Happy Reading,
***
Kedua sudut bibir gadis berumur enam tahun itu melengkung kebawah, hasil buruannya ternyata tidak seperti bayangannya.
"Ini jantan nona, " Hacate tetap saja cemberut, Barnett menghela nafas lelah, beginilah jika sang nona terlalu banyak berpikir untuk hasil buruan. Itu kenapa selalu dia yang berburu, gadis itu akan selalu berpikir dua kali untuk membawa hasil buruannya ke rumah.
"Tapi kasihan, bagaimana jika anaknya mencari dia? " menunjuk ke arah rusa jantan yang sudah tewas, tergeletak tak bernyawa dan sedang Barnett bersihkan.
"Apa anda tidak kasihan pada rusa-rusa yang sudah melintasi perut anda? " mendongak sebentar, menatap si nona yang duduk di ayunan sedang dia mengeksekusi rusa hasil buruannya sendiri.
Tidak buruk memang, untuk ukuran bocah enam tahun, Hacate terlalu handal untuk urusan berburu, bahkan rusa yang gadis itu dapatkan ukurannya lebih besar dari tubuhnya sendiri.
"Nikmati saja hasil buruan anda nona, sebelum kita pergi dari tempat ini. " jelasnya, dari pada Hacate sibuk menyesali buruannya yang salah sasaran. Lebih baik menikmati nya sebelum benar-benar hengkang dari tempat yang sudah enam tahun mereka tinggali.
Lagi pula, harta sang nona terlalu banyak untuk dipupuk. Lebih baik memanfaatkan nya untuk gadis itu, dari pada didiamkan tanpa tujuan.
"Kita akan pergi? " Barnett berdehem, hingga si gadis mendengus. Padahal dia sudah nyaman berada di kastilnya. "Kenapa? "
"Tempat ini sudah tak aman untuk anda nona, " Hacate hanya mengangguk, mengerti.
Tidak harus Barnett jelaskan pun Hacate sudah tahu jika keberadaan nya sangat tidak diinginkan, lebih baik menjauh dari pada berakhir menyakitkan.
"Kita akan pergi kapan? "
"Besok malam. "
***
Kedua mata Hacate memicing menatap betapa megahnya kastil atau bisa dia sebut istana yang Barnett beli. Sedikit berdecak, merasa kagum atas kerja keras Barnett yang menghasilkan.
"Harta anda masih tersisa banyak nona, jadi jangan pernah khawatir kan soal materi. " Hacate hanya mengangguk saja, tak peduli, toh Barnett juga akhirnya yang menangani semuanya.
Jika kalian bertanya dari mana asal nya semua harta Hacate dapatkan, maka jawabannya karena dia sudah mendapatkan bagian dari sosok ibunya.
Iya, ibunya, yang memberinya nama misterius itu memberi setengah dari semua kekayaannya.
Hacate bersyukur wanita itu masih peduli padanya, walaupun dengan cara yang salah. Menurutnya. Tidak tahu jika menurut kalian.
Tidak ada yang perlu Hacate tangisi juga, karena untuk apa dia menangisi takdirnya yang memang harus seperti ini?
Yang bisa dia lakukan hanyalah menerima semua nya, benar-benar semuanya.
"Dimana kamarku? " tak mungkin juga bangunan semegah itu tak memiliki kamar, terlebih untuk pemiliknya sendiri. Maka jika hal itu benar-benar terjadi, Hacate ingin mengutuk Barnett detik itu juga.
Untuk apa membuang-buang uang sebanyak itu hanya untuk membeli kastil tanpa kamar.
"Ada di lantai lima, anda akan diantarkan oleh pelayan anda nona. " sedikit terkejut, namun tak apa.
Berarti Barnett tidak ingin mengurus sendiri bangunan megah itu sendirian, untuk apa pula nona nya memupuk harta bertahun-tahun tapi hanya untuk menghidupi dua nyawa.
"Ok, terimakasih Barnett. " tak lama kemudian, setelah Barnett memanggil salah satu pelayan untuk mengantarkan sang pemilik ke kamarnya. Barnett ikut masuk kedalam bangunan megah itu menuju ruangan nya.
Ada banyak sekali pekerjaan yang harus dia selesai kan, tidak termasuk mengurus semua berkas-berkas harta kepemilikan Hacate atas beberapa hektare tanah yang rencana nya akan dia dirikan bangunan, dan sisanya akan dia biarkan saja atau dijadikan lahan perkebunan.
