Setelah sekian lama untuk berpikir, akhirnya Jesi memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan yang akan ia lakukan nanti di bar.
"Cuman ini satu-satunya jalan untuk ku, ya sudahlah lagian bekerja dibar juga sementara setelah lunas hutang sama bos dingin itu, aku akan berhenti semoga saja tidak terjadi apa-apa nantinya," gumam Jesi dalam hati.
Setelah itu Jesi bangun dari tempat tidur untuk mandi, kemudian pergi kedapur untuk memasak, makan, mencuci piring dan beres-beres rumah. Walaupun ia sibuk dengan pekerjaanya ia slalu menyempatkan diri untuk beres-beres rumah, karena ia termasuk orang yang suka dengan kebersihan. Terutama Jesi lebih suka membersihkan rumahnya di dalam hari, karena saat pagi nanti ia tidak perlu repot-repot lagi untuk bekerja menyapu dan lain sebagainya, jadi Jesi hanya tinggal mandi dan membuat serapannya saja.
Tidak terasa pagi pun sudah tiba....
"Kring, kring." Bunyi alaram Jesi setiap pagi seperti biasa. Jesi pun langsung menyiapkan serapan paginya, lalu setelah itu mandi, ganti pakain dan makan, setelah semuanya selesai Jesi langsung berangkat kekantor mengunakan motor kesayangan.
Saat masih dalam perjalanan, Jesi kembali mengingat keputusannya tadi malam. Harus kah ia bekerja di tempat itu, rasanya pikiran Jesi berkecamuk aduk hingga ia tidak memperhatikan jalan nya dan menabrak sesuatu yang keras yang tidak lain mobil yang sedang parkir di pinggir jalan.
"Bruuuuukk."
"Auh!" pekik Jesi kesakitan, siku tangan dan lututnya berdarah, sedangkan pergelangan kakinya sedikit terkilir karena jatuh. Rasanya Jesi benar-benar kesal dengan hidupnya yang selalu saja terkena musibah. Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencang nya, namun ia tahan, karena keadaan sekarang tidak memungkinkan, ia sadar bahwa banyak orang di sekitarannya.
"Nak, kamu tidak apa-apa kan?" ucap Ibu-ibu pemilik mobil yang di tabrak Jesi itu.
"Tidak apa-apa bu," jawab Jesi.
"Ya sudah, saya bantuin berdiri ya," ucap ibu itu lagi.
"Iya trima kasih."
"Kita kerumah sakit saja ya nak," ajak ibu tersebut, ia khawatir dengan keadaan Jesi, karena ia melihat ada beberapa luka memar dan berdarah di tubuhnya.
"Terima kasih bu, tidak usah bu, ini tidak apa-apa kok," tolak Jesi dengan halus, ia merasa ibu itu tidak berhak bertangung jawab atas dirinya yang terluka, karena yang salah adalah dirinya sendiri, ia juga sudah merusak mobil ibu itu, jadi Jesi benar-benar tidak enak hati menerima bantuan dari ibu tersebut.
"Ya sudah, sepertinya kamu mau bekerja ya?"
"Iya bu."
"Ya sudah kamu berangkat sekarang."
"Tapi bu, saya mau minta maaf dulu sama pemilik mobil ini dulu." ucap Jesi, Jesi masih belum tahu siapa pemilik mobil tersebut, ia melihat mobil yang ia tabrak sedikit lecet, ia merasa sangat bersalah karena tidak berhati-hati mengendarai motornya.
"Saya pemilik mobil ini nak, sudah tidak apa-apa kok, jangan di pikirin. Coba lihat luka kamu itu, sebaiknya kamu segera obatin, supaya tidak infeksi nanti nya." ucap ibu tersebut dengan tulus.
"Sekali lagi saya minta maaf bu, saya benar-benar tidak sengaja," ucap Jesi.
"Iya saya maafkan, lain kali hati-hati ya nak."
"Ya Tuhan, terima kasih sudah berbaik hati, syukurlah ibu ini tidak mempersulitkan aku, semoga ibu ini tetap sehat dan panjang umur," gumam Jesi, ia sangat bersyukur karena pemilik mobil itu baik dan mau memaafkan nya.
