Henni sudah mempersiapkan makan malam, tentunya untuk menyambut kedatangan Hendri Gunawan calon menantunya. Dia terbiasa mempersiapkan segala hal sendiri, meski ada pembantu dirumahnya, urusan dapur tetap dia yang pegang.
Raisha baru pulang dari kampus menjelang pukul 6 sore. Dia tak sempat mempersiapkan segala sesuatu. Henni menyuruhnya membeli gaun, tapi menurut Raisha itu berlebihan.
"Ini hanya makan malam ma!". "Terlalu berlebihan kalau aku membeli gaun".
"Kau tau sendiri sifat papamu, dia mau semua sempurna".
Raisha bersiap untuk makan malam. Henni mencoba menghubungi Morgan.
"Aku sedikit terlambat ma, kalian tak perlu menungguku".
"Sayang, mama mohon padamu, jangan permalukan papa, dia calon adikmu". Ini acara penting, berhentilah bersikap kekana- kanakan". Setelah Raisha menikah, kau pun harus segera mencari pendamping. Untuk kali ini saja tolong jangan buat keributan".
Henni langsung menutup telpon, tanpa menunggu jawaban dari Morgan. Dia yakin Morgan akan mendengar kata-katanya.
Jam 7 tepat Hendri Gunawan sudah berada di kediaman Haris.
"Wow, tuan Hendri anda sangat tepat waktu, maka tak heran kalau bisnis anda semakin berkembang".
"Anda terlalu berlebihan tuan, saya hanya ingin menghormati anda selaku tuan rumah".
Kemudian mereka saling tertawa.
"Oh bagaimana dengan tuan Luis?". "Dia jadi investasi di perusahan anda?".
"Dia sangat plin plan, tuan Luis ingin saya menikahkannya dengan Raisha". "Tentu saya menolak, dalam bisnis saja dia plin plan apa lagi dalam pernikahan".
Hendri tidak percaya, tuan Haris menawarkan anaknya ke semua rekan bisnisnya.
"Sungguh laki-laki gila kekuasaan", pikirnya. Apa dia memilihku karena aku mau berinvestasi di perusahaannya?, sungguh menjijikkan orang seperti itu"
Akhirnya Morgan sampai dirumah, dia rasa belum terlambat untuk makan malam.
"Oh kau sampai juga. Perkenalkan ini Morgan putra pertama saya, dia seorang dokter spesialis kandungan. Dia sangat sibuk belakangan ini. "Morgan, perkenalkan ini tuan Hendri Gunawan calon suami Raisha adikmu".
Dengan malas Morgan menjabat tangan Hendri, dia merasa laki-laki seperti itu tidak cocok dengan adiknya.
"Halo...tuan Morgan, aku Hendri Gunawan"
"Ya...aku Morgan, senang berkenalan dengan mu"
"Oh ya, kita akan sering berjumpa mulai sekarang"
"Sepertinya tidak, aku akan ke Amerika bulan depan"
Ooo...kau berencana menetap disana?.
Mungkin...
Malam itu akhirnya untuk pertama kalinya Raisha bertemu dengan Hendri calon suaminya.
Di meja makan sudah duduk Haris, Henni disampingnya dan Raisha yang berhadapan dengan Hendri. Morgan memilih duduk disamping Raisha.
Hendri tak henti-henti menatap Raisha. Merasa diperhatikan, Raisha menjadi tak nyaman. Dia memilih menunduk dan menghabiskan makan malamnya.
Melihat Hendri terus menatap Raisha, tiba-tiba Morgan berdehem, "Ehemmm....tenggorokan ku gatal sekali" Raisha dengan cepat menyodorkan minuman untuk Morgan.
"Minum ini kak!"
Hendri pun berdehem...,berusaha mencairkan suasana. Dia merasa malu ketahuan memperhatikan Raisha.
"Cantik juga dia, sungguh sayang mempunyai orang tua seperti Haris yang gila akan uang"
"Bagaimana tuan Hendri, apa ada yang kurang?. Ini Raisha dan istri saya yang menyiapkan makan malam"
"Luar biasa, ini sangat enak. Saya rindu makanan rumahan. Sudah lama sekali saya tidak makan masakan seperti ini"
"Haha....tentu sekarang anda akan merasakannya setiap hari. Setelah menikahi anak saya, anda akan ketagihan makan di rumah"
Morgan begitu muak, dia ingin segera menyelesaikan makan malam ini. Papanya sudah berlebihan. Bahkan setiap hari mereka beradu mulut di meja makan, tak ada habisnya masalah. Tapi kali ini dia menciptakan seolah-olah keluarganya adalah keluarga yang harmonis.
Mereka berkumpul di ruang tamu, Henni menyuruh Raisha menyajikan teh di meja depan. Morgan langsung pamit ingin istirahat, dia beralasan sangat kelelahan usai melakukan operasi di rumah sakit.
Haris membuka pembicaraan, "Bagaimana kalau kita tinggalkan mereka berdua disini ma"
Haris mengajak Henni masuk ke kamar. Henni pun mengangguk dan ikut menyusul Haris ke kamar.
Suasana sedikit canggung, Raisha yang tak terbiasa berhadapan dengan laki-laki jadi sedikit gugup. Dia memang bukan anak gaul, pergaulannya hanya sebatas kampus dan perpustakaan. Memang dia tidak berani berpacaran karena Haris tipikal seorang ayah yang posesif. Raisha juga takut orang lain akan tertimpa masalah karena dia. Hingga dia memutuskan tidak berpacaran. Lagian Morgan pun sudah mewanti-wanti agar dia tidak terlalu dekat dengan laki-laki. Bukan pula dia tak memiliki teman laki-laki, cuma dia berusaha menjaga jarak karena malas mencari masalah.
Raisha wanita yang sangat cantik, memiliki mata yang indah dengan hidung yang mancung. Lesung di pipi menambah keindahan di wajahnya. Dia tidak terlalu tinggi, tapi cukup menggemaskan sebagai seorang gadis seusianya. Rambutnya yang hitam tergerai indah sampai ke pinggang, dia mewarisi kecantikan Henni. Hendri tak berkedip menatap Raisha, matanya sibuk memperhatikan bibir kecil yang sedikit berisi milik Raisha.
"Ah...aku harus segera pulang, aku bisa gila kalau terus menatapnya". Dalam hati Hendri menyesali perbuatannya yang tak henti menatap mata Raisha.
E...e..tuan, minumlah tehnya. Karena canggung Raisha membuka pembicaraan dengan menawarkan teh pada Hendri.
"O...yaya..terima kasih. Apa kau keberatan aku meminta no hp mu?"
" Ooh...,tidak, silahkan kau menyimpannya tuan"
Raisha memberikan no hp nya kepada Hendri. Terasa kaku sekali, Raisha benar-benar ingin mengakhiri pertemuan malam ini. Dia memang tak pandai berbasa- basi.
"Boleh aku bertanya padamu tuan?"
"Silahkan...kau mau tanya apa?"
"Tapi bisa kah kau tak memanggilku tuan. Bukan kah sebentar lagi kita akan menjadi sepasang suami istri"
"Em....ya, kau benar. Bagaimana kalau aku memanggilmu mas Hendri?"
"Ya...kurasa itu cocok"
"Tadi kau ingin bertanya apa?"
"Bagaimana kalau sebaiknya kita bicara di taman saja"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Hanna Christabel
masih nyimak
2021-09-10
2