Menyiapkan Pakain Bekerja

Tiga hari kemudian, Jesi ditelpon bahwa ia diterima ditempat perusahaan yang dilamar dan bahwa ia besok bisa mulai bekerja dikantor.

"Ya, Tuhan, akhirnya aku diterima," kata Jesi, sambil meloncat-loncat karena kegirangan. Dengan segera Jesi menyiapkan pakainya serta keperluan yang lain, ia ingin besok bekerja dengan penampilan yang rapi dan sopan sehingga tidak ada yang memandang dirinya dengan aneh ataupun memprotes penampilannya yang sederhana itu.

"Ibu ... ayah ... akhirnya aku sudah bekerja di sebuah perusahaan yang aku inginkan selama ini. Ibu dan ayah tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi karena aku akan berjuang sekeras mungkin mencapai impianku yang selama ini kalian ingin. Sekarang kalian bisa tenang disana, selamat malam Ibu ... ayah ..." ucap Jesi menatap foto kedua orang tuanya yang telah meninggal itu, rasanya ia sangat merindukan kedua orang tuanya yang sudah lama meninggalkan dirinya untuk selamanya. Setelah mempersiapkan semuanya, perlahan-lahan Jesi merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk foto kedua orangtuanya dengan sangat erat hingga tanpa sadar lagi membuat nya tertidur dengan buliran air mata di kedua pipi cantik nya itu.

***

Pukul 4.30 menit alarm Jesi berbunyi dengan cukup nyaring dan menandakan hari sudah pagi. Akhirnya gadis itu bangun dengan penuh semangat dan langsung menuju kedapur. Seperti biasa ia membuatkan serapan, walaupun hanya roti dengan di isi telur dan minuman susu. Jesi sangat bersyukur menikmatinya karena masih banyak yang diluar sana tersiksa, hingga meninggal karena  kelaparan.

Dari situlah Jesi belajar, bahwa hidup itu memang selalu ada manis pahitnya, jadi ia harus mensyukuri atas semuanya. Setelah semuanya beres, Jesi langsung mandi dan ganti pakain, kemudian serapan dengan tergesa-gesa, walaupun sebenarnya waktunya masih banyak, tapi ia tidak ingin terlambat sedikit pun.

"Akhirnya kenyang juga ini perut," ucap Jesi sambil mengelus perutnya dengan pelan.

"Sebaiknya aku berangkat sekarang."

Jesi segera mengambil tasnya yang terbuat dari kain yang sudah terlihat cukup kusam itu yang isinya hanyalah sebuah ponsel serta beberapa lembar uang di dalamnya. Uang tersebut ia pergunakan sebaik mungkin untuk bertahan hidup sementara dirinya mendapatkan gajih pertama, walaupun bekerja di perusahaan yang besar dan tentu gajihnya tidak sedikit. Jesi berjanji tidak akan pernah mengunakan uang tersebut dengan sembarangan, ia berencana akan mengunakan uang itu untuk membeli rumah serta keperluan yang ia inginkan selama ini. Terutama menganti motornya yang sudah sering kali mogok itu karena motor tersebut sudah cukup tua dan seharusnya tidak bisa terlalu sering dipakai lagi namun, keadaan memaksa dirinya untuk memakai motor tersebut hingga sampai saat ini.

Pergi kekantor tidaklah memerlukan waktu yang begitu lama, hingga 30 menit saja Jesi sudah sampai di tempat dirinya bekerja.

"Aku yakin, aku pasti bisa!" Jesi mencoba untuk menyemangati dirinya, berharap ia bisa berhenti untuk memikirkan hal yang tidak-tidak saat ini.

"Semoga saja, laki-laki kemaren  yang dingin seperti bongkahan salju  itu,  tidak melihat ku ya, Tuhan," kata Jesi sambil berjalan menuju kantor.

Jesi sebenarnya sangat takut jika laki-laki yang kemarin ia tabrak meminta rugi jas yang tidak sengaja ia kotori itu karena saat ini dirinya juga belum memiliki banyak uang. Jangankan mengganti jas, untuk biaya makan saja ia hanya mampu makan roti yang seadanya bahkan hampir setiap hari ia harus memasak mie rebus untuk mengisi perutnya supaya tidak terlalu lapar.