Kembali pada si gadis kecil, Hacate nampak senang setelah melihat seberapa besar kamarnya kali ini. Itu berkali-kali lipat dari kamar terdahulunya. Dan juga pemandangan yang disuguhkan dari jendela kamarnya cukup membuatnya merasa nyaman.
"Apa anda membutuhkan sesuatu, nona? " Hacate tersentak kaget, lupa jika dia tidak sendirian diruangan itu.
Ada sang maid yang terlihat merapikan pakaian nya.
"Tidak, terima kasih. "
"Baiklah, jika begitu saya pamit. Jika anda membutuhkan sesuatu pangil saja saya, atau yang lain nona. " Hacate berdehem sembari membuka jendela kamarnya lebar-lebar.
"Ahhhh, segarnya. " begitu angin menerpa kulit lembutnya, Hacate tersenyum masam mengingat dia sangat tidak diinginkan oleh orang lain.
***
Enam tahun sudah kedua soulmate kita menghuni kastil yang sang pemiliknya beri nama ενδιάμεση στάση (endiámesi stási) , diartikan sebagai tempat singgah.
Pada mulanya Barnett kebingungan mengapa sang nona menamai kastilnya sebagai tempat singgah, seakan-akan mereka berdua tidak akan lama berada disana.
Namun lama kelamaan ternyata persepsi nya salah besar, bukan mereka berdua yang singgah. Namun para pelayan yang sebelum nya bekerja dengan mereka.
"Kau tahu, aku sebenarnya tidak ingin bekerja dibawah kaki kecil si manusia terkutuk itu. Tapi apa boleh buat, aku membutuhkan uang untuk bertahan hidup. "
"Jaga bicaramu Hanni, disini kau hanya bekerja, bukan untuk mengomentari kehidupan nona Hacate. " Akabi, selaku orang yang ditunjuk sebagai kepala maid kastil Hacate pun angkat bicara setelah diam beberapa waktu.
Sudah lama dia mendengar kabar tidak mengenakan tentang sang nona, namun dia hanya diam karena mungkin lama kelamaan akan tersapu angin juga.
Tapi ternyata dia salah, semakin dia biarkan, semakin menggonggong juga mereka ini. Salah satunya Hanni, perempuan berumur 20 tahun yang dia pekerjakan karena memohon untuk diberi pekerjaan malah membuat dirinya pusing.
Apa begitu caranya dia berterimakasih pada sang nona setelah dia begitu banyak menerima kebaikan Hacate?
Nona nya itu sangat murah hati, bahkan dia bisa merekrut beberapa maid dalam seminggu untuk dia tolong. Bahkan tak jarang pula nona nya itu membagikan sebagian penghasilan nya kepada para penduduk diluaran sana.
Dan Hanni lebih memilih untuk membicarakan hal sensitif seperti itu sedang sang nona saja masih bisa mendengar perkataan mereka tanpa berusaha lebih.
"Apa yang aku katakan itu benar bukan? Nyonya Akabi, jangan pernah menutup mata jika nona Hacate itu makhluk terkutuk. "
"Lantas apa yang harus saya lakukan? " Hanni terdiam, sedang yang lainnya hanya diam, tidak mau mengomentari atau ikut menjelekkan nama sang pemilik kastil.
"Bukan begitu apa Hanni, jangan menjadi orang tengik, siapa disini yang menyukai dirimu? " kalah telak, itu yang bisa mereka semua katakan dalam hati, Hanni tidak bisa berbuat banyak jika nyonya Akabi sudah berkata demikian, toh nyonya Akabi tidak salah dalam berucap tentangnya.
"Jika bukan karena bekerja disini, mana mungkin kau bisa membeli rumah dalam waktu 6 bulan Hanni. Kebaikan nona Hacate akan selalu saya perlihatkan pada semua orang, jika nona tidak seburuk apa yang kau dengar atau kau lihat. " nyonya Akabi pergi begitu saja, dia kesal.
Nona nya itu sudah dia anggap sebagai anak sendiri, dia bagaikan mutiara diantara lautan lumpur hitam, terang nan bercahaya.
Terserah orang lain mau mengatakan apa tentangnya, asalkan tidak dengan sang nona.
Dia tidak akan Terima dengan itu.
***
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments
Celty Sturluson
I'll be refreshing the page every hour until the next chapter is up! 😩
2025-06-21
0