"Beberapa minggu ini kamu bolak balik ke pabrik kita, gimana sayang?, kamu mau kan?, kelola perusahaan kita?". Suara lembut seorang ibu kepada anak laki laki sulung nya yang sangat ia sayangi, pemilik suara itu tak lain adalah suara Bu Inez Pertiwi. Pemilik pabrik tempat Berli bekerja, yang saat ini perusahaan itu akan di berikan kepada anak laki laki nya yang berparas tampan, gagah, dan berwibawa, tak lain adalah Felix Fiswanata Martin. Seorang pemuda tampan berusia 24 tahun yang telah menyelesaikan study nya di luar negeri. Ia kini telah pulang ke Indonesia dan di minta bertanggung jawab penuh atas pabrik yang orangtua nya miliki.
"Hmm boleh juga, aku juga sudah menemukan sasaran di sana". Ucap Felix sambil tersenyum menyeringai seperti sedang memburu sesuatu
"Hmm jadi mama bentar lagi dapet mantu nih?". Goda Bu Inez sambil tersenyum
"Ntah". Jawab Felix dingin
"Ayolah sayang jangan menutup diri seperti itu, jangan biarkan masa lalu mu selalu menghantui mu di masa depan". Ucap Bu Inez sambil mengusap punggung anak nya
"Tapi ingat sayang, kamu tau kan apa yang mama mau saat memilih pendamping?". Tambah Bu Inez
"Tolong ma, jangan selalu mendesakku untuk selalu menuruti kemauan mama". Ucap Felix bernada kesal sambil berlalu pergi meninggalkan Bu Inez
......................
~Di pabrik
"Nii?". Tanya Laura pada berli yang sedang sibuk dengan kain kain nya
"Kenapa laa? ". Jawab Berli
"Kaya bosen ga sih kita jomblo terus?". Tanya Laura sambil mengerutkan bibirnya
"Hahaha lagian ada ada aja nanya nya, kamu bosen?, yaudah tinggal terima aja perasaan pak satpam yang suka ngejar ngejar kamu". Jawab Berli sambil tersenyum menggoda Laura
"Ishh ga dia juga kali, hemm aku bayangin ada cogan dateng kesini, ganteng, tinggi, putih, perut kotak kotak, ahh bayangin nya gakuat". Ucap Laura sambil memasang wajah membayangkan
"Ada ada aja kamu ini, lagian nanti juga kalo udah waktunya bakal datang kok, yang penting kita berusaha menjadi lebih baik, biar nanti kita dapet jodoh yang baik, karena jodoh itu cerminan diri. Betul begitu tukang hayal?". Ucap Berli sambil tersenyum menggoda Laura
"Iyaa juga sih ya, ah udah lah lagian aku masih pengen bebas kesana kesini, ntar kalo salah satu dari kita nikah dalam waktu dekat pasti jarang ketemu kan ya? ". Ucap Laura sambil memanyunkan bibirnya
"Ah kamu mah ada ada aja, siapa juga yang mau nikah sekarang sekarang, toh hilal jodohnya juga belum terlihat sedikitpun". Ucap Berli sambil tertawa
Tiba tiba cairan cokelat tumpah begitu saja mengenai kain yang sedang Berli kerjakan.
"Upsss maaf". Ucap Sherly sambil terkekeh puas
"Hey sengaja banget sih". Ucap Laura yang kini kesal melihat Sherly yang tengah berdiri memegang gelas
"Ya gue ga sengaja lah, suruh siapa kerja tapi ngobrol terus, jadi ga liat kan ada yang lewat?. Makannya kerja yang bener, gue bisa pecat kalian kapan aja ya". Ucap Sherly sinis
"Hey jangan mentang mentang punya kuasa bisa seenaknya sama karyawan ya, huh semoga cepet cepet dapet balesan". Ucap Laura, marah
"Laa udah udah, mungkin bu Sherly emang ga sengaja, gapapa nanti kita bisa cuci kan". Ucap Berli menenangkan Laura
"Hah apa, bu? kenapa kita harus sopan sama orang yang jelas jelas ga sopan sama kita, orang kaya gini mah harus di kasih pelajaran biar tau". Ucap Laura kesal
"Bagus lah lo tau diri, gue kan emang atasan kalian, sebentar lagi juga gue bakalan jadi bos kalian. Jadi jangan asal ngomong, gue bisa pecat kalian kapan aja" ucap Sherly sambil tersenyum ketus
"Bos?, heyy baru jadi atasan aja udah belagu apalagi kalo jadi bos. Semua orang juga tau lu mah cuma ponakan yang punya ini pabrik, tapi sombong nya beuhh, emang situ mau kalo kepercayaan yang punya ini pabrik ilang gara gara sifat buruk lu ke karyawan?". Ucap Laura tidak mau kalah
"Hey jangan kurang ajar ya". Ucap Sherly
"Udah udahh, laa udahlah biarin aja,ini gapapa ko kita bisa cuci kann" ucap Berli
"Makannya kerja yang becus, ntar gue pecat baru tau rasa". Ucap Sherly
Entah apa yang harus Berli lakukan, ia sudah berusaha menghentikan. Namun mereka tak kunjung mau berhenti, Laura terus saja meladeni Sherly
"Hah pecat? emang ga malu, mecat karyawan gara gara kesalahan lo sendiri yang sengaja? Dasar tukang dzolim". Ucap Laura tidak mau mengakhiri perdebatan
Tangan Sherly melayang hampir saja mengenai pipi Laura, namun di tahan oleh seseorang
"Cukup.. ". Suara wanita dengan penuh rasa kesal menahan tangan Sherly
"Emmm tante?". Sherly pun melirik ke arah dimana tangan nya di tahan tak lain ternyata pemilik pabrik yaitu Bu Inez
"Sherly, dan kalian berdua, ikut saya! ". Ucap Bu Inez sambil menunjuk Berli dan Laura
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments