itu tahu kalau Raka membuka usaha kafe baru?

“Oh iya, aku tahu kafe mu dari Hara, lalu aku ingin berkunjung dan melihat kalian di sini. Di mana anakmu?” katanya saat Raka dan Fazwan duduk di hadapannya. Meja plastik bundar berwarna putih menghalangi mereka.

“Sekolah, aku senang kau datang,” kata Raka, dia meminta Laila mengambil dua minuman seperti pesanan lelaki berkumis itu.

“Pangkalan militer sedang sepi dan semua orang libur selama dua minggu. Aku tidak betah di rumah dan akhirnya berkunjung ke tempatmu. Tanpa kalian di sana, semuanya tidak seperti dulu, pangkalan militer tidak semenarik dulu,” lelaki itu berceloteh. “Letnan Laras sering marah-marah dan menghukum para tentara yang baru masuk. Jujur saja, divisimu lebih baik dari pada divisi lainnya. Kalian sering di berikan tugas keluar negeri, sementara kapten lainnya,” lelaki itu menggelengkan kepala,

“Kami sering menyayangkan keputusan resign kalian, padahal masa kalian di kemiliteran masih panjang,” katanya lagi. Raka dan Fazwan hanya mendengus halus dan saling tatap saat mendengarkan mantan jenderal mereka yang berceloteh panjang lebar itu.

***

Setelah mereka selesai mengobrol, lelaki berkumis yang kerap disapa Ishan Adyatama pergi meninggalkan kafe, sementara orang-orang sudah mulai berdatangan. Raka pergi menjemput Arsa karena jam sudah menunjukkan waktu pulang sekolah. Ishan Adyatama cukup lama berada di kafe mereka, sesekali lelaki itu meceritakan bagaimana kondisi di pangkalan militer ataupun para tentara yang ditugaskan ke luar negeri untuk menjaga warga negara mereka. Banyak kisah yang ditinggalkan oleh Ishan Adyatama yang membuat kedua lelaki itu jadi rindu pada militer.

Terpopuler

Comments

Rabaniyasa

Rabaniyasa

hay thor, aku mampir lagi nih..
semangat terus ya..
jangan lupa untuk saling mendukung..

2020-06-03

1

TiaDiantyAnandita

TiaDiantyAnandita

Aku uda mampir ya thor..... 😉

2020-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!