"Terima kasih banyak bu," ucap Jesi bersalaman dan mencium punggung tangan ibu-ibu tersebut, tidak terasa air mata nya menetes karena ia teringat kedua orang tua nya. Seadainya kedua orang tua nya masih hidup, mungkin kehidupannya tidak akan tersiksa seperti sekarang pikirnya.
"sama-sama nak."
"Saya permisi ya bu."
"Iya hati-hati ya nak."
"Iya bu." Jesi pun perlahan-lahan menaiki motornya, ia melihat jam di tangannya tinggal 10 menit lagi jam masuk kerja, Jesi pun menghidupkan motornya dan setelah beberapa menit kemudian, Jesi sudah sampai di kantor tempatnya bekerja, Jesi pun langsung memarkirkan motor nya di tempat parkiran.
"Auh!" pekik Jesi kesakitan. Lengan, lutut dan pergelangan kaki nya semakin pedih dan sakit. Saat Jesi Ingin memasuki Lif. Ia tidak sengaja bertemu dengan Adrian bos nya.
"Kamu kenapa, kok bisa seperti ini?" tanya Adrian.
"Ah tidak apa-apa kok pak, tadi hanya jatuh dari motor saja."
"Tidak apa-apa bagaimana? Lihat kaki, tangan dan lutut kamu itu terluka. Sebaiknya kita ke rumah sakit saja," ucap Adrian, Adrian pun menarik tangan Jesi setelah pintu lif itu terbuka.
"Tunggu pak!"
"Kenapa lagi?"
"Sebaiknya tidak usah saja, kan di kantor sudah ada obatnya."
"Tidak! kita ke rumah sakit saja."
"Tidak, tidak usah pak," tolak Jesi lagi.
"Kenapa kamu keras kepala sekali hah?"
"Saya mohon pak, nanti di obatin disini saja, tidak usah kerumah sakit," ucap Jesi memohon.
"Baiklah," ucap Adrian yang sedikit kecewa dengan penolakan Jesi, Adrian pun pergi meninggalkan Jesi sendirian, karena ia sudah malas membantu Jesi yang sangat keras kepala dan tidak mau mendengarkan apa yang ia katakan.
"Sepertinya pak bos marah deh."Jesi pun berjalan perlahan-lahan. Setelah memasuki ruangan tempatnya bekerja, Jesi mendengar ada yang memanggilnya.
"Jesi! Jesi!" panggil salah seorang karyawan yang berteman dengan jesi di kantor, yang tidak lain Memei.
"Ya, ada apa Mei?" tanya Jesi.
"Jes nanti jam 10 kita rapat ya, kamu mewakili divisi bagian keuangan."
"Ok Mei, makasih ya."
"Iya sama-sama, jangan lupa lho ya."
"Iya-iya, Mei bisa minta tolong ngak?" tanya Jesi
"Bisa, minta tolong apa?" tanya Memei kembali.
"Tolong ambilkan kotak obat dong Mei."
"Lho, kamu sakit Jes?."
"Emm, tadi habis jatuh dari motor."
"Ya ampuuun Jesi! Kenapa kamu tidak hati-hati sih!" oceh Memei.
"Aish, aku mau minta tolong ambilkan kotak obat, bukan dengarin ocehan kamu Memei."
"Maaf, maaf Jes." Memei pun berlari mengambil kotak obat tersebut, setelah beberapa menit kemudia Memei pun kembali dengan membawa kotak obat di tangannya.
"Sini, nanti aku obatin."
"Terima kasih, Mei."
"Em, lain kali hati-hati dong."
"Aissh iya-iya, kenapa bawel amat sih!" kesal Jesi
"Ups maaf," ucap Memei, lalu Memei pun dengan telaten mengobati luka Jesi secara perlahan-lahan.
"Ok sudah."
"Terima kasih."
"Sama-sama, oh iya jangan lupa ada rapat nanti lho ya." Memei kembali mengingatkan Jesi lagi.
"Iya-iya, ya sudah kita kerja dulu nanti pak bos marah melihat karyawannya mengobrol mulu," kata Jesi sambil tersenyum.
"Hehe iya, yuk," sahut Memei.