Setelah bergumam cukup lama di depan kantor, Jesi memutuskan untuk segera masuk ke dan seketika langsung di sambut oleh beberapa karyawan yang lain namun, ada juga yang tidak peduli dengan kedatangan dirinya termasuk Tara.

Tara adalah sosok perempuan yang sombong, egois, tidak suka di bantah dan suka mengoda lelaki yang kaya raya dengan gaya  modis nya. Termasuk bos nya sendiri tapi sayangnya bos nya tidak pernah untuk merespon apa yang diperbuat Tara kepadanya. Sudah berulang kali Tara melakukan trik kotor nya dan saja usaha nya tidak pernah berhasil sama sekali. Sampai sekarang, dia  berjanji akan selalu melakukan hal apa pun untuk mendapatkan hati bos nya itu.

"Selamat pagi," sapa karyawan lain yang menyapa Jesi sambil tersenyum manis sedangkan Jesi merasa sangat kaku untuk membalas sapaan itu sehingga ia hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum saja.

"Apa aku harus membalas sapaan mereka?" Jesi pun berpikir apa yang ia lakukan seperti tidak menghargai orang lain, sehingga ia mencoba untuk membalas sapaan tersebut dengan sangat hati-hati.

"Selamat pagi juga, perkenalkan saya karyawan baru disini mohon bimbingannya," ucapnya sambil membukukkan badannya.

"Ok, semoga kamu betah bekerja disini ya," ucap salah satu karyawan itu.

"Semoga saja," ucap Jesi sambil tersenyum manis.

"Oh, ya sudah, meja kerja kamu ada ditengah-tengah itu ya dan saya permisi dulu bye," ucap perempuan itu yang bernama Yola.

"Terima kasih," ucap Jesi, lalu Yola pun pergi dari hadapan Jesi.

Setelah menyapa dan kenalan dengan karyawan lainnya, Jesi pun berniat untuk duduk di kursi dimana seharusnya ia bekerja saat ini namun, tiba-tiba saja seorang perempuan yang cantik, sekitar umur 26 tahun itu menghampiri nya dan menghentikannya.

"He! Tolong kamu kerjakan ini semua tapi kamu belikan kopi untuk saya terlebih dahulu!" ucap Tara kepada Jesi dengan sangat ketus sambil menatap ke arah gadis itu dengan wajah yang ketus, sedangkan Jesi merasa tidak nyaman sama sekali melihat raut wajah itu.

"Maaf Mbak ...tapi say— " ucap Jesi terpotong dan tidak sempat ia menyelesaikan bicara nya karena sudah terlebih dahulu di sahut oleh Tara.

"Jangan membantah! Cepat pergi sana!" usir Tara.

"Tapi Mba... saya baru sampai dan kenapa malah menyuruh saya? Saya bukan OG disini..." jawab Jesi berusaha untuk menjawab dengan sopan kepada orang yang posisinya lebih atas darinya.

"Perempuan ini, berani juga membantah omongan ku, lihat saja kamu!" batin Tara.

"Kalau kamu tidak ingin menuruti perintah saya! Ok, baiklah saya akan laporkan kamu kepada atasan, bahwa kamu orangnya pemalas dalam bekerja!" ancam Tara.

"Ya, sudah deh, dari pada cari ribut mending aku turutin aja, aku malas berdebat apalagi ini hari pertama ku bekerja," batin Jesi.

"Baiklah, mana uangnya, Mbak?" ucap Jesi sambil mengarahkan telapak tangannya ke arah Tara.

"Ini, jangan sampai membuat saya menunggu terlalu lama ya! Awas kamu!" ancam Tara lagi.

"Baik, Mbak," ucap Jesi, lalu pergi keluar untuk membeli pesanan Tara, sedangkan Tara tersenyum senang karena sudah berhasil mengerjai Jesi.

"Huh! Nenek sihir itu menyuruhku seenak jidadnya saja!" gumam Jesi kesal.

