TERPAKSA MENIKAHI BRONDONG
“Assalamu’alaikum duniaaaaaaa ...” sapaku pada dunia sambil membuka daun jendela kamar, menghirup udara segar pagi hari yang sangat sejuk, kemudian menghembuskannya perlahan, merasakan setiap oksigen yang masuk memenuhi rongga dadaku.
Namaku Benazir Yasmin, biasa dipanggil Yasmin. Aku adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang bisa dibilang mapan, aku tinggal sendirian di rumah ini, karena kedua orangtuaku tinggal di luar negri beberapa tahun terahir ini, karena urusan bisnis mereka, tapi aku tidak benar-benar hidup sendiri karena di sini kadang ada Tante Meta adik kandung dari Mamahku yang selalu menemaniku, dulu sebelum Tante Meta menikah, Tante Meta tinggal di rumah ini bersamaku. Tapi, setelah Tante Meta menikah dengan Om Bayu, Tante Meta pindah rumah, ikut Om Bayu, jadilah sekarang aku harus tinggal sendiri di rumah ini. Menjalani hariku dengan penuh kemandirian.
Saat ini usiaku sudah dua puluh lima tahun, orang bilang wajahku cukup cantik, sopan dan juga sudah mapan. Kegiatan sehari-hariku selepas lulus kuliah adalah mengurus bisnisku sendiri, ya meskipun kedua orangtuaku menginginkan aku untuk mengelola perusahaan yang sudah mereka bangun, tapi aku lebih memilih untuk membuka usaha sendiri. Saat ini ada beberapa usaha yang coba aku rintis, ada pabrik teh, dan toko kue, pabrik teh aku mengelolanya bersama dengan om Bayu, dan Toko kue, aku mengelolanya bersama Riyan, adik dari Om Bayu. Senang sih, aku mengerjakan bisnisku bersama orang-orang terdekatku, jadi bilamana aku sedang sibuk dan tidak bisa mendatangi salah satu perusahaanku, aku bisa mempercayakannya pada mereka.
Ah iya, hari ini aku ada janjian dengan kekasihku, kekasih yang sudah lima tahun menemani hariku. Namanya Zainuddin, dia pria yang sangat baik, aku menjalin hubungan dengan Zainuddin dari semenjak aku berusia dua puluh tahun, atau lebih tepatnya ketika aku masih kuliah, ya dia teman kuliahku dulu.
Hari ini, kami akan membicarakan rencana pernikahan kami, yang akan di gelar satu bulan lagi. Setelah satu tahun yang lalu kami resmi bertunangan, ah ... bahagianya aku, menikah adalah impian semua orang, terutama wanita, termasuk aku. Sudah lama aku memimpikan pernikahan ini bersama Zain, setelah lima tahun kujalin hubungan yang sangat baik dengannya. Bisa bersanding dengannya, menjadi raja dan ratu sehari bersamanya. Ah ... indahnya, aku mengerjapkan mataku, sambil tersenyum sendiri.
“Hay Yas,“ Zain melambaikan tangannya kepadaku, setelah aku tiba di caffe tempat yang kami janjikan.
“Hay Zain, kamu sudah lama nunggu??” tanyaku sambil mendaratkan bokongku di kursi seberang Zain.
“Belum lama kok, baru aja, oh iya Yas, ini aku bawa beberapa referensi contoh kartu undangan untuk acara kita“ Zain menyodorkan setumpuk contoh kartu undangan kepadaku.
“Eeemmhhh ... ini bagus-bagus semua, aku suka semua, aku sampe bingung mau milih yang mana??” aku membolak-balik semua kartu undangan di tanganku, sementara Zain hanya tersenyum melihat tingkahku.
“Udah, kamu pilih aja yang paling bagus, yang paling kamu suka“ Zain memang begitu, dia selalu memberikan apapun yang ku inginkan.
“Kira-kira yang ini bagus gak??” Aku menunjukkan salah satu kartu berwarna pink peach, warna kesukaanku.
“Eeeemmmhh bagus, selama kamu menyukainya“ Zain mengangguk-angguk sambil menyesap minumannya.
“Aduuuhhh aku bingung,“ Aku kembali membolak-balik kartu undangan dengan penuh kegalauan,
Sementara Zain hanya terus menggeleng-gelengkan kepala “Ini baru kartu undangan lho ya, kamu udah segalau ini, gimana sama yang lainnya Yas,“ Zain menepuk jidatnya,
“Heeee ... ya maaf, kalau urusan kayak begini aku agak labil Zain, maklum 'kan menikah hanya satu kali seumur hidup“ Aku tersenyum ke arah Zain dan di balas anggukan olehnya.
“O iya habis ini kita mau kemana???” tanyaku sambil terus menatap kartu undangan yang belum kuputuskan akan memilih yang mana,
“Kita akan ke butik, buat fitting baju pengantin, aku udah telpon butiknya, dan mereka sudah menunggu kita“ jawab Zain,
“Haduh, gimana nih?? Ya udah sambil aku milihin kartu undangannya, kita jalan aja yuk ke butik, siapa tahu nanti di jalan aku dapet ilham mau milih kartu undangan yang mana??” ajakku akhirnya,
“Ya udah yuk ...” Zain, berjalan ke arah cashier untuk membayar minuman yang tadi sempat di pesan, sementara aku berjalan di belakangnya. Ah iya selama kami pacaran, kami tidak pernah melakukan hal yang tidak wajar, bahkan untuk berpegangan tanganpun rasanya aku takut melakukannya, takut dosa.
Setelah membayar semuanya, kami berjalan ke arah parkiran, memasuki mobil yang di kendarai Zain, kemudian Zain mengemudikan mobilnya, dengan tujuan ke butik langganan Ibuku, yang sebelumnya sudah di telpon oleh Zain,
“Oh iya Yas, kapan kedua orangtua kamu kembali kesini??” tanya Zain memecah keheningan di antara kami,
“Ah, iya, mungkin satu minggu sebelum hari H“ jawabku sambil menatapnya,
“Oh, iya,“ jawab Zain sambil manggut-manggut tanda mengerti,
Akhirnya setelah setengah jam perjalanan menuju butik, kami tiba di butik yang kami tuju.
“Selamat siang Mbak Yas,“ sapa pelayan di butik ini, mereka sudah sangat mengenalku, karena aku sering di ajak Mamah belanja ketempat ini,
“Selamat siang Mbak“ balasku sopan,
“Wah ... calon pengantin tambah cantik aja,“ puji pelayan kepadaku, yang membuat hidungku serasa mau terbang.
“Ah bisa saja Mbaknya, makasih lho, udah muji aku hhhhiii“ Aku terkekeh, sementara Zain langsung duduk di soffa, dan melihat majalah yang tergeletak di atas meja.
“Sebentar ya Mbak, saya ambilkan dulu bajunya,“ pamit pelayan sambil belalu pergi kesebuah ruangan tempat mereka menyimpan stock barang, tak lama kemudian dia kembali dengan beberapa baju di tangannya,
“Mbak Yas, ini bajunya silahkan di coba“ pelayan menyodorkan sebuah gaun berwarna putih kepadaku, aku menerimanya.
“Mari Mbak Yas saya bantu" tawar si pelayan sambil membuka gordeng tempat ganti baju, sementara aku mengikutinya di belakang.
“Wah, gaunnya cocok sekali di tubuh Mbak Yas, cantik banget Mbak“ kata pelayan sambil tersenyum melihat pantulan diriku di cermin.
“Makasih Mbak,“ jawabku singkat, sambil terus berlenggak-lenggok di depan cermin,
“Ya sudah, sekarang aku mau ganti baju lagi ya Mbak, takut Zain nunggunya kelamaan“ pelayan manggut, dan langsung beranjak pergi keluar.
Setelah selesai fitting baju, kami memutuskan untuk pulang ke rumah, setelah berpamitan pada pelayan dan pemilik butik, kami melangkahkan kaki menuju parkiran.
“Zain!!!! Tunggu!!!!” tiba - tiba seorang perempuan memanggil Zain, aku menoleh kebelakang dan melihat sesosok perempuan tengah mengejar kami.
“Zanet??? Kamu Zanet teman kerjanya Zain kan???” tanyaku sambil menunjuk perempuan yang kini ada di hadapanku,
“Zain, beri kejelasan tentang hubungan kita, bagaimana dengan kehamilanku kini???” Zanet berkata dengan penuh emosi yang membuatku terbelalak kaget, tak percaya.
Bersambung.............
Hay readers, jangan lupa tinggalkan dukungan kalian buat author yaaaa......
follow akun IG author Teteh_neng2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Sumaini Emi
ko bisa Thor
2023-08-27
0
Arim 2
pacaran takut dosa🤨
2023-06-02
0
Asma
zainuddin? Jadi teringat Hayati... 😅😅😅
2022-08-17
0