Kurang 10 menit jam 10, Jesi sudah bersiap-siap untuk mengikuti rapat diruang rapat. Walaupun dalam keadaan terluka, tetapi Jesi tetap memaksa keadaanya dan kemudian Adrian pun sudah datang dengan diikuti oleh sekertarisnya di samping. Adrian pun melihat ke arah Jesi yang sedang asik melihat laptopnya untuk memeriksa kembali data yang akan ia presentasikan ke depan nya.
"Dasar keras kepala!" gumam Adrian sambil rasa kesal di hatinya, melihat Jesi yang ikut rapat hari ini dengan keadaan yang sungguh sangat kasihan.
Setelah semua orang yang mengikuti rapat hari ini berkumpul dan duduk di kursi nya masing-masing, mereka pun memulai rapatnya.
"Ok selamat pagi, bagaimana hasil keuangan diperusahaan ini?" kata Adrian langsung membuka suara, karena Adrian tidak suka terlalu banyak basa-basi.
Satu persatu orang-orang tersebut menjelaskan bagaimana hasil peningkatan pendapatan bulan ini, mereka di berikan kesempatan menjelaskan dengan waktu 5 menit saja. Setelah mendengar semua penjelasan bawahan lainnya, Adrian pun melihat ke arah Jesi yang sedang asik melamun.
"Kamu tolong jelaskan didepan," kata Adrian, sambil menunjuk Jesi yang sambil gemetaran, karena pertama kalinya bagi Jesi untuk mengikuti rapat itu.
"Baik pak." Jesi pun menjelaskan dengan lancar dan detail, disaat Jesi menjelaskan ada tatapan tajam yang tidak diketahui oleh Jesi , karena Adrian selalu menatapnya entah apa arti tatapan tersebut.
"Cantik," gumam Adrian, namun seketika dia kembali tersadar.
"Astaga, apa-apaan sih dasar mulut tidak bisa di jaga!" gumam Adrian di dalam hatinya lagi.
"Menurut saya begitu pak," kata Jesi, setelah selesai menjelaskan, semua orang pun kagum dengan hasil penjelasan Jesi didepan. Terutama Adrian, dia sangat puas dengan penjelasan Jesi, namun Adrian tidak menampakannya, karena bagi Adrian itu adalah hal yang paling tidak mungkin baginya tersenyum didepan banyak orang, karena Adrian terkenal dingin tanpa ekspresi.
"Ok rapatnya selesai." Adrian pun beranjak pergi keluar dengan wajah dinginnya seperti biasa.
Jesi pun sangat senang dengan hasil kerja kerasnya selama ini, kemudian Jesi pun pergi ketempat meja kerjanya dengan senyuman,ia langsung melanjutkan pekerjaanya. Lagi-lagi Jesi melupakan jam makan siangnya, karena ia sudah terbiasa jarang makan, namun Adrian terus memperhatikan nya diam-diam.
"Perempuan ini perutnya terbuat dari apa sehingga selalu melupakan makan siangnya," gumam Adrian dalam hati tanpa ekpresi. Selama Jesi bekerja di kantornya, Adrian selalu memperhatikan Jesi diam-diam, entah apa yang membuatnya tertarik melakukan hal itu, namun dengan sekejab Adrian tidak memperdulikanya dan dia langsung pergi.
Malampun sudah tiba, Jesi pun bersiap-siap untuk berangkat kerja dibar, walaupun badannya terasa lelah, Jesi selalu bersemangat untuk bekerja lagi. Sampai di bar Jesi langsung dipanggil oleh maneger di bar.
"Oh, jadi ini ya yang namanya Jesi, bagus cantik juga ternyata," gumam Leo maneger bar.
"Ok kamu pake baju ini, " Sambil menunjukan baju untuk Jesi yang terlihat seksi
"Bo...boleh kah saya pakai baju ini saja?" kata Jesi berharab maneger menyetujui perkataan nya, sambil terbata-bata menunjuk bajunya yang panjang dan celana panjangnya, karena Jesi tidak terlalu suka dengan baju yang di berikan oleh manegernya, jika dipakai bentuk tubuhnya yang seksi dan montok akan sangat tampak dan tidak begitu nyaman baginya kecuali dirumah nya sendiri. Di tambah lagi luka-luka nya, ia akan malu bekerja dengan keadaan seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Mfftah Afni
kaya gak punya mata
2022-04-29
0
Summer_day
Semangat thor..
2021-04-07
1
Ccyaa
💓
2021-02-17
0