Jesi pergi keluar dari kantor menuju ke arah cafe yang berada di seberang kantor untuk membelikan kopi pesanan Tara barusan akan tetapi, tiba-tiba saja ia tidak sengaja melihat laki-laki yang sangat ia hindari itu baru saja keluar dari mobil dengan gaya yang terlihat begitu sombong dan angkuh. Jesi yang tidak ingin laki-laki itu melihatnya, ia pun segera berlari terbirit-birit dan hampir saja menabrak tiang listrik yang berada di hadapannya itu saking merasa takutnya ia.

Jesi segera memesan kopi sesuai dengan pesanan Tara. Ia sangat berharap, gadis itu tidak akan mempersulit kan dirinya bekerja setelah ini karena ia sangat ingin bekerja dengan keadaan yang tenang dan damai.

Setelah membelikan kopi Jesi pun langsung memberikan nya kepada Tara.

"Kenapa cepat sekali sih keluar membelinya?!" batin Tara dalam hati, sambil kesal dengan Jesi.

"Ini Mbak pesanan nya tadi." Tara pun mengambilnya dengan kasar sambil menatap Jesi dengan sinis.

"Lain kali kalau di suruh jangan membantah lagi!" ucap Tara.

"Baik, Mbak."

"Ini, kerjakan sekarang juga! Jangan sampai ada kesalahan apa pun, awas kamu!" Lalu Tara langsung pergi, padahal Jesi mau memprotes, karena berkas yang di pegang Jesi seharusnya bukan bagiannya.

"Huh! Hidupku selalu saja tidak ada hal yang baik, pasti selalu ada masalah," batin Jesi, lalu ia duduk dan mengerjakan tugas yang di berikan Tara tadi kepadanya.

Namun, baru saja Jesi mendudukkan bokongnya di atas kursi tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang lumayan gagah, berjas hitam dengan badan yang tegap menghampirinya.

"Permisi, kenalkan saya Alfin sekertaris  bapak Adrian," kata Alfin sambil memperkenalkan dirinya.

"Oh, jadi  Adrian nama CEO di perusahaan ini," ucap Jesi dalam hati.

"Kalau saya Jesi Cleopatra. Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Anda telah dipanggil oleh bapak Adrian, untuk  masuk dan  bertemu dengan nya terlebih dahulu keruangan nya. "

"Baik, Pak, " ucap Jesi lalu berdiri.

"Mari saya tunjukan jalannya."

Jesi terus mengikuti langkah kemana Alfin membawanya saat ini, Jesi melihat mereka berdua masuk kedalam lif menuju ke lantai atas. Keringat dingin sudah menguasai hati dan pikiran gadis itu, ia begitu gugup dan takut jika harus bertemu dengan seorang CEO yang katanya sangat galak dan suka membentak bawahannya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya berada di posisi itu nantinya, ia sangat berharap dirinya tidak memiliki urusan kepada CEO tempat dirinya bekerja saat ini.

Alfin berhenti di depan pintu yang cukup besar yang tentunya itu adalah tempat dimana CEO itu bekerja saat ini. Jesi melihat sendiri laki-laki yang berada di hadapannya saat ini mengetuk pintu dengan sangat hati-hati, hingga terdengarlah suara orang yang menyahuti dari dalam ruangan tersebut untuk segera masuk kedalam.

"Permisi." Jesi pun masuk dengan penampilan yang begitu rapi dan anggun.

"Ya, silahkan masuk!" Dengan wajah dinginnya, Adrian menjawab, kemudian Jesi pun masuk.

"Hah! Jadi ... si dingin ini ... bos ku? Astaga betapa sempit nya dunia ini!" ucap Jesi dalam hati.

"Kenapa kamu masih berdiri  di depan pintu sana? Kesini kamu!" teriak Adrian dengan kesal.

"Astaga gendang telingga ku hampir saja pecah, ternyata bos di kantor ini suaranya seperti terompet juga," gumam Jesi dalam hati.

"Ba—baik, Pak," jawab Jesi terbata-bata, sambil berjalan dan menundukan kepalanya tanpa melihat kearah Adrian, karena dia benar-benar takut, untuk melihat wajah bos nya itu.

"Kamu!  kalau menjawab pertanyaan saya hadap kedepan saya! Wajah saya bukan dibawah lantai, kenapa tidak sekalian saja kamu bungkus wajah kamu pakai karung saja, supaya tidak melihat saya!" ucap laki-laki yang berusia 28 tahun itu dengan nada dingin dan kesal.

"Ba—baik, eh salah. Maaf, Pak." Lagi-lagi Jesi menjawab dengan terbata-bata, hingga membuat kesalahan lagi namun Jesi masih saja tidak berani melihat ke arah Adrian,

ia merasa tenang menatap lantai dibandingkan wajah bosnya itu.

"Alfin!" teriak Adrian dengan nyaring memanggil Alfin.

"Iya, ada apa, Pak?" ucap Alfin yang kalang kabut di panggil.

"Tolong kamu cari karung untuk saya segera!" perintah Adrian dengan kesal.

"Buat apa, Pak?" tanya Alfin dengan heran.

"Untuk membungkus wajah karyawan baru saya ini, dari tadi ia terus menatap lantai. Apa wajah saya semengerikan itu?" tanya Adrian kepada sekertarisnya itu dengan kesal.

"Bagaimana orang mau menatap wajah Papak? suara Bapak saja seperti suara terompet kapal," gumam Alfin dalam hati.

"Tentu saja tidak, Pak," ucap Alfin dengan tegas, namun tidak jujur.

"Kamu dengar itu?" tanya Adrian.

"Saya dengar, Pak," jawab Jesi.

"Lalu kenapa terus menatap lantai dari tadi? Angkat wajahmu sekarang juga!" kesal Adrian

Kemudian Jesi menatap Adrian, sehingga tatapan mereka saling bertemu beberapa detik, kemudian mereka pun  segera memalingkan wajahnya dengan serentak.

"Perempuan ini selalu saja terbata-bata menjawab pertanyaan ku. Tapi kenapa saat melihatnya, aku tidak berani menatap mata nya itu," gumam Adrian dalam hati

"Ok, kamu sudah tau kan posisi kamu bekerja dimana? Jadi sebaiknya, kamu harus profesional dalam bekerja. Jangan sering membuat kesalahan dan mempermalukan perusahaan saya paham!" ucap Adrian dengan tegas.

"Baik, Pak."

"Sekarang kamu boleh pergi bekerja," ucap Adrian. Jesi pun menundukan kepalanya, memberi hormat sebelum keluar, saat ingin keluar tiba-tiba saja Adrian memangilnya.

"Tunggu!" kata Adrian, seketika langkah Jesi terhenti.

"Ya, Tuhan apa lagi ini?" gumam Jesi dalam hati.

"Urusan pribadi kita belum selesai, tapi  kenapa kamu mau cepat-cepat keluar?" kata Adrian dengan nada sinisnya.

"Astaga bongkahan salju ini tadi disuruh aku keluar, sekarang malah menyalahkan aku! Huh! Menyebalkan!" gumam Jesi.

"Apa kamu bilang?"

"Tid—tidak ada apa-apa, Pak.

"Hem, kamu jadi kan ganti rugi jas saya?" tanya Adrian

"Sudah ku duga, pada akhirnya ia meminta ku untuk mengantikan jas itu ..." gumam Jesi dalam hatinya

"Jadi, Pak" jawab Jesi, rasanya ia ingin meminta keringanan saja dengan mencuci jas tersebut namun ia tidak memiliki keberanian untuk memprotes sekarang.

"Ini harga yang harus kamu ganti." Adrian memberikan sebuah kertas ke arah Jesi, kemudian mata gadis itu tiba-tiba saja terbelalak karena melihat harga jas tersebut melebihi harga motornya.

"Bapak, yakin ini harga yang saya ganti?" tanya Jesi tidak percaya.

"Tentu saja, jas saya bukan murahan seperti pakain yang kamu miliki itu!" ucap Adrian merendahkan Jesi.

"Ciuh, sombong sekali. Ingin rasanya aku sumpal mulutnya itu pakai jasnya itu!" ucap batin Jesi.

"Tapi Pak saya tidak punya uang sebanyak ini."

"Ya, itu bukan urusan saya!" ucap Adrian tidak peduli.

"Tapi bisa kan saya mencicil dari gajih saya, Pak?" Jesi berusaha meminta keringanan dengan bosnya itu

"Tidak bisa!" tegas Adrian.

"Tapi—" Belum Jesi menyelesaikan perkataannya, sudah terlebih dahulu Adrian menyahuti pembicaraannya

"Tidak ada tapi-tapi!" bentak Adrian, seketika membuat Jesi semakin takut dan gemetar.

"Pak, saya mohon ... saya tidak punya uang untuk membayar saya mohon, Pak ... " ucap Jesi sambil memohon belas kasihan Adrian.

"Ok, saya kasih waktu kamu 10 hari, kalo kamu tidak bisa bayar dalam jangka 10 hari, maka gajih kamu saya tidak akan membayarnya selama 6 bulan paham!" kata Adrian.

"Ya, Tuhan. Betapa kejamnya memiliki bos," gumam Jesi dalam hatinya, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lemah tidak berdaya karena ia rasa dirinya percuma untuk memprotes lagi. Apa lagi ia tahu, bahwa desas-desus tentang CEO di perusahaan tempat dirinya bekerja saat ini, orang yang tidak pernah memiliki hati untuk memaafkan orang lain dengan sangat mudah.

"Ok, sekerang kamu bisa keluar!"

"Baik Pak, saya permisi."

Setelah itu Jesi langsung keluar dengan perasaan yang sedih. Rasanya ia ingin berteriak sekeras mungkin karena hatinya benar-benar terasa sesak, padahal ia sudah bermimpi untuk bebas dari segala penderitaan yang ia alami selama ini. Jesi tidak ingin meminta kemewahan, hanya saja ia ingin merasakan nikmatnya memakan nasi dengan lauk yang enak setiap hari akan tetapi, apa yang ia inginkan selama ini sepertinya harus butuh lebih sabar lagi.

"Ya, Tuhan. Dari mana aku dapat uang sebanyak itu dalam waktu yang dekat, cobaan apa lagi ini?" gumam Jesi dalam hati.

Terpopuler

Comments

Cahya Aini

Cahya Aini

boss dingin kaya es tp tengil..

2021-04-09

1

Dina Hafana

Dina Hafana

jasnya dilaundry saja. kan cuma ketumpahan lopi

2021-03-02

2

Ccyaa

Ccyaa

benci jd cinta wkwkwk

2021-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Menyiapkan Pakain Bekerja
3 Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Cepat
4 Menerima Pekerjaan Di Bar
5 Sebuah Kecelakaan Kecil
6 Adrian Sangat Menyesal
7 Permintaan Maaf Adrian Berujung Celaka
8 Membawa Bos Ke kosan
9 Tidak Biasa Memakan Sayur
10 Mantan Adrian Kembali
11 Siaran Langsung
12 Sangat Merindukan Adrian
13 Kejadian Yang Sangat Memalukan
14 Mencari Perhatian Adrian
15 Memerah Menahan Amarah
16 Menghadiri Sebuah Acara Di Hotel
17 Baby Ku
18 Sangat Membuat Khawatir
19 Mengambil Uang Pemberian Dari Adrian
20 Merasakan Dirinya Seolah Berada Di Gunung Es
21 Memberikan Sebuah Kejutan Untuk Adrian
22 Sangat Setia Kepada Pemiliknya
23 Kecelakaan
24 Bucin Bodoh
25 Mencurigakan
26 Pembantu
27 Tidak Becus
28 Gumam alfin
29 Ketahuan
30 Randi Alvaro Gunawan
31 Keisha
32 Perjodohan
33 Keberangkatan
34 Menjemput
35 Minta Tolong
36 Keisha Dan Alfin
37 Kedatangan Adrian
38 Sangat Nyaman
39 Pertemuan
40 Mobil Dan Cincin
41 Darah Segar
42 Adrian Dan Varo
43 Sudah Sadar
44 Ciuman Pertama
45 Pengacara
46 Sangat Kecewa
47 Kado
48 Suami Takut Istri
49 Mulut Kotor
50 Suami Istri
51 Penculikan Yang Terjadi
52 Pilihan
53 Selamat
54 Bersambung
55 S2. Prolog
56 S2. Bisa Membaca Pikiran
57 S2. Sangat Penasaran Akan Sesuatu
58 S2. Ada Hal Yang Sangat Aneh.
59 S2. Tidak Sengaja Menabrak Seorang Kakek.
60 S2. Telah Membuka Luka Lama Di Hati
61 S2. Membalas Pesan Varo
62 S2. Tangki Mobil Sedang Bocor
63 S2. Menjenguk Varo Di Rumah
64 S2. Menghajar Maya
65 S2. Arsen Dan Dira Pergi Ke Kampus Si Kembar
66 S2. Tidur Bersama Dengan Kakek Farhan
67 S2. Keisha Melahirkan
68 S2. Memberikan Pelajaran Kepada Orang Jahat
69 S2. Mencari Tahu Siapa Orang Tersebut
70 S2. Berhadapan Dengan Calon Mertua
71 S2. Tidur Di Rumah Calon Mertua
72 S2. Kembali Ke Kampus
73 S2. Sedang Terburu-Buru
74 S2. Jangan Mendekatinya
75 S2. Para Penjahat
76 S2. Amala Yang Sangat Hebat
77 S2. Ingin Mengatakan Sesuatu
78 S2. Buaya Yang Sangat Kelaparan
79 S2. Menendang Pintu Kamar Varo
80 S2. Menuruti Semua Perintah
81 S2. Wanita Ular Tetap Wanita Ular
82 S2. Mengajarkan Jesi Bela Diri
83 S2. Dita dan Mita
84 S2. Pak Arman Yang Di Siksa
85 S2. Amelia Merasakan Tubuhnya Panas
86 S2. Mencari Pelaku Dan Menyiksanya
87 S2. Tidak Melakukan Apa-Apa
88 S2. Membunuh Wanita Itu
89 S2. Bukan Hari Yang Tepat
90 S2. Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan
91 S2. Membuat Jebakan Untuk Mita
92 S2. Meminta Pertolongan
93 Visualnya
94 S2. Ingin Menghilangkan Rasa Lelah
95 S2. Memberikan Hukuman Untuk Varo
96 S2. Mengingat Sesuatu Hal
97 S2. Hati Yang Berdebar
98 S2. Sebelum Menceritakan Semuanya
99 S2. Berharap Bisa Menemukannya
100 S2. Bukanlah Pria Yang Pemaksa
101 S2. Melihat Tingkah Konyol Amelia
102 S2. Walaupun Sangat Sulit Dilakukan
103 S2. Wajah Yang Terlihat Menghitam
104 S2. Merindukan Kakek Farhan
105 S2. Meninggalkan Varo Sendirian
106 S2. Sangat Mencurigai Gilang
107 S2. Semuanya Terbongkar
108 Curhatan Seorang Author
109 S2. Kesempatan Terakhir
110 S2. Menatap Sinis
111 S2. Menghadiri Sebuah Pesta
112 S2. Ketika Mendapatkan Jawaban
113 S2. Varo mengerjai Alen
114 S2. Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
115 S2. Tamat
116 Blurb Season 3
117 S3. Prolog
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Prolog
2
Menyiapkan Pakain Bekerja
3
Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Cepat
4
Menerima Pekerjaan Di Bar
5
Sebuah Kecelakaan Kecil
6
Adrian Sangat Menyesal
7
Permintaan Maaf Adrian Berujung Celaka
8
Membawa Bos Ke kosan
9
Tidak Biasa Memakan Sayur
10
Mantan Adrian Kembali
11
Siaran Langsung
12
Sangat Merindukan Adrian
13
Kejadian Yang Sangat Memalukan
14
Mencari Perhatian Adrian
15
Memerah Menahan Amarah
16
Menghadiri Sebuah Acara Di Hotel
17
Baby Ku
18
Sangat Membuat Khawatir
19
Mengambil Uang Pemberian Dari Adrian
20
Merasakan Dirinya Seolah Berada Di Gunung Es
21
Memberikan Sebuah Kejutan Untuk Adrian
22
Sangat Setia Kepada Pemiliknya
23
Kecelakaan
24
Bucin Bodoh
25
Mencurigakan
26
Pembantu
27
Tidak Becus
28
Gumam alfin
29
Ketahuan
30
Randi Alvaro Gunawan
31
Keisha
32
Perjodohan
33
Keberangkatan
34
Menjemput
35
Minta Tolong
36
Keisha Dan Alfin
37
Kedatangan Adrian
38
Sangat Nyaman
39
Pertemuan
40
Mobil Dan Cincin
41
Darah Segar
42
Adrian Dan Varo
43
Sudah Sadar
44
Ciuman Pertama
45
Pengacara
46
Sangat Kecewa
47
Kado
48
Suami Takut Istri
49
Mulut Kotor
50
Suami Istri
51
Penculikan Yang Terjadi
52
Pilihan
53
Selamat
54
Bersambung
55
S2. Prolog
56
S2. Bisa Membaca Pikiran
57
S2. Sangat Penasaran Akan Sesuatu
58
S2. Ada Hal Yang Sangat Aneh.
59
S2. Tidak Sengaja Menabrak Seorang Kakek.
60
S2. Telah Membuka Luka Lama Di Hati
61
S2. Membalas Pesan Varo
62
S2. Tangki Mobil Sedang Bocor
63
S2. Menjenguk Varo Di Rumah
64
S2. Menghajar Maya
65
S2. Arsen Dan Dira Pergi Ke Kampus Si Kembar
66
S2. Tidur Bersama Dengan Kakek Farhan
67
S2. Keisha Melahirkan
68
S2. Memberikan Pelajaran Kepada Orang Jahat
69
S2. Mencari Tahu Siapa Orang Tersebut
70
S2. Berhadapan Dengan Calon Mertua
71
S2. Tidur Di Rumah Calon Mertua
72
S2. Kembali Ke Kampus
73
S2. Sedang Terburu-Buru
74
S2. Jangan Mendekatinya
75
S2. Para Penjahat
76
S2. Amala Yang Sangat Hebat
77
S2. Ingin Mengatakan Sesuatu
78
S2. Buaya Yang Sangat Kelaparan
79
S2. Menendang Pintu Kamar Varo
80
S2. Menuruti Semua Perintah
81
S2. Wanita Ular Tetap Wanita Ular
82
S2. Mengajarkan Jesi Bela Diri
83
S2. Dita dan Mita
84
S2. Pak Arman Yang Di Siksa
85
S2. Amelia Merasakan Tubuhnya Panas
86
S2. Mencari Pelaku Dan Menyiksanya
87
S2. Tidak Melakukan Apa-Apa
88
S2. Membunuh Wanita Itu
89
S2. Bukan Hari Yang Tepat
90
S2. Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan
91
S2. Membuat Jebakan Untuk Mita
92
S2. Meminta Pertolongan
93
Visualnya
94
S2. Ingin Menghilangkan Rasa Lelah
95
S2. Memberikan Hukuman Untuk Varo
96
S2. Mengingat Sesuatu Hal
97
S2. Hati Yang Berdebar
98
S2. Sebelum Menceritakan Semuanya
99
S2. Berharap Bisa Menemukannya
100
S2. Bukanlah Pria Yang Pemaksa
101
S2. Melihat Tingkah Konyol Amelia
102
S2. Walaupun Sangat Sulit Dilakukan
103
S2. Wajah Yang Terlihat Menghitam
104
S2. Merindukan Kakek Farhan
105
S2. Meninggalkan Varo Sendirian
106
S2. Sangat Mencurigai Gilang
107
S2. Semuanya Terbongkar
108
Curhatan Seorang Author
109
S2. Kesempatan Terakhir
110
S2. Menatap Sinis
111
S2. Menghadiri Sebuah Pesta
112
S2. Ketika Mendapatkan Jawaban
113
S2. Varo mengerjai Alen
114
S2. Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
115
S2. Tamat
116
Blurb Season 3
117
S3. Prolog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!